Imam mengumpat kesal saat deretan notifikasi pengeluaran kartu debitnya.
Uang sebesar 5 juta dalam sehari, bahkan belum genap sehari sudah terkuras. Selama ini ia mendapatkan gaji dari perusahaan tempat ia bekerja sebesar 15 juta perbulan. Hanya saja gaji nya ia berikan kepada Mafida hanya sebesar 10 juta setiap bulannya. Uang 10 juta itu untuk membayar cicilan rumah dan keperluan rumah lainnya. Entah itu cukup atau tidak karena selama dua tahun menikah, Mafida tidak pernah berbicara kalau misal kurang. Sedangkan uang yang 5 juta selalu ia sisihkan untuk dirinya sendiri dan terkadang ia tabung. Kini uang yang ia tabung susah payah dalam sekejap terkuras. *** Di Mall pusat perbelanjaan kota Balikpapan. Tiga perempuan cantik pergi ke tempat Spa. Mereka melakukan perawatan tubuh secara bersama-sama. Selesai melakukan perawataDikediaman Fida. "Fida titip adekmu Anna, tolong dijaga baik-baik ya disitu," ucap Ibu Vita kepada Mafida, diseberang telepon. "Iya Bu, ini Anna juga baru sampai disini Bu," jawab Fida dengan pasti. " Seng rukun ya sama adekmu, oh iya apa Imam sudah pulang kerja ?" Tanya ibu Vita. "Belum Bu kan, ini masih jam kerjanya Mas Imam Bu," ucap Fida sambil melihat jam ditembok yang ada cicaknya. "Yasudah kalau bagitu, titip salam untuk suamimu ya, " "Walaikumsalam iya Bu, nanti tak sampaikan mas Imam," sambungan telepon pun mati setelah ucapan salam. Lalu Mafida mengalihkan pandangannya kepada adeknya, yaitu Anna yang udah duduk disofa empuk miliknya. "Kalau udah hilang capeknya, bawa kopermu kedalam kamar ya dek, kamar nomer dua," titah Mafida kepada Anna. "Siap Kakak ku yg cantik," ucap Anna dengan wajah semringahnya. Mafida adalah sosok istri yang cantik, Sholehah dan lembut. Dia juga merupakan pemilik dari Rumah makan Saung Wong Deso yang terkenal itu, sebelum dia meni
Saat dikampus. Tidak butuh waktu lama Anna bisa beradaptasi dilingkungan barunya, dia begitu cepat bisa mendapatkan teman, dia sekarang memiliki teman sekampus yaitu Nonavi dan Lais. Tiga sekawan itu sedang asik nongkrong di kantin. "Eh hari ini kita ada jadwal mata kuliah Ilmu hukum, dosennya terkenal killer loh," ucap Lais sambil makan keripik kentang. "Emang siapa dosennya," tanya Anna dengan Antusias "Miss Ira, dia terkenal killer, pokoknya jangan sampai ada yang telat saat matkul dia, atau jangan sampai ada yang gak ngerjain tugas dari Miss Ira, bisa bahaya," imbuh Lais. "Trus trus," kali ini Nonavi tak kalah antusias. "Ya intinya jangan ada yang nyenggol atau ngebantah Miss Ira, senggol sedikit bisa berujung kena hukuman," kata Lais. "Seperti apa hukumanya," tanya Nonavi yang makin penasaran. "Poin kalian bisa dikurangin, bahkan ada yang tidak boleh mengikuti matkulnya selama seminggu, ada pula yang pernah disuruh mengitari lapangan sebanyak sepuluh kali. Pok
Semenjak kejadian Anna yang tanpa sengaja melihat adegan erotis kakaknya, Anna mulai sering curi-curi pandang ke arah kakak iparnya dan kearah bagian celana kakak iparnya. Ada rasa penasaran dalam diri Anna. *** Suatu hari "Mas, mbak Fida kemana, kok tumben udah mau isya belum ada dirumah," tanya Anna saat melihat Imam sedang menonton televisi sendirian. Imam menengok sesaat ke arah Anna sebelum ia akhirnya menjawab pertanyaan dari Anna. "Mbakmu, masih direstonya, katanya pulang agak telat," jawab Imam dengan santai. "Oohhhh, mas Imam lagi nonton apa," tanya Anna penasaran. "Ini lagi nonton film Korea, ga tahu sih judulnya apaan, soalnya asal nonton aja," ujar Imam panjang kali lebar. Dengan langkah cepat Anna duduk disebelah Imam ikut menonton film tersebut. "Gimana kuliah mu Ann," tanya Imam. "Ah aman aja Mas," bohong Anna, padahal aslinya dia dapat hukuman dari Miss Ira. "sudah dapat teman," "sudah donk Mas," Beberapa menit kemudian... Ada adegan yang
