Home / Rumah Tangga / SELINGKUH DENGAN ISTRIKU / KETIKA HARUS INTERVIEW ISTRI SENDIRI?

Share

KETIKA HARUS INTERVIEW ISTRI SENDIRI?

last update Last Updated: 2025-07-02 11:50:59

“Oh, oke. Siap, Mas,” balas Dona sambil tersenyum. Sedikit lega—setidaknya ada kepastian.

Dona pun beranjak dari sofa ruang tunggu, melangkah menuju lift. Saat pintu lift terbuka, ia masuk dengan tenang. Tubuhnya berdiri tegak. Jari telunjuknya menekan tombol “G” dan tombol penutup pintu.

Namun, belum sempat pintu lift menutup sepenuhnya, sebuah tangan menahannya dari luar.

Pintu terbuka kembali.

Refleks, Dona sedikit mundur memberi ruang.

Bara—pria itu—masuk ke dalam lift dengan langkah mantap. Ia menekan tombol penutup pintu lift, lalu menatap lurus ke depan...

Sampai matanya tak sengaja menangkap bayangan di sampingnya.

Sekejap...

Napasnya tercekat.

Sosok yang selama ini ia cari... kini berdiri hanya beberapa sentimeter darinya.

•••

Bara menoleh ke arah wanita cantik yang telah lama ia cari. Tangannya sedikit gemetar, seolah hendak menyentuh tangan lembut itu. Tapi ia tahan—ia hanya memandang.

Dona merapikan rambutnya, lalu menoleh ke arah Bara. Ia tersenyum singkat dan mengangguk sopan. Namun, saat hendak memalingkan wajah, pandangannya jatuh pada sesuatu di saku kemeja pria itu.

Sebuah jepit rambut warna pink berbentuk bintang.

“Pasti anaknya centil,” ucap Dona sambil tersenyum kecil, menunjuk jepit itu.

“I—iya. Iya, dia centil banget,” jawab Bara dengan senyum getir, matanya mulai berair, namun cepat ia tahan.

“Persis anak saya, Pak. Pak Bara?” ucap Dona, seolah menyadari sesuatu.

“Kamu tahu nama aku? Kamu ingat nama aku?” tanya Bara cepat, penuh harap.

“Oh... maaf. Name tag. Saya baca name tag Bapak,” jawab Dona canggung. “Dan, oh ya... saya Dona. Saya yang hari ini seharusnya interview sesi akhir sama Pak Budiman dari HRD. Tapi katanya saya dialihkan ke Bapak Bara dan...”

Belum sempat Dona menyelesaikan kalimatnya, Bara langsung menarik tubuhnya ke dalam pelukan.

Dona terkejut. Matanya membulat, tubuhnya menegang. Ia tak tahu harus bagaimana—tangannya kaku, napasnya tercekat.

Pelukan itu... hangat.

Dona sempat hendak mendorong tubuh Bara, namun sesuatu terasa mengganjal di hatinya.

Entah apa. Tapi ia perlahan-lahan malah mulai membalas pelukan itu—tanpa tahu kenapa.

“Pak? Maaf... Seperti ada yang salah,” ucap Dona pelan, saat mendengar isak kecil yang tertahan dari pria di depannya.

Tangannya menepuk-nepuk lembut pundak bidang nan kokoh itu.

Bara membuka matanya. Ia sadar... Dona belum mengingatnya.

Perlahan, ia melepas pelukannya dan menatap wanita itu dalam-dalam.

“Pak, ini di ruang publik,” ucap Dona segera, sedikit menjauh dan berdiri dengan jarak yang lebih aman.

“Maaf... Maaf aku... Saya... Saya ingat istri saya,” ucap Bara sambil menyeka air mata di sudut matanya, lalu mencoba tersenyum dan tertawa kecil.

“Oh... Memangnya ke mana istrinya?” tanya Dona, terlihat khawatir tapi juga bingung.

Bara terdiam sejenak. “Dia...”

Lalu ia mengalihkan topik. “Oh iya, kamu mau interview?”

Lift baru saja terbuka di lantai G. Namun belum sempat Dona melangkah keluar, Bara menekan tombol untuk menutup pintu dan menekan angka 14.

“Oh... oke,” ucap Dona sambil tersenyum, merasa bersemangat kembali untuk sesi interview hari itu.

Bara terkekeh kecil. Dona pun ikut tersenyum dan menyusul tawa itu.

•••

Lantai 14.

Deni terlihat heran saat melihat Bara yang tiba-tiba muncul kembali, bahkan berjalan beriringan dengan Dona.

“Loh? Katanya mau ke kantor kedinasan?” bisiknya pelan sambil menggeleng pelan, lalu tersenyum.

“Silakan,” ucap Bara sambil membukakan pintu ruangannya untuk Dona.

“Oh... thanks,” ucap Dona sambil tersenyum dan mengangguk sopan, lalu melangkah masuk dan duduk di kursi kosong di depan meja kerja Bara.

