Share

Bab 4 : Penderitaan

Saat mengetahui alamat kosan Sasa, pria tersebut mendatanginya. Ternyata Sasa sudah pergi beberapa jam yang lalu bersama kedua sahabatnya. Dia memetik kecewa kedua kalinya. Dia pun memerintahkan asistennya untuk menemukan keberadaan Sasa.

Di bandara Soekarno-Hatta, Sasa dan kedua sahabatnya sudah bersiap meninggalkan negara ini. Mereka akan pergi dengan menggunakan pesawat pribadi milik Laura. Beberapa kali Sasa menengok ke belakang. Laura dan Mira hanya bisa menghela nafas melihat tingkah laku Sasa. Mereka tahu, apa yang sedang dipikirkan sahabatnya itu.

Sasa memiliki perasaam tidak rela untuk meninggalkan negara ini. Apalagi dia belum bisa mencaritahu informasi mengenai pria yang sudah bersamanya di hotel. Sasa berharap setelah masalah selesai, dia bisa menemukan pria tersebut. Jujur, Sasa merasa takut akan kehadiran janin dalam rahimnya. Namun dia tidak bertindak sekarang karena banyak orang yang akan memperhatikan dia ke depannya.

Identitas Sasa sangat istimewa. Sasa merupakan cucu dari Frans Wijaya. Beliau adalah pemilik dari perusahaan F&W yang menguasai seluruh daratan Amerika dan Eropa. Beliau sangat disegani dan dikagumi. Sasa juga merupakan ahli waris dari seluruh kekayaan beliau. 

Kehadiran Sasa selama ini disembunyikan dari dunia luar. Cukup beberapa orang yang mengetahui identitas Sasa tersebut seperti keluarga Laura dan Mira. Orangtua mereka merupakan sahabat dari orangtua Sasa. 

Sasa juga harus menghindari ancaman yang datang dari keluarga paman angkatnya. Paman dan bibinya yang rakus dan serakah. Tidak menerima Sasa sebagai ahli waris kakeknya. Sehingga kakeknya mengusir dan menyembunyikan keberadaannya. Namun saatnya dia harus kembali ke tempat yang seharusnya. 

Sasa sudah menyiapkan mental untuk bertemu paman dan bibinya. Sasa mengetahui bahwa orangtuanya mati di tangan pamannya. Namun, dia tidak berdaya pada saat itu. Kakeknya hanya bisa menutup mata dan telinga tanpa berbuat apapun. Benci dan marah selalu dia sembunyikan dengan baik dalam kepolosannya.

Sesampainya di New York, Sasa dan kedua sahabatnya menuju rumah sakit. Sasa berjalan tergesa-gesa ke ruang ICU. Dia bisa melihat kakeknya berada disana dengan alat-alat medis yang menempel di seluruh tubuhnya. Sasa menyesal karena selalu menolak untuk bertemu kakeknya. Saat kakeknya masih sadarkan diri.

Sasa memandang ke sekeliling. Dia hanya melihat kepala pelayan yang selalu berada di samping kakeknya. Dia tidak menemukan keberadaan paman dan bibinya. Saat mengetahui tatapan tersebut, kepala pelayan menjelaskan bahwa paman dan bibinya tidak pernah menjenguk kakek di rumah sakit. Saat mengetahui itu, perasaan sesak dan marah memenuhi pikiran Sasa. 

Ekspresi yang ditunjukkan Sasa membuat siapapun yang melihat merinding ketakutan. Laura dan Mira hanya diam mematung. Mereka tahu, apa yang akan dilakukan Sasa saat ini. Mereka cukup mendukung tanpa mengomentari apa yang dilakukan Sasa nanti. 

Kepala pelayan memerintahkan Sasa untuk kembali ke kediaman untuk beristirahat sebentar saja. Namun hal itu tidak mungkin terjadi. Tidak mungkin dia akan meninggalkan kakeknya yang sedang sakit sekarang. Dia pun meminta ruang rawat untuk berganti pakaian.

Sasa memeriksa melalui rekaman CCTV yang diberikan kepala pelayan. Di rekaman tersebut terlihat kakeknya sangat marah mengetahui kematian ayah dan ibunya disebabkan oleh paman angkatnya. Sasa menghela nafas. Ternyata kakeknya drop karena hal ini.

Sasa izin untuk masuk ke ruang ICU. Sasa memandang kakeknya yang terkujur kaku di atas ranjang. Dia menggenggam tangan kakeknya. Dia menangis dalam diam. Dia tak sanggup menerima semua cobaan ini. Dia sangat lelah.

