Share

Bab. 6 kenangan

Author: 3traTigatra
last update Last Updated: 2021-07-15 10:23:58

Tiba di rumah Amara membenamkan tubuh nya di sofa.

"Bodoh!" Gumam nya pelan pada dirinya sendiri sebelum akhir nya, ia bergegas membersih kan diri.

Tak lama setelah itu Hp nya berdering ada nama Misterius disana dan stelah beberapa kali panggilan dengan enggan ia menjawab panggilan itu

"Ya." Jawab nya singkat

"Apa kau sudah tiba dengan selamat?" Tanya sang Pemberi Informasi dari seberang sana

"Iya." Jawab Amara dingin

"Maaf! Aku melibatkan mu, untuk  urusan pribadi ku. Jika kau ada waktu dan berkenan, aku ingin bertemu dan menjelaskan." Ucap Pemberi Informasi 

"Baik lah! Kapan dan dimana?" Tanya Amara memastikan

"Aku sekarang di depan rumah mu, jika kau tak keberatan kita bicara sekarang!" Jawab sang Pemberi Informasi 

"Bagaimana kau tau alamat ku?" Tanya Amara terkejut

"Akan ku jelaskan setelah kita bertemu." Ucap sang Pemberi Informasi 

"Baik lah, aku akan keluar setelah menganti pakaian ku." Ucap Amara mengakhiri panggilan telepon nya

Beberapa saat menunggu Amara pun keluar menghampiri sang Pemberi Informasi.

"Kita bicara disini, atau ku ajak kau kesuatu tempat?" Tanya sang Pemberi Informasi 

"Bicara lah, tak perlu bertele-tele." Ketus Amara

"Apa kau ingin kita bicara di sini dan menjadi tontonan orang lain?" Tanya sang Pemberi Informasi memastikan

"Baik lah. Dimana kau akan bicara?" Tanya Amara kembali

"Jika kau tak mengijinkan ku masuk, bukan kah sebaiknya kita harus pergi dari sini!" 

Ada gundah di hati Amara Daft, ia tak pernah mengundang orang asing untuk masuk ke rumahnya, namun ia juga tak ingin pergi. Beberapa saat setelah Amara terdiam untuk berpikir,  dan setelah menarik hembusan napas dalam

"Baik lah, silahkan masuk. Kita bicara di dalam." Ucap nya sedikit ragu mempersilahkan Pemberi Informasi untuk masuk bersama nya.

"Duduk lah, aku akan mengambilkan minum." Ucap Amara bergegas ke dapur meninggal kan Gaung di ruang itu

"Terima kasih!" Ucap Gaung Sam sang Pemberi Informasi 

Beberapa saat kemudian Amara menghampiri Gaung dengan membawa kudapan dan teh hangat.

"Silahkan."  Ucap Amara santai.

"Ya." ucap Gaung mulai meminum teh yang disiapkan Amara

"Apa bisa kau segera mulai, bagaimana kau bisa mengetahui banyak hal tentang ku?"

"Kita pernah bertemu sebelum nya dan itu sudah sangat lama."

"Kapan dan dimana?" Tanya Amara dengan raut wajah penuh curiga

"Awalnya ku pikir kau orang yang berbeda. Namun setelah bertemu dengan mu, ku pastikan tak ada yang berbeda dari mu, hanya saja kau lebih dingin dan lebih mengecewakan bahkan nama dan wajah ku pun tak kau ingat." Kata Gaung  

"Apa maksud mu? Aku tak mengerti! sebaiknya hentikan omong kosong mu dan segera pergi. Ingat aku telah melakukan keinginan mu, ku harap kau bisa menepati janji mu untuk membantu ku dalam masalah pekerjaan ku. Pergi lah." Ucap Amara dengan kasar

"Dimana dia? Dimana anak ku?" Tanya Gaung Sam sang Pemberi Informasi 

menatap tajam pada Amara Daft 

 

"Aku tak mengerti apa yang kau katakan, ku harap kau segera pergi dari sini."  Ucap Amara dengan gugup, tangan nya mulai gemetar dan mata nya mulai berkaca-kaca

"Aku memang telah melakukan ke salahkan pada mu 18 tahun lalu, aku minta maaf untuk itu, tetapi ku mohon ijin kan aku sekali saja bertemu dengan nya dan jika pun tak bisa bertemu dengan nya, ku mohon ijinkan aku untuk mengetahui kabar nya." Ucap Gaung memohon

Amara hanya terdiam menahan tangis nya, luka lama yang telah ia kubur dalam hati nya dan telah ia putuskan untuk melupakan nya sekarang berdiri tepat di hadapan nya.

