Share

Rianne Pulang

Dengan berat hati Anna masuk kembali ke kamarnya. Tangannya mengepal karena sulit sekali keluar dari penjara besar ini. Tetapi dia tidak memiliki pilihan lain selain kembali menuruti permintaan pria itu.

Caroline menatap tidak suka pada kekasihnya, “apa hubunganmu dengannya?” tanyanya dengan wajah yang tidak bisa dia sembunyikan kemarahannya.

“Bukan urusanmu.” Alexander pergi begitu saja meninggalkan Caroline dengan kekesalan yang teramat besar.

“Xander!” teriak Caroline tidak terima diabaikan begitu saja. Tetapi setelahnya dia kembali tersenyum karena tahu bahwa wanita itu akan pergi esok pagi. Lalu apa yang dia khawatirkan?

“Jangan khawatir Caroline karena dia tidak sebanding denganmu,” ucapnya membanggakan dirinya sendiri.

Sepanjang malam Rianne tidak bisa memejamkan matanya. Dia ingin pagi segera menyapanya dan meninggalkan kediaman yang membuatnya sesak. Dirumah ini pembunuh kakaknya tinggal. Dia tidak bisa melakukan apapun sekarang karena dia tidak memiliki kemampuan. Tetapi, dia akan pastikan bahwa dia akan kembali membawa kematian untuk pria itu.

Bukan hanya Anna tetapi Alexander juga tidak bisa memejamkan matanya. Dia berdiri di balkon kamarnya menatap langit yang selalu saja gelap. Dia menghembuskan nafas berulang kali.

“Anna … apakah kau benar-benar tidak ingin tinggal bersamaku?” gumamnya dengan lirih.

Dia mengambil ponsel didalam saku celana, menghubungi Rafh dan memintanya menyelidiki dimana saja hutang piutang dari Arche. Setidaknya dengan membantu Anna melunasi hutang-hutang dari pria tidak bertanggung jawab itu wanitanya tidak akan terkena masalah setelahnya.

Alexander menutup panggilannya. Dia masih ingin berdiri disana menikmati hembusan angin malam yang semakin menusuk kulitnya. Dia kembali mengingat beberapa tahun lalu saat pertama kali dia melihat gadis manis yang menggunakan pakaian berwarna kuning telah berlari menolongnya yang tidak sengaja tersenggol oleh kendaraan besar ditengah jalan.

Gadis manis itu terlihat sangat mencemaskannya. Alexander yang terluka tetapi jelas terlihat bahwa wajah gadis itu yang menahan rasa sakit.

“Harusnya sejak lama aku sudah menahanmu Ann … tapi sepertinya takdir mempermainkan kita,” desahnya karena menyadari tidak akan mudah mendapatan maaf dari wanita yang saat ini tengah gelisah karena ingin kembali kerumahnya.

Tengah malam, barulah Alexander masuk ke dalam kamarnya. Besok, dia harus mengantar Rianne kerumahnya. Setelah itu dia akan meminta maaf setiap hari agar bisa kembali melihat senyum menawan yang pernah dia lihat.

Pagi harinya Rianne sudah membersihkan diri. Dia menggunakan pakaian yang berada di dalam lemari kamar yang ditempatinya. Memang Alexander yang menyiapkan semuanya agar Anna merasa nyaman.

Wanita itu turun ke lantai bawah dengan mata mencari keberadaan si Tuan rumah. Disana dia sudah melihat wanita yang mengaku sebagai kekasih Alexander dan Rianne tidak peduli.

“Wow Tuan putri kita baru keluar dari kamarnya,” sindir Caroline yang sebenarnya dia juga baru kali ini terlihat sudah siap sepagi ini.

“Dimana Tuanmu?” tanyanya pada Rafh yang sejak tadi berdiri di sebelah Caroline.

“Tuan akan turun beberapa menit lagi Nona, bersabarlah!” kata Rafh ramah membuat Caroline jengah karena Rafh tidak pernah bersikap seperti itu padanya.

“Kau bahkan berbicara sangat lembut padanya,” Caroline memperhatikan Rianne dan Rafh bergantian. “kalian memang terlihat sangat cocok,” katanya setelah itu tertawa karena berhasil membuat Rianne kesal.

Rianne hanya diam saja. Malas meladeni wanita dengan bibir merah merekah yang menggunakan pakaian super seksi seperti Caroline.