Bara segera duduk berhadapan dengannya. Ia menyandarkan dagu pada tangan kirinya dan menatap Dona dalam-dalam.

“Maaf, Pak. Nggak ditanyain saya dulu?” tanya Dona, bingung karena diperhatikan terus oleh pria tampan itu.

“Oh, ngomong aja. Saya dengerin kok,” ucap Bara sambil tersenyum.

“Oh gitu... oke. Saya mulai dari perkenalan diri saya. Nama saya Dona Fabian, usia...”

“Dona Fabian. Usia 30 tahun. Anak satu, bernama Nola Fabian Maranatha,” potong Bara cepat.

“Oh iya? Bapak tahu dari mana?” tanya Dona sambil tersenyum heran.

“Oh, itu dari langit... nggak ding, bercanda. Dari CV kamu, ya CV,” jawab Bara cepat.

“Hahaha... saya rasanya nggak masukin nama anak deh,” ucap Dona.

“Oh ya? Tapi bener banget kan namanya itu?” tanya Bara sambil menahan senyum.

“Yes. Bener. Ya, dia anak saya. Anak satu-satunya dari... dari... mmh, gimana ya jelasinnya?” gumam Dona pelan, bingung harus bicara jujur atau tidak.

Bara masih tersenyum, menatap istrinya yang kini ada tepat di hadapannya—bahkan lebih dekat dari yang pernah ia bayangkan sejak lima tahun lalu.

“Oke. Jadi kamu melamar di posisi konsultan?” tanya Bara, berusaha mengalihkan topik agar Dona tak merasa terbebani.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   YANG DISINI BERCINTA, YANG DISANA SIBUK BERENCANA.

    “Ah... Sayang... Lagi...” pinta Dona sambil mendesah, menikmati tiap hisapan mulut suaminya tepat pada tonjolan berwarna merah muda itu. “Ahh... Mas... Terus...” pintanya lagi dengan suara parau. Bara semakin bersemangat. Ia menghisap lembut tanpa jeda, sementara tangannya meremas bagian lainnya dan jari-jarinya memainkan putingnya. “Mas... Aku basah...” desah Dona dengan napas memburu. Bara segera membaringkan tubuh istrinya di atas sofa, menarik celana yang dikenakan Dona, lalu membuka kedua pahanya lebar. Lidahnya langsung menjulur, menghisap dengan kuat. “Ah! Ah! Mas... Ini enak... Jangan berhenti... Ah...” jerit Dona sambil meremas rambut suaminya. “Sayang, ini manis...” ucap Bara di sela-sela lidahnya yang masih sibuk menghisap cairan itu dengan rakus. “Ah... Mas... Terus...” desah istrinya sambil meremas pinggiran sofa. “Sayang... Aku nggak mau cuma sekadar ini...” ucap Bara lirih, lalu segera membuka pakaiannya. Otot lengannya menegang, perut bidangnya terlih

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   BARA SIAP MENJUAL BEBERAPA ASET. AYAHNYA KHAWATIR.

    “Aku punya dana taktis, Pa. Tapi aku harus izin Dona dulu karena itu uang dia, aku simpan buat dia. Sementara aku nggak mungkin pakai tabungan pendidikan Olla,” ucap Bara sambil melirik anak dan istrinya. “Bara... Coba kamu pakai uang keuntungan perusahaan aja, jadi nggak mesti pakai dana pribadi,” ucap ayah Bara, suaranya terdengar ragu. “Nggak, Pa. Aku nggak mau ribut sama Mama soal ini. Yang jelas, aku tetap jual apartemen ini. Sambil nunggu ada yang tertarik, aku pakai uang yang ada. Selebihnya aku jual mobil, lagian aku jarang pakai mobil satunya itu. Paling... sementara aku pakai mobil Dona. Karena sebagian harta aku memang sudah aku buat atas nama istri,” ucap Bara dengan nada tegas. “Papa bantu. Papa punya tabungan. Kamu pakai aja dulu, ada sekitar 400 juta,” ucap ayahnya dengan nada tulus. “Jangan, Pa. Papa simpan aja uang itu,” ucap Bara, menahan emosi. “Tapi semua harta kamu terkuras, Bara. Papa nggak mungkin diam aja,” ucap ayah Bara dengan sorot mata khawatir.

