Hola, happy reading and enjoy!
Chapter 3 Romero dan Pacarnya Sheila baru pulang dari mengurus sidang perceraian Cameron, wanita itu menceritakan perselingkuhannya dengan seorang fotografer beberapa pekan yang lalu. Katanya sih karena suaminya bersikap sangat dingin padanya sehingga dirinya terdorong untuk berselingkuh. Apa pun alasannya, Sheila hanya percaya bahwa cinta itu omong kosong. Sudah ribuan kasus perceraian yang ditanganinya, ia melihat sendiri betapa rapuhnya pernikahan yang konon berlandaskan cinta. Jika ada yang bertanya kepadanya, bagaimana dengan orang-orang yang berhasil membina rumah tangga hingga menua bersama-sama atau mereka yang tidak menikah lagi setelah pasangannya meninggal? Menurut Sheila hal yang membuat mereka bertahan adalah adanya kecocokan karakter di antara mereka, tidak ada yang lain. Jadi, jika dirinya memutuskan untuk tidak pernah menjalin hubungan dan tidak pernah berpikir untuk menikah, itu karena dirinya enggan memulai mencocokkan karakternya dengan pria-pria yang dijumpainya. Ia tidak memiliki waktu untuk mencoba memahami karakter setiap pria yang kebetulan hadir dalam hidupnya, itu terlalu melelahkan dan mungkin akan menguras emosinya. Jadi, kencan satu malam adalah pilihan yang paling tepat untuk tipe wanita seperti dirinya. Sheila melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur dengan posisi tengkurap, proses perceraian Cameron seperti dugaannya. Berjalan dengan alot dan menyita waktunya. Tetapi, Cameron yakin akan dapat membantu kliennya mendapatkan apa yang diinginkan asalkan Cameron berhati-hati dalam bertindak. Terutama saat menemui pria simpanannya di hotel karena jika tidak kesalahannya dapat menjadi boomerang dalam gugatannya. Sheila menghela napasnya lalu berdiri dan berjalan menuju jendela kamarnya. Ia menyibakkan tirai yang menutupinya dan mendapati jika lampu kamar Romero, tetangganya yang juga merupakan sahabatnya masih menyala. Tirai jendelanya juga terbuka. Sheila menengok jam di pergelangan tangannya, berpikir jam delapan malam mungkin Romero sedang makan malam di dapurnya. Pria itu mungkin memasak makanan beku dan roti panggang dari supermarket karena sebagai agen DEA ia tidak banyak memiliki waktu untuk memasak. Benar-benar pria yang malang, pikirnya karena menjadi agen DEA membuat sahabatnya itu bekerja tidak kenal waktu. Ah... Sepertinya tebakannya meleset karena tiba-tiba muncul bayangan lalu terlihat dua orang yang tidak mengenakan busana di kamar Romero. Wanita cantik berusia tiga puluh satu tahun itu tersenyum mendapati Romero ternyata sedang bersenang-senang dengan kekasihnya. Ini bukan kali pertama Sheila menyaksikan Romero melakukan seks bersama kekasihnya dengan tirai jendela yang terbuka, kebiasaan sahabatnya membuka tirai jendela seperti itu memang sudah ada sejak dulu. Tetapi, setidaknya Romero harus menutupnya sebelum melakukan seks di sana karena orang lain mungkin akan memergokinya. Untungnya, kamar Romero berseberangan dengan kamarnya. Bukan dengan kamar orang lain, jika tidak mungkin orang yang melihatnya akan merekamnya lalu memerasnya menggunakan video itu. Sheila menghela napanya lalu menutup tirai jendela, tetapi ketika tirai itu nyaris tertutup rapat ia berhenti. Ia berdiri di depan tirai yang terbuka tidak kurang dari 2cm dan menyaksikan bagaimana Romero mengunci kekasihnya yang berdiri membelakangi Romero di tembok dengan satu tangannya. Ia juga dapat menyaksikan dengan jelas bokong Romero yang terlihat seksi bergoyang-goyang dan satu lengan kekar Romero melingkar di leher wanita yang telah dikencani Romero selama lima tahun itu. Sial. Sudah lama ia tidak melakukan seks, bahkan terakhir kali masturbasi mungkin sebulan yang lalu karena padatnya jadwal persidangan membuat setiap kali kembali ke rumah, ia tidak sempat lagi untuk membuka situs porno di ponselnya seraya menyentuh dirinya. *DEA (BADAN NARKOTIKA AMERIKA) kaya BNN gitu kalau di Indonesia. Bersambung....Hola, happy reading and enjoy!Chapter 8Seks dengan Pelayanan Seksi Albert mendekati pelayan seksi yang sejak tadi mencuri perhatiannya. "Nona, boleh aku tahu siapa namamu?" Wanita itu tersenyum ramah, tetapi menggoda. "Evangeline. Panggil saja aku Eva." Albert melirik belahan dada Eva yang menyembul dari seragam pelayan yang ketat membalut tubuh wanita itu yang telah menganggunya sejak tadi hingga otaknya terasa keruh oleh gairah. "Apa kau pegawai tetap di restoran?" Eva menggeleng. "Tidak, Tuan. Aku hanya bekerja paruh waktu untuk biaya kuliahku di sini." "Oh. Jadi, kau seorang mahasiswa, ya?"' "Ya. Aku bekerja serabutan di luar jadwal kuliahku untuk biaya kuliah dan hidupku di kota sebesar Chicago ini." "Omong-omong, dari mana asalmu?" "Ada beberapa kota kecil di Illinois ini, kurasa jika kusebutkan kau pun belum tentu tahu ." "Illinois bukan negara besar, Ev," bantah Albert.Eva bersikap murung beberapa detik kemudian tersenyum. "Aku berasal dari di perbatasan Columbia.
