Share

4. BERSEDIA

Dari kejauhan, Hizkia dapat melihat bahwa Ruth mulai lebih tenang dibandingkan awal kedatangannya. Ia berjalan mendekati makam abangnya.

 

Hizkia ikut duduk di pinggiran makam. Kemudian, Ruth mengambil Elkana dari gendongan Hizkia. Pria itu bercakap dalam hatinya dan memanjatkan doa.

 

"Ayah... ini Elkana datang. Elkana mendoakan Ayah tenang di sana. Elkana di sini baik-baik Ayah." Ruth menirukan suara anak kecil sebagai ganti Elkana.

 

"Kapan-kapan Elkana datang lagi, ya, Ayah." 

 

Sewaktu Ruth berdiri dan akan beranjak dari makam. Hizkia berbicara di hadapan makam abangnya, "Abang, terimakasih untuk semua kebaikan Abang padaku. Aku telah melamar Mama El, tinggal menunggu jawaban iya. Aku juga telah berjanji untuk menjaga Elkana dan mamanya."

Hizkia berdiri menoleh pada Ruth. Perempuan itu melongo mendengar penuturan mantan adik iparnya itu. Dihadapan makam itu ia berani mengatakan hal seperti itu.

"Kita pulang," pernyataan Hizkia itu membuat Ruth malah dongkol. Ia menahan diri untuk tidak komplain. 

 

Sesampainya di mobil, Ruth tetap memilih duduk di bangku belakang. Hizkia geleng-geleng kepala saja melihat mantan kakak iparnya itu.

 

  

Mobil melaju dengan pelan keluar dari gerbang pemakaman. Kini mereka menuju rumah Ruth.

"Apa maksud kamu menunggu jawaban iya?" Pertanyaan Ruth membuat Hizkia melihatnya dari kaca spion dalam.

"Aku rasa pilihannya jelas kak. Pilihannya ada dua, pertama iya dan kedua iya," Hizkia terkekeh dengan candaannya sendiri.

 

Ck! Hidup dengan pria ini, apa iya Ruth akan bahagia?

Saat tiba di gerbang rumah Ruth, sebenarnya Hizkia ingin ikut masuk. Hanya saja, Ruth tidak memberi izin dengan alasan tidak enak dengan tetangga.

 

"Memangnya kita akan melakukan apa? Sampai tidak enak dengan tetangga, hm?" Hizkia merasa aneh dengan alasan yang diberikan oleh Ruth.

 

"Iya namanya juga aku janda. Nanti, tetangga bisa bergosip yang tidak-tidak."

Hizkia tidak habis pikir dengan alasan mantan kakak iparnya. Di kawasan elit ini, tetangga mana yang peduli dengan apa yang dilakukan tetangganya.

Tapi, Hizkia tidak membantah dan mengatakan akan datang lagi dan lagi, sampai kata iya keluar dari mama Elkana.

Ruth diminta tidak mengulur waktu sebab pilihannya ada dua, iya dan iya.

Ruth tampak kesal pada Hizkia dan mengatakan tidak akan membuka pagar dan pintu rumah untuk Hizkia bila memaksa terus.

Pria itu mengatakan tidak akan menjadi masalah baginya sebab yang akan bermasalah malah mama Elkana dengan para tetangga saat mereka melihat Hizkia berteriak memanggil Ruth seperti teriakan abang kurir pengantar paket.

Tidak butuh waktu terlalu lama, kegigihan Hizkia berbuah.

Pria itu bisa bertandang dua kali sehari, pagi, dan sore sepulang kerja ke rumah Ruth.

Mama Elkana akhirnya menerima pinangan mantan adik iparnya itu. Mama dan bundanya sungguh senang mendengar rencana pernikahan anak-anaknya. Mereka turut andil mempersiapkan pernikahan itu.

 

💕💕

Selesai Ruth berdiam diri, ia kembali dari kisah masa lalu.

Dirinya berpikir setiap rumah tangga pasti menjumpai tantangannya sendiri. Bila demikian apa yang harus ia lakukan?

Dalam masalah ini, Ruth lah yang hadir belakangan di antara mereka. Meski ia kini seorang istri, pernikahan ini tidak berdasar cinta melainkan wasiat semata.

Pesan dari mendiang suaminya yang tak lain abang Hizkia sendiri.

Apa yang menguatkan posisinya dalam perkawinan ini?

Ruth mendesah, lalu bangkit melakukan kerja rumah tangga seperti biasa. Ya, Ruth seorang ibu rumah tangga. Saat bersama mendiang suami, ia pernah bekerja di sebuah perusahaan.

Setelah menikah dengan Hizkia, suaminya itu meminta fokus pada tumbuh kembang Elkana agar dapat optimal perhatian dari dirinya sebagai mama. Ruth pun tidak keberatan sebab putranya memang prioritas dalam hidupnya.

Malam pun tiba terasa cepat.

Setelah makan dan bermain, Ruth dan anaknya kembali ke kamar Elkana.

Ruth membacakan buku hingga Elkana tertidur di pangkuannya.

Elkana anak yang manis dan rutinitas hariannya dapat ditebak karena Ruth membiasakan jadwal rutin bagi anaknya sedemikian.

Elkana tidak terlalu rewel, namun untuk sesuatu yang diinginkannya ia akan gigih menangis memintanya. 

Sekitar pukul 21.00, Ruth kembali ke kamar dan ingin beristirahat.

Teringat janji suaminya akan pulang cepat, rupanya itu hanya lip service.

Sampai saat ini, belum ada tanda kepulangan suaminya bahkan sekedar mengirim pesan pun tidak.

Ruth putuskan tidak menunggu suaminya pulang, bahkan ia kembali memasukkan ke dalam kulkas semua makanan yang telah dihidang.

Ruth bertanya pada hatinya apakah kuat untuk kemungkinan yang tidak terduga ke depan.

Apa ia sanggup untuk kemungkinan terburuk setelah dirinya memergoki kemesraan suaminya dengan perempuan lain? Dengan mantan kekasih suaminya?

Ruth bersiap istirahat. Entah bagaimana rasa cemas melandanya. Ia berusaha untuk menenangkan hatinya yang tengah sedih. Air mata menjadi temannya memasuki ruang mimpi.

Di lain tempat, Hizkia masih bersama dengan seorang perempuan.

Perempuan itu masih ingin bermanja dan tidak bersedia ditinggal Hizkia. Akan tetapi, malam semakin larut. Bahkan, ia tidak menepati janji pulang cepat pada istrinya.

"Naomi, ini sudah malam. Kita harus pulang." Hizkia bangkit dari tempat duduknya. Namun, Naomi menariknya kembali untuk duduk.

"Kenapa sih harus buru-buru? Kangen istri kamu, ya?"

"Besok kita harus kerja kembali, Naomi. Kondisi tubuh harus dijaga." Hizkia melepaskan gandengan tangan Naomi yang bergayut manja di lengannya. Kali ini, ia benar-benar berdiri. 

"Mari, kamu aku antar," tawar Hizkia sopan.

"Ngga usah, Kia. Aku bawa mobil, kok. Okelah, mari kita pulang." Mau tidak mau Naomi menuruti Hizkia untuk pulang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status