Di Saung Wong Deso milik Mafida.Tepatnya diruang kerja Mafida."El, hari ini kamu handle ya semuanya, awasi kerjaan semuanya, aku mau pulang dulu kepala ku tiba-tiba pusing, yang di cabang biar dihandle Herlis," ujar Mafida yang udah bersiap-siap untuk pulang."Siap bu, tapi apakah ibu tidak apa-apa bawa mobil sendiri," tanya Elisa dengan rasa kwatir."Aku naik taksi aja El, nanti mobilnya suruh anter Pak Wahid kerumah ya," titah Mafida sambil beranjak pergi dari hadapan Elisa. "Siap Bu hati2 ya," jawab Elisa asistennya. "Oke, makasih ya El," ucap Mafida."sama-sama Bu, sudah menjadi tugas saya sebagai asisten ibu," jawab Elisa dengan tersenyum lembut.Mafida akhirnya berlalu meninggalkan Restonya. ***Sesampainya di rumah jam masih menunjukkan jam satu siang, Mafida heran karena melihat motor suaminya ada dirumahnya. Pasalnya ini masih jam kerja. "Loh Mas Imam kok, ada dirumah, tadi kan berangkat kerja. Ini juga masih jam satu siang. Kok tumben sekali Mas Imam pulang tanpa ka
Cerai ? kata-kata itu masih terngiang-ngiang ditelinganya, saran dari Mak Sri. Akankah dia bisa bercerai dengan Imam suami yang ia cintai tapi nyatanya juga yang menyakitinya.Mafida akan memikirkan saran dari dua Wanita itu. Karena baginya dalam berumah tangga hal yang tidak bisa ditolerir adalah selingkuh, judi, KDRT dan minum-minuman haram. Baginya itu udah kesalahan fatal.Memang tak mudah dalam mengambil keputusan disaat situasi seperti ini.Pikiran dan juga emosi pasti sedang berkecamuk.Setelah sampai dihotel Aston, Ia memesan kamar hotel VIP untuk dirinya. Dan setelah ia sampai dikamarnya, tubuhnya ia hempasan diatas kasur king size tersebut.Tangisan kembali terdengar dari bibir Mafida, dirinya masih tidak menyangka bahwa adiknya dan suaminya tega menyakitinya. *** Jam delapan malam dihotel Aston.Deringan telepon genggam milik Mafida berbunyi, ia yang sempat tertidur sebentar karena efek lelah menangis, dengan mata yang masih sembab ia bangun dari tidurnya lalu meraih
Setelah selesai bertemu lawyer, Mafida memutuskan untuk pergi ke Spa. Tubuh dan pikirannya butuh istirahat sejenak.Mafida udah bertekad ingin bercerai dengan Imam, dan untuk adiknya dia akan memberikan pelajaran sedikit nantinya.Tapi yang ia cemaskan ibunya, sanggupkah nanti ia memberi tahukan semua ini ke ibunya. Anna selama ini dia selalu menjadi anak kesayangan ibunya. Ibunya selalu memanjakan Anna, bahkan terkadang terkesan pilih kasih antara dirinya dan Anna.Jika sejak kecil Mafida udah dididik dengan keras untuk mandiri, sedangkan adiknya berkebalikannya. Selalu dimanja, semua kebutuhan bahkan permintaan adiknya selalu diturutin. Hanya ayahnya yang selama ini selalu bersikap adil. Hanya saja Ayahnya meninggal saat usianya masih delapan belas tahun karena sakit Jantung.Sebelum ayahnya meninggal, Ayahnya membagikan wasiat berupa tabungan dan tanah untuk Mafida dan Anna masing-masing mendapatkan senilai 1,2 Milyar dan sepetak tanah ukuran yang lumayan besar.Selang satu tahun
