“Biar aku bantu!” Reynand berjalan cepat ke arah Salma yang tengah membawa nampan berisi minuman dan beberapa potong cake di atasnya. Rasanya tidak elok saja melihat wanita hamil dan perutnya sebesar itu berjalan membawa sesuatu dan tampak kesulitan. Ucapan Reynand membuat Haris yang berada di samping sang istri melebarkan mata. Reynand tanpa sungkan melakukan hal seperti ini pada Salma bahkan di saat suaminya ada. Apa lagi melihat respon Salma. Wanita itu tersenyum. Tampak senang. Dan memberikan apa yang Reynand minta. Melihat bagaimana suntuknya wajah Haris, Reynand menyembunyikan senyum. Dia makin senang saja. Seharusnya Haris tidak melakukan hal tak baik jika tak ingin memanen keburukan pula untuknya. “Harusnya tidak perlu repot –repot begini. Kalian kan mau pergi!” ucapnya ketika meletakkan nampan itu di meja. “He he. Ya nggak papa lah, Mas. Masa tamu jauh yang gak ketemu bertahun –tahun tidak dijamu,” sahut Salma yang kemudian duduk di sofa lebih dulu. Ia ingin sejenak meng
Terus digulir layar. Namun, sebanyak ia menggeser, tak menemukan tujuannya. Semua tentang dia dan Abi Agni. Inggit pasti sengaja. Tidak mau berbuat keselahan. Dia berjaga –jaga dengan hati –hati. Kalau –kalau suatu saat dari keluarga Haris ada yang mencari tahu tentangnya.Merasa panas melihat postingan –postingan itu, Agni memikirkan sesuatu untuk memberi Inggit pelajaran.“Tunggu saja, kamu akan hancur karena kelakuanmu sendiri,” dengkusnya yang tengah dipenuhi amarah. Rasanya tidak sabar ingin melakukan apa yang sudah terancang dalam otak, akan tetapi orang –orang dewasa di luar sana, tidak juga pergi.“Bukannya tadi Umi bilang akan pergi ke Majlis dengan Abi?” keluh Agni._____________________Beban terberat bagi seorang perempuan adalah tentang perasaannya sendiri. Salma terlalu mudah merasa, menerka dan akhirnya kecewa. Sama halnya ketika dia terlalu mempercayai Haris dan menyangka pria itu hanya mencintainya dan tak akan pernah menduakan. Namun, semua berakhir dengan luka.Seja
“Pak, aku bisa jelasin!” seru Inggit tidak mau terintimidasi oleh tatapan Karim yang menyalahkan.Karim menggeleng. Reaksi Inggit turut memancing Ibu Inggit untuk melihat isi ponsel yang membuat semua orang terlihat tegang. Mata wanita itu membeliak. Kemarahan seketika memenuhi dada dan membuatnya merasa sesak. Harusnya tadi dia tidak berhenti memukuli pria yang ternyata memang melecehkan anaknya. Itu yang terekam kamera, entah apa yang dilakukan saat tidak ada orang tua Inggit.Ibu Inggit melirik tajam ke arah Albi, sehingga pemuda itu jadi tidak enak sendri. Dia sendiri bahkan juga tidak habis pikir, bagaimana bisa ada rekaman seperti itu dan bahkan sampai terpampang di akun i*******m.“Sudah cukup!” Karim menyadari betapa marah sang istri. Hinggat ia berdiri di tengah –tengah untuk melerai Ibu Inggit dan Albi.Namun, kali ini, dia tidak lagi membela pemuda itu. Karim bahkan mendorong Albi dengan tangannya agar menjauhi keluarganya. “Pergilah! Kita batalkan saja diskusi ini!”“Tapi,
“Ibu nggak nyangka kamu akan melakukan hal serendah itu, Inggit. Kamu bercumbu dengan pria bukan suamimu. Dan posisimu itu masih jadi istri orang!” omel Ibu Inggit yang amarahnya sudah terlanjur meletup –letup. “Apa kamu pelacur!” teriak Ibu Inggit. Sedang Inggit hanya diam. Sesekali air matanya menetes dan ia mengusapnya. Malu pada ibunya juga dirinya sendiri yang memang begitu murah.‘Tapi ya gak bisa dikata murah juga, sih. Cuma Albi yang aku punya. Itu pun baru kemarin kami melakukannya.’ Inggit membatin membela diri sendiri.“Bu, aku bukan pelacur main dengan banyak laki -laki. Aku cuma istri yang kesepian. Apa aku salah minta perhatian penuh dari laki –laki yang benar –benar mencintaiku dan tidak pernah menduakanku?” tanya Inggit tak terima.Ibunya makin kesal saja mendengar jawaban anak perempuannya itu. “Nggak salah kamu bilang, Nggit? Kamu itu punya suami. Dia yang sudah menafkahi kamu sampai bisa nyambung hidup begini! Kamu bisa bayangkan kalau Haris tahu!”“Ya aku ngerti
