Krosak Iyo yang kaget akan sesuatu yang menggantung tepat di atasnya, langsung mendadak mundur, menjauhi pohon besar itu di tengah hujan deras yang melanda hutan yang sedang dia masuki pada saat ini. Daun-daun kering yang kini basah tiba-tiba terinjak-injak oleh Iyo sehingga menimbulkan bunyi di antara suara air yang jatuh dari pepohonan yang ada di sekitarnya. Matanya tidak berkedip, dia merasa tidak percaya atas apa yang dia lihat sekarang. Jeje yang tadi menghilang tiba-tiba sudah tergantung dengan tubuh yang terbalik. Kepalanya di bawah, kedua tangannya terlihat menjuntai dengan kedua kakinya yang terikat di antara dahan-dahan pohon besar itu secara mengerikan. Bajunya tampak sangat kotor, banyak sekali luka sobekan yang ada baju dan celana yang dia pakai, seperti luka dari semak-semak hutan berduri yang dia tembus paksa seperti sedang dikejar oleh sesuatu. Bahkan, banyak sekali daun-daun kering yang masih menempel di beberapa bagian tubuh nya, seperti Jeje pernah berguling-g
Sebuah ruangan tertutup berwarna hitam pekat tiba-tiba terlihat oleh ku dari kejauhan, ruangan itu mempunyai satu pintu berwarna coklat dengan ukiran yang sangat cantik, ukiran yang bergambar orang-orang yang berdiri menghadap sebuah bola seperti matahari di atas sana dengan mengangkat kedua tangannya. Dan salah satu manusia yang ada di paling depan, mengangkat satu buah keranjang yang entah apa isinya. Ukiran yang tergambar di atas sebuah pintu itu benar-benar cantik dan memikat mata, meskipun aku tidak tahu artinya namun aku yang tiba-tiba mendekat dan berhenti di depan pintu itu hanya bisa berdiri di depan pintu dan melihat semuanya secara keseluruhan. Aku sempat melihat ke kiri dan ke kanan, kulihat ini bukanlah Desa Muara Ujung, namun ini adalah tempat yang sangat asing buat ku. Pohon-pohon kelapa yang tertanam mengelilingi ruangan itu terlihat menjulang tinggi dan menutupi matahari yang bersinar terang pada saat itu. Juga, pijakan kakiku yang berupa pasir pantai pun terasa s
Jauh dari Desa Muara Ujung, terdapat salah satu desa transmigrasi yang sudah lama berdiri disana, desa yang merupakan desa pertama yang dijadikan tempat untuk transmigrasi pada masa itu. Sehingga, semua orang yang tinggal disana kini sudah nyaman, kebun-kebun yang diberikan oleh pemerintah sudah mereka kelola dengan baik, bahkan banyak yang sudah merasakan hasil dari kebun-kebun yang mereka tanam, sehingga kehidupan mereka sudah mulai membaik dengan segala fasilitas yang kini mulai dibangun secara perlahan-lahan disana. Desa Muara Damar, desa yang tepat berada di dekat rawa-rawa yang menjadi pemisah antara Desa Muara Damar dan Desa Muara Ujung. Rawa-rawa yang sangat luas, yang awalnya hanya menjadi bencana karena airnya kerap naik ketika hujan tiba. Namun tidak kali ini, karena para warga di Desa Muara Damar sudah membuat tanggul-tanggul yang terdiri dari karung-karung berisi tanah yang ditumpuk sedemikian rupa di pinggir rawa. Tujuannya agar air rawa yang meluap tidak sampai memba
Ki Sakti, itu adalah nama dari seseorang yang Pak Kades Muara Damar bawa, dia adalah seseorang yang sudah lama tinggal di tempat ini. Seseorang yang awalnya tinggal di dalam hutan untuk mempelajari ilmu alam sampai akhirnya harus tergusur oleh pembangunan desa-desa transmigrasi yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini.Penampilan dia benar-benar berbeda dengan banyak warga yang tinggal di Desa Muara Damar sekarang, penampilannya yang serba hitam, rambut panjang yang diikat ke belakang, juga jenggot dan kumis yang sudah mulai memutih karena usia.Di leher dan pergelangan tangannya pun terlihat sebuah akar pohon yang melingkar, akar-akar pohon hutan yang dibuat menjadi kalung dan gelang yang dia percayai mempunyai sesuatu kekuatan tertentu untuk hidupnya.Meskipun umurnya sudah tua, tapi tubuhnya masih terlihat bugar, jalannya masih tegap dengan sorot matanya yang masih terlihat tajam.Apalagi, ketika dia datang berdua dengan Pak Kades pada tadi, dia melihat seolah-olah lorong y