Keesokan harinya. Mafida kembali menyibukkan dirinya direstonya. Ia berusaha melupakan rasa sakit dan kecewa yang sedang menderanya. "Selamat siang Bu, gimana kondisi ibu," tanya Elisa saat melihat Bossnya memasuki area Resto "Yah lumayan El, gimana Resto kemarin dan hari ini apakah semua kondusif," tanya Fida. "Semua aman terkendali Bu, dan semua laporan sudah saya letakkan dimeja ibu," jawab Elisa dengan tersenyum. "Baguslah," puji Fida. Dengan langkah pasti Mafida memasuki ruangannya dan mulai sibuk dengan laporan-laporan manajemen tentang Resto nya. Dering telepon seluler menghentikan kegiatan Mafida sejenak, ia menengok ke layar ponselnya. Begitu melihat nama yang muncul di layar handphonenya, Mafida menghela nafas berat. Ya siapa lagi kalau bukan Imam yang menelponnya. Panggilan t
Saat Mafida terbangun dan mulai ingat apa yang menimpanya, ia memegangi lehernya yang masih terasa sakit. Luka fisik yang didapat nya akan sembuh tapi luka yang tak terlihat lebih sulit disembuhkan. "Bu minum dulu Bu," ucap Elisa, dengan menyodorkan segelas air putih dihadapan Mafida. perlahan Mafida bangun dari posisinya, lalu ia pun mulai meraih gelas yang berisi air putih yang berada diatas meja, dan meminum nya secara perlahan. "Terimakasih El," ucapnya dengan sendu. "Apa ibu ga sebaiknya melaporkan tindakan suami Ibu ke kantor polisi?" saran Elisa dengan rasa prihatin. "Biar nanti aku hubungi pengacara ku El," jawabnya pelan. "Saya turut prihatin Bu, semoga Ibu bisa menyelesaikan semua problem Ibu dengan baik," ucap Elisa dengan penuh harap. Mafida hanya mengangguk kan kepalanya, ia mengedarkan kondisi ruangan nya yang sudah rapi. "Kamu bisa kembali bekerja El, terimakasih atas semuanya," ucapnya dengan nada datar. "Baik Bu saya permisi," pamit Elisa lalu menutu
Imam mengumpat kesal saat deretan notifikasi pengeluaran kartu debitnya. Uang sebesar 5 juta dalam sehari, bahkan belum genap sehari sudah terkuras. Selama ini ia mendapatkan gaji dari perusahaan tempat ia bekerja sebesar 15 juta perbulan. Hanya saja gaji nya ia berikan kepada Mafida hanya sebesar 10 juta setiap bulannya. Uang 10 juta itu untuk membayar cicilan rumah dan keperluan rumah lainnya. Entah itu cukup atau tidak karena selama dua tahun menikah, Mafida tidak pernah berbicara kalau misal kurang. Sedangkan uang yang 5 juta selalu ia sisihkan untuk dirinya sendiri dan terkadang ia tabung. Kini uang yang ia tabung susah payah dalam sekejap terkuras. *** Di Mall pusat perbelanjaan kota Balikpapan. Tiga perempuan cantik pergi ke tempat Spa. Mereka melakukan perawatan tubuh secara bersama-sama. Selesai melakukan perawata
Malam semakin larut, tapi Anna heran kakaknya belum ada pulang. Begitu pun Imam yang tak kunjung pulang juga. Akhirnya Anna memutuskan untuk menghubungi kakaknya, namung hingga nada sambung berakhir tak ada tanda-tanda telepon nya dijawab. Tidak lama terdengar suara pintu terbuka, dan terlihat sosok kakak iparnya yang pulang dengan sempoyongan. Lalu Anna pun menghampiri Imam. "Mas dari minum ya?" tanya Anna, karena bau khas orang setelah minum minuman keras tercium sampai hidung Anna. "Kalau iya kenapa?" tanya Imam. "Mas itukan minuman haram, dosa mas minum itu," ujar Anna. Imam tertawa sumbang, saat mendengar ucapan Anna barusan. Sementara itu Anna hanya mengangkat alisnya, tanda bahwa ia sedang heran melihat kakak iparnya saat ini.h "Jika minum-minuman keras itu dosa, lalu yang kita lakukan selama ini itu apa ?" tanyanya dengan sorot mata yang tajam. "Itu karena mas saja yang tidak bisa menahan diri," jawabnya seakan tidak mau salah. Imam melangkahkan kakinya mende