Mata Haris menyipit, sebuah viedo terlihat di layar ponsel milik Reynand. Melihat adegan sekilas di sana, dia langsung berpikir Reynand ini ternyata otaknya mesum juga.Namun, melihat tokoh wanita dalam video yang tak asing membuat Haris membeku dengan dua mata melebar. Belum lagi situasi latar rumah yang juga tak asing baginya. Direbut ponsel Reynand tersebut dari tangan pemiliknya.“Apa yang kamu lakukan?” tanya Reynand heran dan terkejut.Haris mengulang video dari awal. Di waktu yang sama, suara anak kecil merebut perhatiannya.“Abi!”Haris pun menoleh. Saat itulah, Reynand mengambil kembali ponsel yang berada di tangan suami Salma. Dia tak menyangka pria itu bisa bersikap tak sopan. Bertolak belakang dari apa yang dia tampakkan tadi di rumahnya. Seorang pria sholeh yang bahkan meneguk minum saja menyempatkan membaca doa lebih dulu.Karena perhatian Haris sudah fokus ke Farhan yang menghambur ke arahnya, lelaki itu pun tidak lagi memikirkan ponsel yang tadi diperhatikan pemiliknya
Agni melihat ke arah jam dengan gelisah. Sudah hampir masuk waktu Magrib, tapi ke dua orang tuanya, juga adik –adiknya belum juga pulang.“Mereka ke mana sih? Apa jalan –jalan? Makan bareng jamu tamu orang yang heboh tadi?” keluhnya yang merasa agak kesal.“Tapi nggak mungkin. Seenggaknya kalau pulang telat, karena mampir ke suatu tempat, Umi pasti kasih tau.” Agni mengetuk ketukkan bolpoin ke kepala.Gadis itu menghela napas panjang. Dia akhirnya harus mandiri dan bersikap dewasa seperti Hania kakaknya pesankan. Merasa lapar, gadis remaja itu pun berjalan ke dapur. Melihat masakan di atas meja makan seadanya.“Huft, Mi ... Mi.” Agni menggeleng. Ibunya itu tidak sempat masak karena terlalu sibuk, atau karena waktunya tersita memikirkan masalah abinya.“Oke, Agni. Mari kita memasak!” Gadis itu menggelung lengan dasternya. Sebelum melakukan pekerjaan itu, disempatkannya menyalakan ponsel dan merekam pekerjaannya.Tentu saja, hal itu bukan tanpa tujuan, dia ingin membanggakan diri pada H
“Mana Abi?” tanya Farhan yang sudah berdiri di dekat Reynand. Pria yang sedang membeku menatap Haris tergesa pergi memasuki mobilnya, lalu mobil itu perlahan meninggalkan area Majlis Ustaz Fawwas.Reynand menoleh dan menurunkan pandangan ke bawah. Menatap sosok mungil yang juga menatap Abinya dengan bingung. Anak kecil itu pasti berpikir, kenapa Abinya pergi dan tidak mengajaknya? Kenapa dia harus ditinggal? Padahal sedari tadi Farhan sangat lengket dengan Bapaknya.Melihat mobil Abinya bergerak menjauh, Farhan berlari mengejar. Mata Reynand melebar. Takut jika terjadi sesuatu pada anak kecil itu, ia pun bergerak mengayun langkah cepat sampai setengah berlari.Tak mendapat apa yang diinginkan Farhan menangis. Abinya benar –benar hilang dari pandangan, karena mobil itu bergerak semakin cepat di tikungan jalan. Tangis Farhan semakin menjadi ketika dua tangan kekar melingkar di tubuhnya yang mungil daan menghentikannya.“Abi!” Anak kecil itu masih berteriak di sela tangis. Ia seolah akan
“Sudah loe lakukan?” tanya Albi pada orang di ujung telepon. Dia ingin memastikan apakah temannya itu mengerjakan apa yang dia minta. Maklum, jaman sekarang pun walau pun katanya teman, mereka tetap berbisnis dan mengesampingkan loyalitas. Setidaknya itulah yang Albi pahami. Dan tadi ... dia lupa akan mengatakan pada James kalau akan mengirim uang. “He em.” James menyahut cepat. “Loe belum mengeceknya?” Pria itu balik bertanya. “Hah?” Mata Albi melebar dengan ke dua alis terangkat. Terkejut. Begitu cepat James bekerja bahkan sebelum dia membayar. Namun begitu, tentu saja Albi juga sangat senang karenanya. Tak membuang waktu, pria itu pun menggeser layar, mencari aplikasi Instragam. Di akun Inggit sudah tidak ada. Ia pun bergerak ke nama akun fake yang digunakan anonim tersebut memposting video. “Benar, sudah tidak ada James.” Albi menggumam selagi matanya fokus mencari ke segala akun yang mungkin diupload ulang oleh akun lain. Albi menghela napas lega, saat tidak lagi menemukan v