'Emak,"
Tampak dari kejauhan Yuli berlari menenteng kantong plastik berwarna hitam. Ia tampak kegirangan. Tak perduli pematang sawah yang kecil menyulitkan langkahnya. Tubuhnya oleng ke kanan kiri menjaga keseimbangan. Dengan gembiranya ia menyerahkan bungkusan itu kepadaku. Isinya daging ayam mentah."Masya Allah dari siapa Yul ?"Aku terkaget. Wajarlah, ayam adalah makanan yang jarang kami makan. Mungkin setahun dua kali. Itupun pemberian orang." Dari nenek,mak. Nanti dimasak ayam kecap ya mak," Yuli sangat senang. Dibenaknya mungkin dia membayangkan sedang menyantap ayam kecap.Namaku Narti. Aku anak kedua dari lima bersaudara. Dari kelima saudaraku, hidupkulah yang ekonominya paling sulit. Suamiku Bang Usman hanyalah buruh serabutan yang penghasilanya tak menentu. Tetapi syukur alhamdulillah kami tak pernah kelaparan walau dengan lauk seadanya. Kadang kalau benar benar tidak punya uang, garamlah yang menghiasi nasi kami.Abangku yang pertama adalah Kang Sabar. Beliau seorang guru di desa kami. Seperti namanya, beliau orang yang sabar dan berwibawa. Tetapi sifat itu berbanding terbalik dengan istrinya, Mbak Lastri. Ia mudah marah dan pelit.Adik ku yang ketiga dan ke empat adalah Leli dan Nisa. Suami mereka adalah perangkat desa.Dan adik ku terakhir, Toni. Ia tinggal paling jauh diantara kami. Tetapi ialah yang paking sukses. Ia seorang pengusaha furniture yang cabangnya hampir seluruh nusantara." Wah ada yang masak ayam. Baunya kemana mana.Pasti ayam dari emak,"Tiba tiba Leli lewat disamping rumahku."Lel, ayok ikut nyicipi," ajak ku."Nggak usah lah kak. Udah bosan makan ayam. Emang ya anak kesayangan emak jadi apa apa dikasih kakak," ucapnya sambil mengelus gelang emas yang berjejer rapi di tanganya." Tadi kebetulan Yuli bantu emak bersih bersih rumah," kataku mencoba tenang."Kalau bantu emak yang ikhlas. Jangan ngarepin imbalan. Masih kecil diajari ngemis," ucapnya seraya pergi.Ya Tuhan mengapa Leli selalu menyakiti hatiku dengan semua perkataan yang keluar dari mulutnya. Apa dia lupa aku adalah kakaknya. Apa karena aku orang miskin yang tak pantas dihormati.Bagaimanapun dia adik ku. Aku tidak tega marah kepadanya. Kami pernah ada dalam rahim yang sama. lahir dari wanita yang sama, tumbuh besar dalam rumah yang sama. Memang akulah yang paling dekat dengan emak. Orang kepercayaan emak. Dan Kang Sabar dan Toni juga selalu memperhatikan aku karena kehidupankulah yang paling sulit. Itulah yang membuat adik ku Leli dan Nisa iri. Padahal kehidupan mereka jauh lebih mapan dariku." Mak, besok kata nenek disuruh datang ke rumah nenek pagi. Om Toni mau datang,". Lamunanku buyar kala Yuli menarik narik baju bawahku."Jadi Yuli tadi bantu nenek bersih bersih rumah karena Om Toni mau datang ?"Yuli mengangguk cepat.