"Pergi lah! Hal yang hanya akan menjadi kenangan, tidak akan terjadi kembali dan hanya menjadi suatu kenangan indah dan kenangan buruk, tak perlu mengingat nya kembali." Ucap Amara

"Aku tau, aku tak pantas menerima maaf mu, apa lagi mengharap kan mu kembali,  yang ku harap kau bisa memberitahu ku tentang nya." Kata Pemberi Informasi penuh penyesalan

"Aku lelah, ku harap kau pergi ." Ucap Amara memalingkan wajah nya

"Baik, aku pergi sekarang dan aku akan menunggu hingga tiba saat Tuhan mengetuk pintu hati mu dan semua doa ku terkabul."  Ucap Gaung melangkah pergi meninggal kan Amara yang hanya terdiam membisu

Beberapa saat setelah Gaung Sam sang Pemberi Informasi  pergi, dengan enggan Amara beranjak dari sofa menutup pintu dan bergegas masuk ke kamar. Air bening mengalir tanpa henti  dari sudut matanya dan  tak kunjung reda, langit pun seolah-olah merasakan ke pedihan   yang ia rasakan. Hujan perlahan jatuh ke bumi membuka semua kenangan masa lalu yang telah ia lupakan.

"Dan pada akhirnya aku  kembali merasa sakit seperti dulu, saat semua berjalan sangat baik meskipun tanpa adanya dirinya. Kembali fokus pada dunia kerja dan semua kegiatan ku.  aku pun bahkan sudah melupakan semua tentang nya atau mungkin memang tak pernah menganggapnya berarti. Jujur sangat sakit yang kurasa tetapi hidup masih harus terus berjalan begitupun dengan ceritaku. Dulu ku biarkan dia pergi karena menyia-nyiakan hati yang tulus untuknya, dulu saat aku terperosok dalam jurang karena nya, ku pernah berharap suatu saat nanti dia menyadari bahwa akulah yang terbaik buatnya. Juga dibalik itu semua aku mengucap terimakasih karena telah dia mau menghabiskan waktu bersamaku, merelakan hari-harinya bersamaku. 

Tiap hari bersama berakhirnya senja, berakhir pula kenanganku dengannya. Telah kutinggalkan ceritaku bersama terbenamya matahari, entah berapa lama kulakukan itu agar melupakan nya. Takkan lagi kukhayalkan dia kembali dengan senyum manisnya. Aku telah  melepaskan. Melepaskan kepergiannya dan mengubur semua tentang nya.  Namun, mengapa takdir harus mempertemukan kami kembali. Dia yang telah ku hancur dan telah ku lupakan dalam hidup ku, kini kembali lagi. Sungguh semua ini tak adil bagi ku."  Ucap Amara dalam rintihan nya

Hari itu telah lampau, bertahun lalu. Tapi betapapun lama hitungan hari yang sungguh pula tiada dapat terhitung, hari-hari itu terasa begitu dekat seperti baru saja terjadi kemarin. Memang daya ingat bekerja sangat misterius, terbolak-balik tiada dapat tentu.

Dada terasa sesak, air mata keluar dengan sendirinya beriringan dengan aliran ingatan tentang kita yang telah lama terkubur. Meskipun yang ada dalam gambaran kenangan adalah hal yang indah-indah tetap saja membuat hatiku bersedih.

Kita sudah menebak, apa yang akan terjadi di hari-hari yang senja ini. Kita masing-masing akan mengingat pada kenangan-kenangan indah kita.

Sesungguhnya pula bila aku bisa datang ke masa laluku, aku akan berusaha untuk menghindari pertemuan kita, aku tidak akan menjabat tanganmu untuk berkenalan. Tetapi, apakah ada sebuah mesin yang dapat kutumpangi untuk pergi ke masa itu? Jika ada apakah mesin itu akan mampu bekerja dengan sempurna, dan mampu mengangkut rencana pikiranku sekarang ke masa itu? Ataukah mesin itu hanya mengangkut tubuhku saja, lalu ingatanku tercecer sedemikian rupa? Maka sia-sialah mesin waktu itu.