Para warga di Desa Muara Damar yang ramai di pagi itu, masih terlihat menumpuk di depan klinik tempat mayat Iyo terbaring sekarang. Mereka benar-benar penasaran atas apa yang terjadi, karena sebagian dari mereka mengenal mayat tersebut setelah di angkat dan di evakuasi ke klinik.Sehingga banyak menimbulkan pertanyaan di antara para warga yang berkumpul di pagi itu. Itu karena Iyo merupakan orang luar Desa Muara Damar yang paling sering terlihat bolak-balik di sekitar desa.Mereka saling bertanya-tanya, apakah mayat Iyo adalah sebuah kecelakaan, atau hanyut ketika air di rawa-rawa naik pada hujan semalam, atau ada hal lain seperti korban pembunuhan dan mayatnya dilempar ke rawa-rawa sehingga ditemukan menyangkut di dekat pasar tumpah di pagi itu.Semuanya saling berspekulasi, semuanya saling mencari tahu penyebab mayat itu ada, karena semasa mereka hidup dan merintis desa ini belum pernah ramai seperti sekarang, tidak ada satupun kejadian yang membuat geger seperti ini.Desa Muara Dam
Perjalanan menyusuri hutan yang tidak ada habisnya ternyata sangat melelahkan bagiku, aku yang tidak terbiasa berjalan kaki dengan jarak yang begitu jauh, seringkali meminta kepada Bu Cucu, Pak Dani dan Ucok untuk beristirahat sejenak.Wajahku kini tidak karuan, keringat karena medan di hutan ketika berjalan menyusuri jalanan yang masih berupa tanah merah dan berlumpur di tengah hutan membuatku benar-benar kecapean pada saat itu.Sudah hampir empat jam aku berjalan mengikuti Bu Cucu yang berada di paling depan, selama itu pula lah aku sudah beristirahat sebanyak lima kali berturut-turut, aku benar-benar sudah tidak sanggup lagi dengan berjalan kaki yang menguras tenaga ini.Rasa Lelah dan letih yang aku rasakan seperti ketika aku pertama kali menggarap lahan di kebun yang pemerintah berikan di hari pertama, kebun yang masih berupa semak-semak liar sebanyak dua hektar yang harus kita bersihkan berdua, dibantu dengan Ayu dengan keadaan terpaksa sehingga banyak mengeluh di sepanjang hari
Suasana malam yang tertutup oleh kabut tebal yang menutupi pandangan para manusia yang berdiri disana terlihat dengan jelas.Suara-suara hewan malam yang saling bersahutan membuat siapapun yang berdiri di sana akan merasakan suatu ketakutan yang mendalam, suatu perasaan akan apa yang terjadi di depan matanya yang mungkin saja bisa mengakibatkan suatu tragedi yang tidak bisa terlupakan oleh dirinya sendiri.Bu Cucu, terlihat hanya berdiri di antara kabut tebal yang menutupi tubuhnya juga lingkungan yang ada di sekitarnya.Dia yang tahu bahwa ini bukanlah sebuah kenyataan, namun adalah gambaran dari suatu peristiwa yang nantinya mungkin bisa dijadikan suatu petunjuk, membuatnya dirinya hanya bisa terdiam. Melihat ke sekeliling dengan tatapannya yang tajam dan menakutkan.Dia tidak tahu apa yang akan terjadi disana. Namun dia kini melihat, sebuah gambaran dari Desa Muara Ujung yang sangat berbeda dari pandangannya.Rumah-rumah yang berjejer di sana seperti kosong dan tidak berpenghuni, b
Ki Sakti dan Bu Cucu, adalah dua orang yang mempunyai kemampuan yang lebih, kemampuan yang tidak dimiliki oleh manusia pada umumnya, yaitu kemampuan untuk merasakan, melihat bahkan untuk mengontrol makhluk yang ada di sekitar mereka.Mereka memiliki keilmuan itu bukan tanpa sebab, Bu Cucu mendapatkan kemampuan itu dari lahir, keturunan dari leluhurnya yang belajar tentang keilmuan tersebut, tidak ada yang tahu pasti, keilmuan apa yang Bu Cucu pelajari, namun hal itu bisa membantu manusia apabila mereka diganggu atau di teror oleh para makhluk yang ada di sekitar mereka.Berbeda dengan Ki Sakti, yang hampir setengah hidupnya diam di hutan yang luas ini, tubuhnya yang dipaksa untuk bertahan hidup di tengah hutan hujan yang lebat membuat dirinya belajar secara perlahan dari alam, melihat sisi yang berbeda tentang sesuatu yang hidup di alam sepanjang hidupnya.Bahkan, dia pun belajar hal-hal seperti ini dari makhluk yang tinggal di hutan, yang mempelajarinya keilmuan yang bisa dia gunakan