***Saat malam tiba, tampak suami dan anaku dengan lahap menyantap ayam kecap buatanku." Dik, masakanmu enak. Kenapa tidak buka warung nasi saja ?" tanya Bang Usman." Modalnya besar, bang,"" Do'akan suamimu banyak rezeki ya. Supaya kamu bisa mewujudkan mimpimu punya warung nasi,"Aku tersenyum mengangguk.Tetapi saat ini nafsu makan ku tiba tiba hilang teringat kedatangan adik ku Toni. Drama apalagi yang akan menghiasi ?Lima belas tahun kemudian..." Fandi, perkenalkan ini Fania. Anak dari rekan bisnis, ibu," kata ibu seraya memperkenalkan seorang wanita cantik, berkulit putih, tinggi semampai.Fandi hanya membalas uluran tanganya. Disertai senyum yang sedikit dipaksakan.Sudah puluhan kali mungkin, ibu mengenalkan Fandi pada wanita yang bisa di bilang cantik untuk ukuranya, tetapi sama sekali tidak ada satupun yang bisa mengetuk pintu hatinya." Ibu, sudah jangan terus menerus membawa wanita di hadapanku. Umurku juga sudah semakin tua. Aku muak," keluh Fandi pada ibunya." Ibu hanya ingin anak ibu punya pendamping itu saja. Ibu ingin ada yang menemani masa tua mu. Tidak seperti ibu yang kesepian." Ada Yumna bu. Dia kelak yang menemani ku,"Bu Maya menghembuskan nafas dengan kasar. Membuang pandangan ke luar jendela. Sedikitpun ia tidak dapat menyelami pikiran putranya itu." Kamu sadar kan Fandi. Yumna diasuh oleh Narti. Jadi kemungkinan besar ia juga akan dekat dengan ibunya. Untuk merebut hak asu
POV USMAN ARI FANDIAku tak menyangka bahwa langkahku berbakti pada surga ku benar benar menggores hati separuh jiwaku. Bukan segera mengharap kepergian Tina. Tetapi ku kira setelah kepergian Tina, semua akan berjalan kembali normal. Namun nyatanya Narti memiliki hati yang kokoh. Pernah suatu waktu dia berkata bahwa dia bukanya tidak menuruti suami. Tetapi dia lebih takut bahwa suaminya tak mampu berbuat adil.Ya aku harus akui. Karena dialah cinta sejatiku. Bahkan kebersamaan dengan Tina yang kata oramg memiliki kecantikan bak bidadari pun namun nyatanya cinta ini tetap tidak mau berbagi." Aku telah berhijrah. Aku telah berubah. Tidakah sedikit saja engkau mengatakan sayang padaku, bang ?" tanya Tina suatu malam." Kalau kamu berhijrah demi manusia, itu salah Tin,"" Permata indah memang tidak dilihat dari harta dan kecantikan raga. Tetapi dari keikhlasan dan ketulusan seorang wanita. Dan itu bagimu hanya ada pada Mbak Narti,"" Ma afkan aku Tin. Tapi memang itulah kenyataanya. Seki
" Aku sama sekali tidak tahu, neng. Jangan menuduh sembarangan tanpa bukti. Nanti bisa jadi fitnah." kata Bang Usman." Aku telusuri riwayat siapa saja yang mengunjungi Yuli. Ada nama Tante Mira. Apa salah jika saya bertanya ?"Bang Usman menyuruh asisten rumah tangga untuk memanggilkan Tante Mira. Dan selalu dengan wajah yang angkuh ia melangkah. Tatapan sinis tak pernah lepas dari pandanganya saat menatapku." Mau apa lagi kamu kesini ?" tanyanya ketus." Saya kesini bertanya secara baik baik. Apa Bu Mira mendoktrin Yuli agar membenci saya ?"" Bisa dijaga mulut kamu itu ? Jangan asal tuduh," " Saya bertanya bukan menuduh,". Aku berusaha menenangkan diri agar tidak larut dalam emosi." Sama saja,"" Ma af Bu Mira. Saya telusuri riwayat siapa saja yang mengunjungi Yuli. Terakhir tertera nama anda. Maka dari itu saya bertanya. Letak salahnya dimana ?"Bu Mira melengos menatap arah lain. Aku yakin ada yang tidak beres dengan nya. Dari bahasa tubuhnya. Dari mimik wajahnya." Kenapa Bu