Tak sadarkah aku, itu semua hanyalah bayangan semu belaka. Seperti keinginanku yang mungkin kekanak-kanakan. Aku menginginkan kita tak pernah bertemu sehingga sakit yang sekarang kuderita karena perpisahan denganmu tidak pernah kurasakan.

Sekarang apa yang akan kulakukan? Semua telah terjadi dan masing-masing dari kita pasti luka. Jalan sunyi yang kau pilih adalah hakmu sepenuhnya dan aku tidaklah dapat berbuat apa-apa. Aku pun harus rela seperti dirimu, itulah satu-satunya kebahagiaan abadiku sekarang.

Aneh benar perasaan ini. Sedih namun bahagia. Bahagia namun sedih

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SANG PEMIMPIN DAN PEMBERI INFORMASI    Bab. 21 anak ku Prioritas ku

    Amara yang teburu-buru membuat para karyawan merasa heran, Amara Daft dikenal sebagai sosok pemimpin yang bijaksana juga disiplin, entah apa yang membuatnya tiba-tiba meninggalkan kantor tanpa memperdulikan meeting yang masih berlanjut dengan para manejer.Gaung Sam yang juga melihat tingkah aneh Amara Daft dengan wajah sedikit memuat bergegas mengejarnya, firasatnya mengatakan apa yang terjadi berhubungan dengan putri mereka. Saat keluar dari pintu kantor Amara Daft sudah berlalu dengan mobilnya, Gaung Sam segera menghubungi salah satu kenalannya yang bekerja di bandara untuk mengecek daftar penumpang untuk hari ini.Setelah itu Gaung Sam kembali keruang meeting untuk menyelesaikan pembahasan dengan para manejer***Pukul empat sore Amara tiba di kota A, kota dimana putri semata wayangnya melanjutkan studi, ia bergegas menuju klinik asrama Putrinya setelah menghubungi guru pembimbing akademi.Hampir sejam perjalanan Amara tiba di Klinik asrama d

  • SANG PEMIMPIN DAN PEMBERI INFORMASI    Bab. 20 kekawatiran yang membebani

    Saat meeting Sang Pemberi Informasi sering kali mencuri pandang pada Amara Daft. Amara Daft sama sekali tifak memperdulikan kehadiran Sang Pemberi Informasi, ia hanya fokus pada pembahasan meeting saat itu dan berharap masalah TNcorp bisa cepat terselesaikan agar ia dapat segera mengakhiri kerjasama bersama Sang Pemberi Informasi.Waktu menunjukan pukul dua belas siang hari meeting bersama para manejer dan Sang Pemberi Informasi diakhiri dengan perjamuan makan siang bersama, Eva mempersilahkan semua untuk menyantap makan siang yang telah tersedia sebelum mereka melanjutkan kegiatan mereka pada saat itu. Amara Daft memilih kembali ke ruang kerjanya dan menyantap makan siangnya disana, ia ingin menghindari Sang Pemberi Informasi, namun tanpa ia sadari Sang Pemberi Informasi mengikuti langkahnya keruangan kerjanya dan membuat Amara Daft tudak bisa lagi menghindarinya."Apa kau harus seperti ini? Jika kau pikir kau dapat menghindari ku, maka ku pastikan pada mu, aku akan menca

  • SANG PEMIMPIN DAN PEMBERI INFORMASI    Bab.19 menghindarpun tak bisa

    Kisah pahit yang selalu ingin dilupakan Amara Daft, cerita dibalik perjalanan hidupnya yang membuat Amara berjuang keras menjalani hari-hari dengan menyibukan diri dengan larut dalam dunia kerjanya hingga ia melupakan semua kenangan pahit untuk kesalahan yang telah ia perbuat di masa lalu..Tok ... tok ...tok ...Suara ketukan dari balik pintu ruang kerja Amara membuatnya tersentak kaget dan tersadar akan lamunan pahit yang masa lalunya."Iya, silahkan masuk.""Maaf Non, rapat sepuluh menit lagi akan di mulai," ucap Eva saat tiba di hadapan meja Amara"Apa semua sudah berkumpul?" tanya Amara tersenyum pada Eva"Manejer pemasaran dan manejer keuangan belum hadir di ruang meeting, saya telah menghubungi mereka agar bisa segera hadir sebelum jadwal yang ditentukan untuk meeting hari ini," jawab Eva membalas pertanyaan Amara Daft"Baikla! Jika semua telah berkumpul tolong beritahukan pada ku agar aku juga bisa segera keruang meeting, sekarang kau boleh

