Richard hanya diam dan memperhatikan wajah Rianne yang memang terlihat sangat cantik, lebih dari itu dia penasaran bantuan seperti apa yang ingin Rianne minta..“Begini. Heum saya memiliki mobil tua, menurut dokter jika dijual apakah akan laku?” Richard hanya diam dengan dahi mengekrut.“Maafkan aku, aku sudah menawari kepada beberapa orang yang ku kenal tetapi mereka tidak membutuhkannya.“Kau mau menjualnya berapa?” tanya Richard akhirnya. Pria berwajah tampan itu tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya tetapi melihat kesungguhan Rianne dengan pertanyaannya, Richard tahu bahwa wanita dihadapannya ini memang membutuhkan sesuatu.Richard hanya mengangguk. Setelah mendengar nominal yang Rianne butuhkan. Richard tidak tahu masalah seperti apa yang Rianne alami sampai harus melakukan ini. “Tapi berjanjilah jangan menjual mobil itu,” lirihnya.Melihat wajah bingung sang dokter Rianne menjelaskan, “Itu mobil mendiang kakak saya dokter. Tetapi karena sangat mendesak saya terpaksa menjualnya,
“Kembalilah Tuan!” Rianne melangkah masuk ke dalam ruangannya, terlalu lama betatap muka dengan pria yang masih duduk disana membuatnya semakin muak.Alexander berdiri dan meninggalkan kedai kopi Rianne, percuma juga menunggu wanita itu keluar karena selama setengah jam Alexander disana Rianne tidak juga datang memunculkan dirinya.Setelah dari kedai Rianne pria dengan wajah tampan itu melanjutkan perjalannya, besok hari dia akan kembali melakukan perjalanan dalam beberapa hari ke depan, tetapi sebelum itu dia harus menemui Caroline terebih dahulu, wanita manja itu harus diberi peringatan agar tidak melakukan hal buruk ke depannya.“Dimana Caroline?” tanya Alexander pada para pelayan yang menyambutnya.“Nona berada dikamarnya Tuan,” ucap salah satunya.Langkah kakinya semakin lebar menaiki tangga, dan setelah sampai didalam kamar, Alexander jelas melihat bagaimana Caroline yang sudah menunggunya dengan penampilan yang sangat menggoda keimanannya.“Sayang kau sudah kembali?” Caroline b
Renata sudah membayangkan apa yang akan terjadi saat tangan kekar itu sudah menyusup ke dalam dress tipisnya. Tubuhnya meremang saat merasakan tangan kekar itu sudah sampai di area yang paling sensit*f dari tubuhnya.Bibir bawahnya di gigit karena tidak bisa berpikir dengan waras. Matanya juga sudah tertutup, Alexander sudah menyunggingkan senyumnya, dengan gerakan sens*al dia membuat Renata semakin mengigil dengan hanya belaian diatas kain berendanya.“Tu-tuan ….” Lirihnya.Alexander bangkit dari atas tubuh Renata dan mengucapkan kata maaf karena hampir saja kelepasan, dia membantu Renata untuk bangun, didalam hati Renata merutuki dirinya karena berbicara.“Bodoh kau Nata!!” umpatnya.Renata menunduk, dia menginginkan hal lebih tetapi kenapa bibirnya harus bersuara tadi, dia ingin sekali menyumpahi kebodohannya. Sampai dia mendengar suara Alexander yang membuat gendang telinganya berdengung.“Kau mengingikan lebih?” tanya pria yang sekarang itu sudah minum dan memperlihatkan jakunny
Anita sedikit goyah, dia ingin bekerja lebih lama bersama Rianne tetapi mengatakan kebenaran apakah itu pilihan yang tepat? Rianne menyadari kegelisan wanita di depannya.“Bagaimana?” Rianne masih memaksa, semakin di lihatnya Anita tertekan semakin dia mencoba mempengaruhi, “Aku hanya ingin tahu bagaimana dia, aku hanya ingin kau jujur, aku janji setelah kau katakan kau bisa disini,”“Nona, saya hanya bisa mengatakan kalau Tuan Xander orang yang baik, dia memang sering meminjam kan uang kepada yang membutuhkan tanpa syarat apapun, asal bisa mengembalikan sebelum jatuh tempo,” Anita menjelaskan dengan meremas jari-jarinya.“Lalu jika tidak bisa mengembalikan diwaktu yang mereka sepakati bagaimana?” Rianne sedikit ngeri sekarang, pasalnya dia juga memiliki hutang pada pria berwajah malaikat itu.“Maka kami wanita nya juga mendapatkan hukuman, ah mungkin bukan hukuman bagi yang menyukai dan menikmati banyaknya uang yang didapat,” jawab Anita ambigu.“Bisa kau jelaskan dengan jelas?” Rian