" Ma afkan aku, Nis,". Leli langsung menjatuhkan diri di hadapan Nisa.Nisa diam mematung. Dia melirik ke arahku seolah penuh tanda tanya. Aku hanya mengangguk." Siapa ?" tanya Nisa seraya mengangkat Leli dari kaki nya. Dengan malu sekaligus takut, Leli memberanikan diri mendongakan wajahnya. Ku lihat wajah Nisa memerah tanganya mengepak. Aku pegang tangan itu. Aku takut Nisa berbuat nekat. " Kenapa setelah semuanya hancur baru berujar ma af ?" " Aku bertaubat Nis. Ma afkan aku,"" Andai ma af mbak berguna,"jawab Nisa singkat. Seraya meninggalkan Leli yang masih diam mematung di tempatnya.Aku terhenyak dengan perkataan Nisa. Sakit itu terlalu dalam." Nis, coba kamu fikirkan. Leli sudah menuai karmanya. Tolong ma afkan dia Nis. Kasihan dia,"" Mbak, mau dia menuai karma,mau dia mati pun tidak bisa menggantikan apa yang sudah hilang kan,"" Nis,mbak tau. Mbak juga belum pernah berada di posisimu. Tetapi kita sama nis.Sama sama pernah di khianati dalam ikatan suci pernikahan. Tetapi
" Leli," panggilku. Tidak salah dia Leli. Aku mengenalinya walaupun dengan penampilan yang berbanding terbalik dengan yang terakhir aku temui tempo hari.Wanita yang ku panggil hanya melengos masuk kedalam lagi dengan menelangkupkan tangan ke wajah. Seolah enggan menemui ku. Karena rasa penasaran yang tinggi, ku kejar dia. Kalau memang dia bukan Leli, kenapa harus lari.Ku buka tirai tanpa pintu itu dengan hati hati. Kepala ku menyembul kedalam. Wanita itu menangis di ujung ranjang yang reyot. Bahunya terguncang. Aku duduk di sampingnya. Ku pegang pelan ujung tanganya." Benar. Ini Leli adik mbak ?" tanya ku sehalus mungkin.Dia histeris. Berdiri dengan berlinangan air mata." Mau apa mbak kesini ? Mau menghinaku sekaligus mengusirku ? Hancurkan aku sekalian mbak," ucapnya pilu.Ku genggam tanganya. Ku dudukan lagi dia di sisiku. Tanganya masih bergetar. Tangisnya belum reda." Lel, mau seperti apapun aku ini adalah kakakmu. Setiap orang pasti punya salah dan masa lalu,"Serta merta L
" Sombong kamu Narti. Berapa sih uang mu dari hasil kerjamu menjadi babu di negara orang ? Paling tidak sampai setahun juga sudah habis," hina Tante Mira." Itu urusan saya Tante. Mau berapapun, setelah ini saya akan rebut hak asuh anak anak dari kalian,"" Apa bisa kamu menghidupi anak mu dengan layak hah ?" Seorang anak tidak perlu orang tua yang kaya. Tapi orang tua yang bahagia. Permisi,"Aku berpamit ke kamar Yuli. Putri ku tergolek lemah di ranjang. Badan kurusnya semakin membuat hatiku menjadi miris. Kupegang tanganya. Ku ciumi berulang ulang. Tak henti hentinya aku meminta ma af karena telah meninggalkanya.Mata itu terbuka perlahan." Bu, Yuli tidak tahan. Tolong belikan Yuli bu," ucapnya memelas. Tetapi air mataku semakin tumpah ruah. Permintaan yang tidak mungkin akan aku turuti." Yuli lawan ya nak. Itu haram. Yuli harus bisa," " Hanya dengan itu Yuli tenang bu. Tolong," kata Yuli bergetar.Ya Tuhan apa yang selama ini dialami Yuli. Hingga dia mengharapkan ketenangan. A