  • SANG PEMIMPIN DAN PEMBERI INFORMASI    Bab.18 Tuhan Berkehendak lain

    Malam hari nya Amara mulai menelpon Gaung."Orang tua dan Kakak ku, telah mengetahui kehamilan ku dan mereka menginginkan aborsi. Aku akan menghubungi mu lagi setelah aborsi telah selesai dilakukan." Ucap Amara saat mengetahui panggilannya terhubung. Amara pun mengakhiri panggilan nya tanpa mendengar jawaban dari Gaung***Dua hari kemudian setelah waktu aborsi di jadwalkan Kakak sepupu. Kakak mengantar Amara kerumah Kakak sepupu untuk bersama-sama ke rumah bidan senior yang akan melakukan tindakan aborsi, pukul sepuluh mereka tiba di rumah bidan Jean. Saat bidan Jean melihat kedatangan kami, Amara di ajak masuk ke dalam ruang pemeriksaan dan diminta untuk berbaring diatas ranjang pemeriksaan. Semua telah di persiapkan, sepuluh menit kemudian bidan Jean, memasukan alat dan obat untuk melakukan tindakan aborsi, hampir setengah jam Amara berbaring diatas ranjang menahan rasa sakit." Sudah selesai, kita tunggu paling lambat dua kali dua puluh empa

  • SANG PEMIMPIN DAN PEMBERI INFORMASI    Bab 17 Terungkapnya Rahasia

    Hari berlalu serasa cepat, usia kandungan Amara hampir lima bulan. Suara bising mulai sayup-sayup terdengar di telinganya tentang kehamilannya. Amara seakan-akan menjadi sorotan semua mata dan menjadi bahan gunjingan, saat ia berada di lingkungan sekolah, entah dari mana dan siapa yang menyebar tentang kehamilannya.Amara mulai merasa tidak nyaman, ia pun mulai aktif membolos dan menghindari semua teman-teman sekolah dan juga tiga sahabat yang sejak kelas satu selalu bersama nya. Timbul kecurigaan pada Cuing karena hanya Cuinglah yang mengetahui cerita tentang kehamilannya.Rasa kecewa membuat Amara memilih tidak ke sekolah, hampir sebulan sudah Amara memilih mengurung diri di rumah. Amara beralasan sedang masa tenang sekolah, kadang pula Amara berpura-pura berangkat dan kembali lagi ke kamarnya mengurung diri.***"Ra, nanti siang tolong ke bank, transfer uang bulanan kakak-kakakmu." Perintah mama pada Amara melihatnya keluar dari kamar"Jam berapa, M

  • SANG PEMIMPIN DAN PEMBERI INFORMASI    Bab.16 Kenyataan Pahit

    Setelah tak lagi berkomunikasi Amara mulai kembali menghubungi Gaung. Saat ia mengetahui dirinya tak datang bulan, hanya dalam kurun waktu satu bulan, dalam dua kali berhubungan intim. Amara hamil, ia menyadari itu setelah selesai ujian semester."Malam ini kita harus bicara." Pesan singkat yang dikirim Amara pada Gaung"Apa masih ada yang perlu kita bicarakan!" Jawab singkat Gaung acuh tak acuh saat membalas pesan Amara "Ya, aku harap kau harus datang dan ini sangat penting." "Oke!"Pukul delapan malam Gaung sudah menunggu Amara di depan gang seperti janji mereka."Aku ada masalah." Ucap Amara saat telah berhadapan dengan Gaung."Masalah apa?" Tanya Gaung dengan raut wajah binggung tapi tetap cuek"Aku belum datang bulan.""Apa kau yakin dan apa hubungannya dengan ku?" Ucap Gaung seakan-akan tidak percaya untuk apa yang ia dengar dari bibir Amara"Sangat yakin, terakhir datang bulan dua minggu sebelum kit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status