Saat Mafida terbangun dan mulai ingat apa yang menimpanya, ia memegangi lehernya yang masih terasa sakit. Luka fisik yang didapat nya akan sembuh tapi luka yang tak terlihat lebih sulit disembuhkan. "Bu minum dulu Bu," ucap Elisa, dengan menyodorkan segelas air putih dihadapan Mafida. perlahan Mafida bangun dari posisinya, lalu ia pun mulai meraih gelas yang berisi air putih yang berada diatas meja, dan meminum nya secara perlahan. "Terimakasih El," ucapnya dengan sendu. "Apa ibu ga sebaiknya melaporkan tindakan suami Ibu ke kantor polisi?" saran Elisa dengan rasa prihatin. "Biar nanti aku hubungi pengacara ku El," jawabnya pelan. "Saya turut prihatin Bu, semoga Ibu bisa menyelesaikan semua problem Ibu dengan baik," ucap Elisa dengan penuh harap. Mafida hanya mengangguk kan kepalanya, ia mengedarkan kondisi ruangan nya yang sudah rapi. "Kamu bisa kembali bekerja El, terimakasih atas semuanya," ucapnya dengan nada datar. "Baik Bu saya permisi," pamit Elisa lalu menutu
Keesokan harinya. Mafida kembali menyibukkan dirinya direstonya. Ia berusaha melupakan rasa sakit dan kecewa yang sedang menderanya. "Selamat siang Bu, gimana kondisi ibu," tanya Elisa saat melihat Bossnya memasuki area Resto "Yah lumayan El, gimana Resto kemarin dan hari ini apakah semua kondusif," tanya Fida. "Semua aman terkendali Bu, dan semua laporan sudah saya letakkan dimeja ibu," jawab Elisa dengan tersenyum. "Baguslah," puji Fida. Dengan langkah pasti Mafida memasuki ruangannya dan mulai sibuk dengan laporan-laporan manajemen tentang Resto nya. Dering telepon seluler menghentikan kegiatan Mafida sejenak, ia menengok ke layar ponselnya. Begitu melihat nama yang muncul di layar handphonenya, Mafida menghela nafas berat. Ya siapa lagi kalau bukan Imam yang menelponnya. Panggilan t
Setelah selesai bertemu lawyer, Mafida memutuskan untuk pergi ke Spa. Tubuh dan pikirannya butuh istirahat sejenak.Mafida udah bertekad ingin bercerai dengan Imam, dan untuk adiknya dia akan memberikan pelajaran sedikit nantinya.Tapi yang ia cemaskan ibunya, sanggupkah nanti ia memberi tahukan semua ini ke ibunya. Anna selama ini dia selalu menjadi anak kesayangan ibunya. Ibunya selalu memanjakan Anna, bahkan terkadang terkesan pilih kasih antara dirinya dan Anna.Jika sejak kecil Mafida udah dididik dengan keras untuk mandiri, sedangkan adiknya berkebalikannya. Selalu dimanja, semua kebutuhan bahkan permintaan adiknya selalu diturutin. Hanya ayahnya yang selama ini selalu bersikap adil. Hanya saja Ayahnya meninggal saat usianya masih delapan belas tahun karena sakit Jantung.Sebelum ayahnya meninggal, Ayahnya membagikan wasiat berupa tabungan dan tanah untuk Mafida dan Anna masing-masing mendapatkan senilai 1,2 Milyar dan sepetak tanah ukuran yang lumayan besar.Selang satu tahun
Cerai ? kata-kata itu masih terngiang-ngiang ditelinganya, saran dari Mak Sri. Akankah dia bisa bercerai dengan Imam suami yang ia cintai tapi nyatanya juga yang menyakitinya.Mafida akan memikirkan saran dari dua Wanita itu. Karena baginya dalam berumah tangga hal yang tidak bisa ditolerir adalah selingkuh, judi, KDRT dan minum-minuman haram. Baginya itu udah kesalahan fatal.Memang tak mudah dalam mengambil keputusan disaat situasi seperti ini.Pikiran dan juga emosi pasti sedang berkecamuk.Setelah sampai dihotel Aston, Ia memesan kamar hotel VIP untuk dirinya. Dan setelah ia sampai dikamarnya, tubuhnya ia hempasan diatas kasur king size tersebut.Tangisan kembali terdengar dari bibir Mafida, dirinya masih tidak menyangka bahwa adiknya dan suaminya tega menyakitinya. *** Jam delapan malam dihotel Aston.Deringan telepon genggam milik Mafida berbunyi, ia yang sempat tertidur sebentar karena efek lelah menangis, dengan mata yang masih sembab ia bangun dari tidurnya lalu meraih