Hola, happy reading and Merry Christmas π₯°Chapter 7Sexy Maid Sabtu pagi Sheila melakukan joging di jalanan kompleks perumahannya, udara cukup segar dan matahari juga bersinar cerah. Ia mengenakan sport bra dan celana ketat olahraga hingga lekukan di tubuhnya terlihat jelas dan menyenangkan dipandang. Beberapa orang tetangga yang mengenalnya melemparkan senyum padanya dan dibalasnya dengan senyum pula. Di kompleks perumahan, Sheila cukup terkenal. Mungkin karena mercy yang dikendarainya atau statusnya sebagai seorang pengacara yang sudah cukup terkenal di usianya sekarang.Ia memutuskan berhenti dan duduk di bangku yang terletak di ujung jalan, meluruskan kakinya dan menyeka peluhnya yang mengalir di kening dan lehernya. Tiba-tiba, seekor anjing kecil menghampirinya dan mengibas-ibaskan ekornya sembari menyalak kepadanya. "Maaf, Nona. Anjingku sepertinya menyukaimu," ucap pria yang memegangi tali kekang anjing kecil itu. Sheila tersenyum dan berjongkok di tanah. "Anjing yang lucu.
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 6Jumat sore selepas bekerja Amy pergi ke tempat tinggal Garrick, kekasih barunya. Mereka memang memiliki kesepakatan untuk menghabiskan waktu akhir pekan dengan tinggal bersama. Amy juga tidak perlu repot-repot pulang ke apartemennya terlebih dahulu untuk mengambil barang atau berganti pakaian. Di sana ia mendapati kekasih barunya sedang mengenakan celemek dan memegangi sarung tangan oven. Benar-benar sempurna, memiliki kekasih tampan dan pandai memasak seperti berkah dari Tuhan yang tidak terkira, pikir Amy."Hai," sapa Amy kemudian ia menghambur ke pelukan Garrick. "Kau sedang memasak?" Garrick mencium bibir Amy. "Aku membuat Apfelstrudel dan Falscher Hase untuk makan malam kita." "Wow, mengesankan," ucap Amy seraya tersenyum meskipun sebenarnya ia tidak terlalu tertarik dengan Falscher Hase, ia lebih baik memakan burger sebesar kepala manusia dewasa dibandingkan menyantap makanan yang mirip steak tetapi sebenarnya berbahan dasar daging cin
Hola, happy reading and enjoyChapter 5Fantasi Seks Sheila menengadahkan wajahnya dari layar MacBook-nya saat terdengar ketukan di pintu kantornya yang terbuka. Sahabatnya, Amy berdiri di sana dan memegangi dua gelas kopi. "Oh, kau datang tepat waktu," desah Sheila seraya tersenyum senang melihat apa yang berada di tangan Sheila.Amy melangkah mendekati Sheila dan meletakkan dua gelas kopi Starbucks di tangannya ke atas meja. "Dari raut wajahmu, aku yakin kau sedang dalam masalah dan membutuhkan kopi dingin." "Terima kasih," ucap Sheila."Aku yakin Jason melakukan hal yang tidak kau senangi lagi."Sheila mendengus seraya mengupas bungkus sedotan kopinya. "Jason memberiku kasus perceraian yang hanya dengan mengingatnya saja membuatku muak." Amy juga seorang pengacara perceraian sama seperti Sheila, mereka bekerja di firma hukum yang sama dan mereka sudah salaing mengenal sekitar lima tahun. "Ya. Kekerasan dalam rumah tangga adalah kasus yang paling kubenci juga," ujar Amy. Sheil
Chapter Teman Tapi BercintaJika di dunia ini ada orang yang mengenal Sheila, orang itu adalah Romero. Ia mengenal Sheila lebih dari apa pun. "Ya. Kuhargai keputusanmu. Aku hanya khawatir setelah kita menikah, kau dan aku akan semakin tidak memiliki waktu untuk sekedar makan malam seperti ini." Sheila menaikkan kedua alisnya. "Kurasa itu lumrah." Romero meletakkan kedua tangannya di besi pembatas balkon dan lengannya mengunci Sheila, sementara matanya menatap Sheila. "Sheila, setelah aku menikah mungkin aku akan berhenti dari pekerjaanku dan pindah dari sini." "Berita bagus, menjadi agen DEA bukan hal yang mudah apa lagi kau berada di biro pengejaran dan penangkapan." "Kau yakin tidak akan merindukanku?" Mata Romero menatap Sheila dengan tajam. "Baiklah, akan kukatakan "jangan tinggalkan aku, Romero"." Sheila kemudian tertawa cekikikan mengejek Romero. Romero juga tertawa. "Aku serius." "Kapan kau akan menikah?" "Entahlah. Kami baru membicarakannya tadi." Sheila men
