Share

BAB 5

Abigail duduk di dalam bus yang membawanya pulang. Secara mengejutkan, Thomas membiarkannya pergi bukannya menahannya di sana. Ditolehkannya kepalanya ke samping,melihat hujan yang belum juga reda di luar. Tidak mempedulikan keadaan bus yang tidak terlalu ramai, Abi bergelut dengan pikirannya sendiri. Mencoba meyakinkan dirinya kalau Thomas memang tidak main-main.

Abigail mengusap air matanya, meletakan kepalanya di kaca bus dan memandangi undangan yang tadi diberikan Thomas. Abigail membalik-baliknya berkali-kali. Sebuah undangan pesta topeng yang diadakan salah satu pengusaha London. Abi bisa membaca motif Thomas pergi ke sana.

"Aldrick," gumam Abigail saat melihat nama pengundang yang tertera di sana. Abi mengangkat pandangan dan menghirup aroma dinginnya malam. "Tuhan, semoga ini jalan keluarnya," ucapnya mencoba mencari keyakinan atas pilihan yang akan diambilnya.

Abigail menatap London Eye di kejauhan yang nampak cantik tapi perlahan mengabur saat matanya kembali berkaca-kaca.

***

Keesokan malamnya,

"Aku berharap Riley ada di sini," ucap Letisha,memandangi Mansion megah di kejauhan yang terlihat ramai. "Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di dalam sana. Setidaknya dia bisa melindungimu."

"Berharap saja ini hanya pesta topeng biasa," balas Thita dengan helaan napas panjang.

Abigail yang duduk di kursi belakang sudah cantik dengan gaun hitam dengan hiasannya yang berkilau hanya diam saja. Kedua sahabatnya akhirnya menghadap ke belakang.

"Kenapa kau memakai gaun lamamu itu?" Tanya Thita.

Abigail melihat gaunnya, "Entah kenapa aku ingin memakai gaun ini karena membuatku merasa lebih dekat dengan Shine. Kami membeli dan memakainya bersama-sama." 

Siang tadi anak buah Thomas datang ke Thita untuk menyerahkan gaun mahalan beserta hiasannya untuk Abigail pakai nanti malam. Namun hanya dia pandangi gaun itu tanpa minat sedikitpun dan malah mengeluarkan gaun lamanya.

"Apa kau yakin ini bukan akal-akalannya Thomas?" Thita nampak khawatir. "Aku takut terjadi sesuatu."

"Semoga semuanya baik-baik saja," desah Letisha.

Abigail mengangguk, "Hanya ini kesempatanku." Lalu memakai topengnya untuk melengkapi keseluruhan  penampilannya. Membiarkan saja rambut hitam panjangnya di gerai. "Aku pergi dulu."

Kedua sahabatnya mengangguk, memberikan pelukan erat dan Abigail keluar dari mobil, sesaat memandangi mansion itu dengan dada bergemuruh. Tidak tahu apa yang akan terjadi nanti.

Abigail hanya bisa berdoa sebelum melangkahkan kakinya ke area mansion untuk mencari Thomas.

***

CIITTTT!

Abigail tersentak kaget saat mobil mewah berkaca gelap yang keluar dari Mansion Aldrick tiba-tiba berhenti di depannya. Dua lelaki berbadan besar keluar dan menghampiri hingga membuatnya reflek mundur dengan kening berkerut.

"Nona Abigail—"

"Siapa kalian?" Ucapnya dengan intonasi setenang mungkin. 

 "Tuan Thomas menunggu di dalam mobil."

"Thomas?" Abigail melihat ke arah mobil dan langsung bergegas menghampiri pintu kursi penumpang yang kacanya perlahan turun hingga dia bisa melihat  Thomas yang duduk di dalam sana.

"Masuklah, Abigail."

"Bukankah kita seharusnya menghadiri pesta topeng? Kenapa kau malah pergi?"

"Aku akan menjelaskannya tapi masuklah dulu ke dalam mobil sekarang!!" Perintahnya tegas.

"Aku tidak mau menuruti kemauanmu," desis Abigail seraya mundur.

"Kau mau melihat surat-suratmu jadi abu, hmm?" Ancamnya.

Abigail terdiam, belum sempat membalas, lengannya di tarik paksa salah satu bodyguard Thomas dan memaksanya masuk ke dalam, duduk di samping Thomas.

"Kau sudah berjanji padaku. Aku hanya akan menemanimu menghadiri pesta topeng dan kau akan melepaskanku," ucap Abigail.

"Ya memang. Tapi kau terlambat. Aku sudah masuk lebih dulu dan berbincang dengan beberapa kenalanku—"

"Kalau begitu aku tidak perlu lagi menuruti kemauanmu. Aku mau surat-suratku sekarang juga!" sela Abigail.

Thomas berdecak, "Apa kau segitu inginnya lepas dariku?"

"Apa yang bisa aku harapkan darimu?" cecar Abigail. "Aku datang ke London untuk mencarimu berharap kita bisa bersama tapi apa yang aku dapatkan saat ini—"

"Kita memang bersama, bukan?" sela Thomas.

"Tapi kau mengecewakanku," desis Abigail. "Kau lebih mementingkan judimu dan tidak memperlakukanku dengan baik. Aku jelas melakukan kesalahan dengan datang ke sini!"

"Kau tahu aku tidak bisa melepaskan kesenanganku yang satu itu. Seharusnya kau mengerti!"

"Kalau begitu lepaskan aku supaya kau bebas melakukan apapun sesukamu!!"

Mereka saling bertatapan selama beberapa saat sampai Thomas menghela napas. "Oke baiklah." Thomas memanggil bodyguardnya di luar yang sedang menghalangi Thita juga Letisha di depan mobilnya.

"Berikan amplop coklatnya ke salah satu wanita itu," perintahnya, bodyguardnya mengangguk kemudian berbalik.

"Kenapa tidak kau berikan padaku?!" desis Abigail, berniat untuk keluar  tapi lengannya langsung dicekal Thomas hingga membuatnya kembali berbalik.

"Aku sudah memenuhi janjiku untuk mengembalikan surat-suratmu jadi kau harus ikut menemaniku ke tempat lain."

Abigail berusaha menarik lengannya tapi cekalan Thomas sangat kuat, "Kau memang bajingan!!"

Thomas menyeringai, "Kau harus melihat kemenanganku malam ini sayang."

TIN TIN TIN

Thomas dan Abigail menoleh ke belakang dan melihat ada mobil hitam lain yang akan masuk ke dalam Mansion tapi terhalang mobil Thomas. Abigail terpaku sejenak dengan perasaan aneh yang tidak bisa dijelaskan saat dia mencoba melihat siapa yang ada di dalamnya. Saat Abigail samar-samar bisa melihat yang berada di balik kemudi, matanya langsung melotot dan saat itu mobil Thomas sudah melaju pergi dengan kecepatan cukup tinggi membuat Abigail terhenyak dengan pikirannya sendiri tidak peduli lagi kemana Thomas membawanya.

Apa dia tidak salah mengenali? Apakah lelaki itu—

Arsen?

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status