Di Saung Wong Deso milik Mafida.Tepatnya diruang kerja Mafida."El, hari ini kamu handle ya semuanya, awasi kerjaan semuanya, aku mau pulang dulu kepala ku tiba-tiba pusing, yang di cabang biar dihandle Herlis," ujar Mafida yang udah bersiap-siap untuk pulang."Siap bu, tapi apakah ibu tidak apa-apa bawa mobil sendiri," tanya Elisa dengan rasa kwatir."Aku naik taksi aja El, nanti mobilnya suruh anter Pak Wahid kerumah ya," titah Mafida sambil beranjak pergi dari hadapan Elisa. "Siap Bu hati2 ya," jawab Elisa asistennya. "Oke, makasih ya El," ucap Mafida."sama-sama Bu, sudah menjadi tugas saya sebagai asisten ibu," jawab Elisa dengan tersenyum lembut.Mafida akhirnya berlalu meninggalkan Restonya. ***Sesampainya di rumah jam masih menunjukkan jam satu siang, Mafida heran karena melihat motor suaminya ada dirumahnya. Pasalnya ini masih jam kerja. "Loh Mas Imam kok, ada dirumah, tadi kan berangkat kerja. Ini juga masih jam satu siang. Kok tumben sekali Mas Imam pulang tanpa ka
Semenjak kejadian Anna yang tanpa sengaja melihat adegan erotis kakaknya, Anna mulai sering curi-curi pandang ke arah kakak iparnya dan kearah bagian celana kakak iparnya. Ada rasa penasaran dalam diri Anna. *** Suatu hari "Mas, mbak Fida kemana, kok tumben udah mau isya belum ada dirumah," tanya Anna saat melihat Imam sedang menonton televisi sendirian. Imam menengok sesaat ke arah Anna sebelum ia akhirnya menjawab pertanyaan dari Anna. "Mbakmu, masih direstonya, katanya pulang agak telat," jawab Imam dengan santai. "Oohhhh, mas Imam lagi nonton apa," tanya Anna penasaran. "Ini lagi nonton film Korea, ga tahu sih judulnya apaan, soalnya asal nonton aja," ujar Imam panjang kali lebar. Dengan langkah cepat Anna duduk disebelah Imam ikut menonton film tersebut. "Gimana kuliah mu Ann," tanya Imam. "Ah aman aja Mas," bohong Anna, padahal aslinya dia dapat hukuman dari Miss Ira. "sudah dapat teman," "sudah donk Mas," Beberapa menit kemudian... Ada adegan yang
Saat dikampus. Tidak butuh waktu lama Anna bisa beradaptasi dilingkungan barunya, dia begitu cepat bisa mendapatkan teman, dia sekarang memiliki teman sekampus yaitu Nonavi dan Lais. Tiga sekawan itu sedang asik nongkrong di kantin. "Eh hari ini kita ada jadwal mata kuliah Ilmu hukum, dosennya terkenal killer loh," ucap Lais sambil makan keripik kentang. "Emang siapa dosennya," tanya Anna dengan Antusias "Miss Ira, dia terkenal killer, pokoknya jangan sampai ada yang telat saat matkul dia, atau jangan sampai ada yang gak ngerjain tugas dari Miss Ira, bisa bahaya," imbuh Lais. "Trus trus," kali ini Nonavi tak kalah antusias. "Ya intinya jangan ada yang nyenggol atau ngebantah Miss Ira, senggol sedikit bisa berujung kena hukuman," kata Lais. "Seperti apa hukumanya," tanya Nonavi yang makin penasaran. "Poin kalian bisa dikurangin, bahkan ada yang tidak boleh mengikuti matkulnya selama seminggu, ada pula yang pernah disuruh mengitari lapangan sebanyak sepuluh kali. Pok