Hola, happy reading and enjoy! Teman tapi Mesra "Mau minum kopi? tanya Romero saat Sheila menjawab panggilan telepon dari pria tampan itu. "Kurasa aku tidak perlu kopi malam ini," jawab Sheila seraya menatap pantulan dirinya di cermin yang terbalut jubah mandi berwarna merah muda dan handuk berwarna senada di kepalanya. Kelelahan terlihat di wajah cantiknya. "Si Gila Kerja menolak untuk minum kopi. Hmmm... tidak seperti biasanya." "Aku sedang tidak memerlukan caffeine malam ini, besok aku ada persidangan pagi-pagi sekali," ucap Sheila seraya menyentuh tengkuknya yang terasa pegal. Sepertinya ia perlu pijatan dan spa. "Kalau begitu bagaimana dengan makan malam?" tanya Romero. Sheila berpikir sejenak, di kulkasnya hanya ada beberapa potong roti, ham, dan buah-buahan. Ia hampir tidak memiliki waktu mengurus dirinya sendiri seiring dengan banyaknya klien yang ditanganinya. "Tidak. Aku tidak ingin mengganggu waktu kencan kalian," jawab Sheila setelah menimbang-nimbang mungkin
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 3 Romero dan Pacarnya Sheila baru pulang dari mengurus sidang perceraian Cameron, wanita itu menceritakan perselingkuhannya dengan seorang fotografer beberapa pekan yang lalu. Katanya sih karena suaminya bersikap sangat dingin padanya sehingga dirinya terdorong untuk berselingkuh.Apa pun alasannya, Sheila hanya percaya bahwa cinta itu omong kosong. Sudah ribuan kasus perceraian yang ditanganinya, ia melihat sendiri betapa rapuhnya pernikahan yang konon berlandaskan cinta. Jika ada yang bertanya kepadanya, bagaimana dengan orang-orang yang berhasil membina rumah tangga hingga menua bersama-sama atau mereka yang tidak menikah lagi setelah pasangannya meninggal? Menurut Sheila hal yang membuat mereka bertahan adalah adanya kecocokan karakter di antara mereka, tidak ada yang lain. Jadi, jika dirinya memutuskan untuk tidak pernah menjalin hubungan dan tidak pernah berpikir untuk menikah, itu karena dirinya enggan memulai mencocokkan karakternya d
mempercepat tempo geraka tangannya lalu ketika Cameron mulai belingsatan dan menjambak rambutnya, Ben mengentikan gerakan tangannya. Cameron menghela napasnya dan membuka mata, ia menatap Ben seolah-olah akan memakan pria itu bulat-bulat. "Kau berani mempermainkan aku?" Ben kemudian menambahkan jari telunjuknya ke dalam kewanitaan Cameron, menggerakkan tangannya dengan pelan dan mulutnya menciumi bibir Cameron yang terus-menerus mendesah karena kebutuhan mendesak yang membuatnya terlena hingga semakin yakin jika dirinya harus segera bercerai dari Joshua. Cameron mencengkeram punggung Ben ketika kenikmatan menerjangnya, pelepasan pertamanya di hari Senin benar-benar membuat semangatnya bertambah seratus kali lipat untuk melanjutkan pekerjaan di kantornya siang nanti, pikirnya senang. Mungkin ia harus menambah satu lagi pria seperti Ben agar ia tidak lekas merasa bosan, pikirnya lagi. Ben menjauhkan tangannya dari kewanitaan Cameron, menjilati jari-jarinya yang berlumuran cairan Ca
Hola, happy reading and enjoyChapter 2Seks Sama Berondong Senin pagi setelah memimpin rapat Cameron segera meninggalkan kantornya untuk bertemu Ben, seperti biasanya. Ia dan Ben akan bertemu di sebuah hotel bintang lima yang dipesan oleh Ben. Tetapi, bukan berarti Ben yang mengeluarkan uang untuk hotel yang mereka sewa hanya untuk bercinta beberapa jam saja. Saat Ben membukakan pintu kamar, Cameron mendapati jika Ben hanya mengenakan bokser. Seolah sengaja memamerkan dadanya yang bidang dan otot perutnya yang terpahat sempurna kepada Cameron. "Oh, Ben...," rintih Cameron. Sesuatu yang panas meleleh di kewanitaannya hanya karena melihat tubuh kekar di depannya."Aku merindukanmu," ucap Ben dan pria itu tersenyum.Cameron membiarkan tas tangannya tergelincir ke lantai dan memeluk Ben, menciumi bibir Ben seperti seekor singa betina yang telah lama tidak mendapatkan mangsa. Sementara Ben segera meresponnya dengan melingkarkan lengannya di pinggang Cameron dan menerima ciuman Cameron