“Kau setuju?” tanya wanita dengan rambut sedikit curly itu, dia berharap apa yant dia usahakan kali ini berhasil. “Terserah kau saja kalau ragu, apa kau tahu wanita yang bekerja di rumahmu sekarang?” Rianne masih diam, apakah dia harus percaya pada wanita di depannya sedangkan dia tahu bahwa wanita itu tidak menyukainya.“Apa tujuanmu membantuku? Apakah karena kau takut aku akan merebutnya darimu?” sindir Rianne membuat Caroline mengepalkan tangan.“Nona … jangan khawatirkan itu, saya bahkan tidak pernah tertarik dengannya lalu kenapa nona terlihat sangat bersemangat membantu saya?”“Rianne … aku mencintai Alexander, kau mungkin tidak tertarik padanya tetapi bagaimana dengannya?”Rianne menghela napas, dia juga jengah dengan hidup ini, dia juga ingin pergi jauh, meninggalkan semua kenangan pahit yang di alaminya, “Baiklah, aku akan pergi, Nona jangan khawatir,” Setelah mengatakan itu Rianne bangkit dari duduknya dan meninggalkan Caroline yang tersenyum dengan lebar.“Gadis bodoh!”H
Sampai di ruang kerjanya, Alexander melihat sebuah kotak berukuran sedang disana, dan dengan langkah lebar Alexander mendekati meja tersebut dan meraih benda yang kemungkinan Rianne bawa.Perasaannya sudah tidak enak tetapi dengan tidak sabar dia membuka, wajahnya memerah karena seperti tahu apa yang ada di dalam, dan benar saja seperti apa yang dia pikirkan.“Anna!!” geramnya dan melempar kotak yang ditangannya, isi yang penuh berhamburan di dalam ruangan yang didominasi oleh warna hitam tersebut.Saat akan keluar dia melirik sebuah kertas lain di antara kertas-kertas lain yang berserakan.“Tuan, saya kembalikan sisa hutang kakak saya, setelah ini kita tidak ada urusan apapun, tapi yakinlah kita akan bertemu kembali,” RianneKalimat singkat yang Rianne ungkap di atas kertas putih itu diremas kuat oleh Alexander, dia merasa ada yang tidak beres selama dia pergi. Dengan langkah yang sangat cepat naik.Setelah mandi dan mengganti pakaian dia langsung saja bergegas bersama Rafh, dia haru
Setelah jam makan siang selesai, dengan senyum mengembang Renata masuk ke dalam ruangan sang Tuan. Rok hitam spannya yang terkesan sangat ketat membuat bagian belakang sangat menonjol. “Duduklah!” Alexander yang sudah duduk di sofa single meminta Renata duduk. Mereka tidak hanya berdua ada Rafh juga disana. Dan itu membuat Renata sedikit kecewa. Renata duduk. Sedikit canggung karena ada Rafh disana, dan untungnya tuan yang rupawan ini mengerti, “Rafh tinggalkan kami berdua,” pria tinggi dan bermata coklat itu berdiri lalu membungkuk sedikit. Sekarang tinggallah dua orang lawab jenis yang baru beberapa hari melakukan hal panas. Wajah Renata memerah karena malu karena mengingat semuanya. “Tu-tuan. Tugas apa yang akan saya kerjakan?” tanya nya sedikit tergagap. Entahlah biasanya Renata sangat lancer dan fasih. “Kemarilah!” Alexander memanggil Renata agar lebih dekat dengannya, sungguh tawaran yang tidak boleh di lewatkan begitu saja. “Duduk di bawah!” Alexander memerintahkan Renata
Rafh menikmati setiap sentuhan yang Caroline berikan, matanya tertutup merasakan tangan lembut itu menjelajah pada tubuhnya yang sudah bergetar karena tidak bisa menahan gejolak yang semakin membuncah.“Hentikan nona!” Rafh menangkap tangan Caroline dan menjauh meninggalkan wanita yang hampir saja membuatnya mendapatkan malapetaka jika tidak cepat menghindar.Tetapi betapa terkejutnya dia saat melihat siapa yang sudah masuk dalam kamarnya dengan senyuman yang memabukkan. Caroline menutup pintu dan membuang kunci dengan sembarang.“Nona, apa yang anda lakukan?” bohong jika Rafh tidak tergoda melihat penampilan menggoda dari kekasih tuannya, tubuh sintal dan wajah bak bidadari, Rafh menelan ludah susah payah, mencoba menghindar.“Kenapa menghindar? Apakah kau tidak suka dengan sentuhanku?” suara Caroline sangat lembut membuat bulu kuduk Rafh semakin meremang. Jiwa kelelakiannya bangkit namun masih berusaha ditahan.“Nona. tuan Alexander tidak akan suka jika anda melakukan ini. Tolong ke