Share

Bab 3 : Makhota Hilang

Setelah dua jam menghilang, Laura memerintahkan pengawalnya untuk mencari keberadaan Sasa. Mira juga menelepon beberapa teman kenalannya untuk menanyakan kabar Sasa. Namun hasilnya, tidak ada satu pun temannya yang melihat Sasa. Mira merasa khawatir dan panik. Laura hanya bisa menenangkan Mira saat ini.

Laura juga merasakan apa yang dirasakan Mira. Dia berharap tidak ada hal yang terjadi pada Sasa. Begitu juga, Mira. Dia sudah berjanji untuk menjaga Sasa dengan sepunuh raganya. Dia bahkan bisa memberikan nyawanya untuk menyelamatkan Sasa. Dia tidak rela, kalau terjadi apa-apa dengan Sasa.

Beberapa menit kemudian, Laura mendapatkan informasi bahwa Sasa saat ini berada di Hotel F&W. Saat mengetahui kabar itu, Laura dan Mira pergi menjemput Sasa. Namun pengawal tersebut tidak memberitahu informasi lain bahwa Sasa sedang bersama laki-laki yang lain. 

Sasa memandang sekeliling setelah sadarkan diri dari pengaruh obat perangsang. Sasa merasakan sakit kepala saat mengingat beberapa jam yang lalu. Setiap adegan tadi terlintas di pikirannya. Sasa menatap darah di sprei. Dia menangis atas tindakan yang dilakukannya. 

Sasa mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai. Setelah berpakaian, Sasa meninggalkan kamar hotel tersebut. Saat menyadari bahwa pria yang sudah tidur dengannya di dalam kamar mandi. Sasa menengok ke belakang, tepatnya kamar hotel tersebut. Sasa menghela nafas dan berjalan menuju lobby hotel.

Tepat pada saat itu, Laura dan Mira sampai di hotel tersebut. Sasa yang melihat kedua sahabatnya pun berlari dan memeluk keduanya. Laura memandang Sasa dengan hati-hati. Dia pun melihat beberapa tanda di leher Sasa. Namun Sasa menggeleng-gelengkan kepala untuk menghentikan Laura untuk bertanya. Laura diam dengan ekspresi sulit diartikan.

Pria tersebut tidak menyadari bahwa Sasa sudah meninggalkan dirinya di kamar hotel sendirian. Pria itu hanya merenungkan apa yang dia lihat tadi. Saat memandang tetesan darah yang mengotori sprei. Dia menyadari bahwa Sasa adalah wanita baik-baik dan terhormat. Jika bukan karena obat perangsang, Sasa tidak akan melakukan hal seperti itu.

Setelah 30 menit kemudian, pria tersebut keluar dari kamar mandi. Dia memandang ke arah ranjang. Namun tidak ada keberadaan Sasa disana. Dia pun memerintahkan beberapa anak buahnya untuk mencari keberadaan Sasa. Hasilnya tidak memuaskan hatinya.

Saat memandang ke sekeliling kamar tersebut, matanya melihat sebuah tas ransel sederhana yang digunakan Sasa tadi. Dia pun melihat ke dalam ransel tersebut. Dirinya menemukan dompet dan handphone yang digunakan Sasa. Sebab penasaran, akhirnya dia mencari kartu pelajar Sasa.

Pria tersebut tersenyum dingin dan menatap nama pemilik kartu indentitas tersebut yaitu Faleesha Wijaya. Nama yang sangat cantik menurutnya. Dia memandang wajah perempuan yang sudah memenuhi pikirannya. Dia pun memerintahkan asistennya untuk mencari keberadaan Faleesha.

Sesampainya di tempat kosan mereka, Sasa pun menceritakan apa yang sudah dia alami kepada kedua sahabatnya. Laura dan Mira tidak sanggup berkata-kata dengan apa yang dialami sahabatnya. Sasa hanya tersenyum memandang Laura dan Mira. Dia mengaku bahwa ini kesalahannya karena tidak bisa menjaga diri. Dia tidak akan meminta pertanggungjawaban pria tersebut. 

Laura berpikir sejenak sambil memandang sahabatnya tersebut. Dari cerita Sasa, dia tidak mengetahui siapa lelaki tersebut. Namun bukan Laura, jika tidak mencari kebenarannya. Dia akan meminta pertanggungjawaban pria itu untuk Sasa. Dia tidak ikhlas apabila Sasa menanggung semua bebannya sendiri.