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   BARA RELA JUAL ASET DEMI DONA

    Bel pintu berbunyi. Nola justru lebih dulu beranjak meninggalkan mainannya dan berlari hendak membuka pintu. “Olla…” Bara memanggilnya sambil melangkah menuju pintu dan melirik sepintas layar CCTV. “Oh, ada Opa-nya nih…” ucap Bara sambil tersenyum lalu membuka pintu. “Halo…” Ayahnya menyapa Nola lebih dulu saat pintu terbuka. “Wah! Opa?” seru Nola ceria. “Sendirian aja, Pa?” tanya Bara sambil tersenyum melihat ayahnya yang tengah menggandeng tangan Nola. “Sendirian aja, minta anterin Imron. Masuk sini, Imron. Nggak apa-apa…” ucap ayah Bara sambil melirik sang sopir. “Waduh, sungkan loh, Pak,” jawab Imron canggung. “Masuk aja, Pak Imron,” ucap Bara dengan ramah, mempersilakan. “Terima kasih, Den,” ucap Imron sambil membungkuk masuk dan membuka sepatunya. “Mama… ada Opa ini lagi loh…” teriak Nola dengan ceria. “Oh, Pa. Silakan, maaf berantakan mainan Olla,” ucap Dona ramah, menunduk sopan saat bersalaman. “Nggak apa-apa, namanya juga masih anak-anak. Sehat?” tanya ayah Bara.

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   TERNYATA PUNYA HUTANG?

    “Papa pikir semua itu pakai uang kita? Total tiga miliar, Pa!” ucap ibu Bara dengan suara bergetar menahan emosi. “Tiga miliar? Kenapa Mama baru bilang sekarang? Mama bilang waktu itu semua pakai uang tabungan kita!” ucap ayah Bara, nadanya meninggi penuh amarah. “Terus kita makan pakai apa? Sementara perusahaan kita saat itu di antara hidup dan mati!” ucap ibu Bara dengan mata berkilat menahan air mata. Ayah Bara terdiam. Kopi di tangannya tiba-tiba terasa jauh lebih pahit, menusuk sampai ke dadanya. “Papa silakan ke sana, dan tolong sampaikan sama Bara tentang apa yang kita bahas pagi ini. Dan kalau pun dia mau bayar dengan uang, pastikan bukan uang perusahaan!” ucap Ibu Bara sambil mengoles madu di atas roti panggang. Ayah Bara langsung meninggalkan meja makan dan mengatakan pada pembantunya, “Bilang Imron, anterin saya pergi, sekarang,” ucapnya sambil berjalan menuju kamar tidurnya di lantai atas. “Yes! Kalau begini kan si perempuan halu itu bisa lepas dari hidup Bara,

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   ALASAN MENGAPA BARA HARUS MENIKAH DENGAN WANITA LAIN.

    “Oh, Tuhan… semoga istri aku cepat hamil,” ucap Bara dengan suara lantang sambil memeluk perut Dona, penuh harap dan doa. Dona tertawa kecil, matanya berbinar. “Amin, Sayang…” bisiknya lembut, seolah doa itu juga ia titipkan ke langit. Bara mendekat, bibirnya hampir menempel di telinga Dona. “Udah datang bulan belum?” tanyanya dengan suara serak, menahan degup jantung. “Belum, Sayang…” jawab Dona lirih sambil tersenyum malu, jemarinya menggenggam erat tangan suaminya. “Kayaknya telat deh, beneran…” ucap Dona, kali ini suaranya bergetar karena harap yang tak bisa ia sembunyikan. “Ya Tuhan, yes!” Bara memejamkan mata, lalu menempelkan keningnya ke kening Dona. “Aku bakal jadi daddy of two… semoga anak kita kali ini laki-laki,” ucapnya penuh semangat, tapi juga bergetar oleh rasa haru. Ia lalu memeluk Dona begitu erat, seakan tak ingin melepaskan, sementara hatinya dipenuhi rasa syukur dan cinta malam itu. Bara menarik tubuh istrinya lebih dekat, mengecup kening, lalu bibirn

  • SELINGKUH DENGAN ISTRIKU   HABIS RIBUT KARENA SALAH PAHAM, TERBITLAH DESAHAN NAKAL.

    “Aku harus bicara serius sama dia. Ini harus, Sayang. Supaya dia tahu batasan dia saat ini,” ucap Bara tegas, menatap istrinya dalam-dalam. “Tapi… nggak berantem kan?” ucap Dona sambil memeluk Bara erat, khawatir. “No. Aku usahain nggak terpancing amarah,” jawab Bara sambil membalas pelukan istrinya, meski rahangnya mengeras. “Janji?” tanya Dona dengan mata memohon. “Aku nggak janji, Sayang. Aku manusia biasa,” ucap Bara dengan nada rendah tapi sarat emosi. “Sayang… please, jangan ada keributan lagi. Aku takut kamu kenapa-kenapa… atau justru dia yang kenapa-napa,” ucap Dona penuh kecemasan, suaranya bergetar. “Kenapa kamu khawatir soal dia?” tanya Bara dengan suara meninggi, matanya tajam menusuk. “Mas, jangan salah paham…” ucap Dona mencoba meluruskan, air matanya sudah menggenang. “Kamu cinta sama dia?” tanya Bara, nadanya penuh kecurigaan. “Mas, nggak gitu, Sayang…” ucap Dona sambil menahan air matanya jatuh. “Terus kalimat kamu itu apa artinya? Buat apa kamu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status