"Kakek, Sasa sudah kembali. Kakek kangen kan sama Sasa. Maafin Sasa baru berkunjung sekarang. Sasa harus menyelesaikan studi Sasa kek. Sasa harus menjadi kebanggaan kakek. Kakek sakit karena mengetahui kematian orangtua Sasa ya. Jangan sedih kek. Sasa baik-baik saja, Sasa tahu apa yang terjadi sebenarnya. Maafin Sasa tidak jujur sama kakek dari awal. Sasa gak mau membuat kakek sakit seperti ini. Kakek, Sasa batal nikah dengan kekasih Sasa. Dia selingkuh dengan teman Sasa, kek. Dia tidak terima kalau Sasa miskin. Maafin Sasa lagi, kek. Sebab Sasa tidak bisa menjaga kehormatan Sasa. Padahal kakek mengajarkan Sasa untuk berbuat baik dan menjaga harga diri. Maaf, Sasa gagal kek. Sasa mohon, kakek cepat sadar ya," kata Sasa dengan suara pelan.

Tangisan Sasa bisa terdengar oleh Laura, Mira, Kepala Pelayan, dan semua pengawal yang menjaga di luar kamar ICU. Laura terdiam mendengar tangisan tersebut. Dia tidak bisa berbuat apapun saat ini. Namun dia akan siap membuat Sasa untuk membalas sakit hatinya saat ini. 

Mira juga merasakan hal yang sama. Dia akan membuat Sasa menjadi wanita yang bahagia dan ceria. Ini hal terakhir melihat wajah sedih tersebut. Dia tidak sanggup melihat ekspresi sedih Sasa pun menangis di pelukan Laura. 

Sedangkan di belahan dunia yang lain. Pria tersebut masih menunggu kabar dari infomannya. Dia memandang wajah Sasa dalam bingkai foto. Dia bisa melihat ketulusan dan kelembutan dari tatapan itu. Dia tersenyum tipis mengingat kepolosan Sasa saat berhubungan intim dengannya.

Sasa tidak mengetahui bahaya yang menghampirinya saat itu. Sasa terbulai dalam permainan yang dilakukannya. Sasa pun menikmati setiap sentuhannya. Sasa tidak bisa berhenti mendesah. Setiap desahan Sasa menjadi melodi yang indah di telinga pria itu.

Pria itu menenangkan pikirannya saat mendengar suara langkah yang mendekatinya. Berdiri seseorang yang sangat dikenalnya. Dia terlihat menggoda iman. Gaun yang memperlihatkan dada yang besar dan montok. Di belakang gadis itu terdapat asistennya yang menundukkan kepala ke arahnya.

Gadis itu mendekati dia dan duduk di pangkuannya. Dia merasa jijik pun mendorong hingga gadis itu terjatuh di lantai. Dia memerintahkan asistennya untuk mengusir gadis itu keluar. Dia pun melangkah menuju kamar pribadinya untuk membersihkan diri. 

Saat malam menjelang di benua Amerika. Sasa memikirkan sebuah rencana untuk paman dan keluarganya. Setelah selesai menyusun sebuah rencana. Sasa pun memanggil Laura untuk mempersiapkan semuanya. Dia tidak ingin menundanya lagi.

Saat bosan melanda Sasa. Dia berjalan menuju taman rumah sakit. Dia bisa melihat bintang-bintang yang bertaburan. Dia tersenyum untuk melupakan semua masalah yang terjadi. Dia selalu bahagia saat melihat bintang di malam hari. Menurutnya, keindahan bintang sangat mempesona yang menghiasi langit yang gelap gulita.

Sasa ingat saat kecil dulu. Ayahnya selalu mengajak Sasa memandang bintang-bintang di puncak bukit. Ayahnya menceritakan sebuah dongeng untuk menemaninya tidurnya di tengah bintang-bintang tersebut. Ibunya juga akan membawakan makanan yang dia buat di rumah seperti kue dan biskuit. Kita semua tertawa bahagia dibawah gemerlapnya bintang-bintang.

"Tuhan, terima kasih atas hidup yang kau berikan kepadaku. Mungkin orangtuaku sudah meninggal. Namun aku percaya mereka tetap menjaga aku dari kejauhan," kata Sasa di dalam hati sambil melihat bintang yang paling terang cahayanya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status