"Aku tahu, apa yang sedang kamu pikirkan Laura. Namun aku berharap bahwa kamu tidak menyelidiki kasus ini. Aku tidak mau kamu ikut campur urusanku. Cukup dukung aku dari belakang. Lagipula laki-laki itu tidak bersalah. Aku yang menggodanya walaupun terpengaruh obat perangsang yang tidak tahu dari mana asalnya. Namun aku akan mencari tahu semuanya nanti. Laura, aku tahu kamu merasa bersalah karena sudah gagal melindungi dan menjagaku. Tetapi ini sudah menjadi takdirku. Jangan kamu merasa bersalah. Begitu juga kamu Mira. Sudah berhenti menangis. Muka kamu jadi tidak cantik lagi karena air mata yang terbuang sia-sia. Ha....ha...ha...," kata Sasa sambil tertawa melihat ekspresi wajah Mira yang hidungnya sudah dipenuhi lendir. 

Mendengar hal tersebut, Laura dan Sasa hanya bisa menghela nafas. Susah berbicara dengan Sasa. Menurut mereka, Sasa terlalu baik hati sebagai manusia. Sasa bagaikan malaikat yang putih dan polos. 

Sasa memandang ke arah langit sore. Sasa ingin menangis. Namun air matanya tidak bisa menetes. Sakit tapi tidak berdarah. Sasa merindukan orangtuanya yang sudah lama meninggal. Andaikan orangtuanya masih hidup, Sasa akan menangis di pelukan orangtuanya. Itu hanya harapan kecil Sasa.

Kring....kring...kring.... panggilan dari handphone Laura. Mira dan Sasa bisa melihat perubahan ekspresi Laura yang sedih. Laura menganggukkan dan mengiyakan panggilan tersebut. Laura memandang sekilas ke arah Sasa. 

Setelah panggilan selesai. Laura pun menjelaskan kepada Sasa tentang kakek Sasa yang tidak sadarkan diri di rumah sakit. Dari panggilan tadi, kakek pingsan di ruang kerja. Sasa yang mendengar kejadian tersebut memutuskan untuk kembali ke negara asalnya, New York.

Di kamar hotel, pria tersebut masih duduk diam di kursi mewah di sudut ruangan. Kursi tersebut menghadap jendela. Dia bisa melihat matahari tenggelam dari luar jendela. Dia menunggu jawaban dari asistennya yang sudah berdiri di samping kursi.

"Informasi yang kami temukan adalah nona Faleesha Wijaya merupakan mahasiswa semester akhir berusia 20 tahun. Dia tinggal di kamar kosan tidak jauh dari kampusnya bersama kedua sahabatnya. Namun dari data tersebut, kedua sahabatnya nona Faleesha merupakan anak dari orang terpandang dan kaya raya," kata asisten tersebut kepada bosnya sambil memberikan selembar dokumen mengenai identitas Sasa dan kedua sahabatnya. 

Pria tersebut memikirkan sesuatu saat membaca indentitas sahabat baik dari Sasa. Menurutnya, ada sebuah rahasia besar di balik tertutupnya identitas Sasa. Namun dia tidak bisa melangkah lebih jauh lagi. Sebab ini bukan ranah dia untuk ikut campur di dalamnya.

Setelah berpikir beberapa hal mengenai apa yang terjadi. Di tambah informasi bahwa ada seseorang gadis yang sengaja memberikan obat perangsang kepada dirinya. Namun ternyata Sasa yang meminum alkohol tersebut. Hal tersebut menyebabkan sesuatu di luar pengetahuannya. Gila tapi itu yang terjadi.

Pria itu pun melangkah menjauh kamar hotel tersebut. Kamar hotel yang menjadi saksi bisu tersebut tertutup rapat dari sekarang dan selamanya. Dia secara khusus membeli kamar tersebut agar tidak pesan oleh semua orang. Dia ingin menjadikanya kamar pribadinya. 

Pria tersebut memandang wajah cantik Sasa yang terlihat natural. Menurutnya, wajah tersebut menenangkan hatinya yang beku menjadi hangat. Dia tidak tahu perasaan apa yang hadir. Namun dia mengakui bahwa dia tertarik dengan Sasa. Bahkan melabelkan Sasa sebagai wanitanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status