“Kita sarapan bersama setelah itu kita kerumahmu,” suara berat Alexander menyadarkan mereka bertiga. Rafh hanya mengangguk. Sementara Caroline yang melihat kekasihnya datang lansung memeluknya dan mendaratkan satu ciuman di wajah tampan sang pria.

“Anna … kau mau pulang? Jika iya, ayo sarapan bersama,” ucapnya dengan wajah datarnya menatap kearah Rianne yang memunggunginya.

“Jika dia tidak ingin sarapan, jangan kau paksakan,” Caroline yang mengatakannya. Dia tidak suka Rianne.

Mereka sarapan dengan diam. Hanya sesekali suara manja Caroline saja yang terdengar mencari perhatian kekasihnya tetapi hingga mereka akan selesai Alexander hanya diam dan seperti tidak berminat menatap Caroline.

“Kau mau kemana?” tanya Caroline yang sudah berdiri di depan pintu menghentikan Alexander yang akan memasuki mobil yang sudah ada Rianne di dalamnya.

“Kurasa kau tidak tuli. Aku akan mengantar Anna kembali,” ucapnya datar.

“Kenapa harus kau yang mengantarnya? Sudah ada Rafh, dia bisa mengantarnya Xander,” kesalnya karena sejak kemarin pria yang menjadi kekasihnya itu semakin tidak ingin melihatnya.

Tidak ingin mendengar Caroline terus berbicara, Alexander langsung masuk ke dalam mobil meninggalkan Caroline dan juga Rafh disana dengan pikirannya masing-masing.

“Tunggulah di dalam Nona,” kata Rafh yang diabaikan oleh Caroline, wanita itu makin kesal karena Alexander benar-benar tidak memperdulikannya. Dengan langkah cepat dia masuk ke dalam mengambil kunci mobil dan meninggalkan mansion.

Rafh hanya menghela nafas melihat tingkah kekasih Tuannya yang memang tidak pernah di anggap.

Sementara di tempat yang berbeda Orion sudah menunggu Rianne dengan perasaan cemas karena sejak kedatangannya dia tidak menemukan kehadiran wanita yang menjadi kekasih sandiwaranya itu.

Didalam hatinya Orion merasa tidak tega dengan Anna wanita itu benar-benar tulus padanya sementara dia dengan Lyora dengan jahatnya mempermainkan perasaan gadis malang itu.

“Anna maafkan aku. Kau boleh membenciku setelah ini,” gumamnya merasa nyeri saat dia rela untuk di benci.

Dia memegang dadanya. Dia merasa sangat aneh. Apakah dia sudah benar-benar jatuh cinta sekarang?

Orion masih sibuk dengan pikirannya tanpa menyadari bahwa mobil mewah sudah memasuki pekarangan rumah Rianne. Dia berdiri memperhatikan dengan seksama mobil mewah tersebut.

Dan betapa terkejutya dia saat melihat Anna yang turun dari sana. Orion mendekat dan melihat Anna yang berlari ke arahnya dengan mata yang berkaca-kaca.

“Kau dari mana?" tanya Orion pelan tetapi tatapannya tajam melihat kearah Alexander yang tidak terpengaruh karena tatapan lemah seperti milik Orion.

Rianne masih diam saja. Dia ingin menangis tetapi menyadari bahwa musuhnya masih belum pergi dia menahan air matanya. Dia melerai pelukannya dan berjalan begitu saja masuk ke dalam rumahnya tanpa mengucapkan terima kasih.

“Terima kasih sudah mengantarkan kekasihku,” kata Orion, dia melanjtkan, “aku tidak tahu kemana kau membawanya tetapi sekali lagi aku ucapkan terima kasih,”

Alexander hanya diam. Ingin sekali dia menghajar pria yang mengaku sebagai kekasih dari wanita incarannya tetapi dia menahannya, dia tidak ingin Rianne takut padanya.

“Katakan padanya aku akan kembali lagi,” setelah mengatakan itu Alexander membawa mobilnya keluar pekarangan dan melaju dengan perasaan tidak menentu.

“Kekasih? Apakah dia memang sudah memiliki kekasih?” tanyanya pada diri sendiri.

“Anna kau milikku. Dan selama akan menjadi milikku,” katanya kembali mengingat wajah cantik yang selalu menemani maam-malamnya selama ini.

“Rafh … selidiki apa hubungan Rianne dengan pria itu," katanya langsung mematikan panggilannya.

Raft yang menerima perintah hanya mengerutkan kening. “pria siapa yang Tuan maksud? "batinnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status