Share

Bab 47-Sidang Cerai : Duda atau Suami Orang?

Pukul 08.00 pagi aku sampai kepengadilan agama. Kantor pengadilan sudah ramai, parkiran motor dan mobil sudah penuh sesak. Jadwal sidangku pukul 09.00, aku masih punya waktu 60 menit untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Perutku terasa lapar, aku beranjak keluar pagar pengadilan. Didepan pengadilan agama banyak berjejer warung sarapan pagi, aku memilih warung lontong, aku memesan lontong pecel kesukaanku, lontong pecal selain enak juga sangat mengenyangkan.

Satu porsi lontong pecel hadir kehadapanku, piring yang besar penuh dengan berbagai sayuran, ada mie, daun ubi, kol, tahu, tempe, toge dan bakwan. Aku makan perlahan. Lidahku sangat menikmati makanan, sementara pikiranku terfokus kepada Bang Kay.

“Kemana dia semalam?” benakku.

Pukul 08.45 aku kembali kepengadilan. Aku tidak mau terlambat hadir, aku harus menunjukkan keseriusanku untuk bercerai. Aku duduk diruang tunggu di depan ruang sidang. Sementara itu beberapa orang dipanggil satu persatu kedalam untuk me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status