Home / Romansa / SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU / Bab 31 Setelah tiga tahun.. Akhirnya..

Share

Bab 31 Setelah tiga tahun.. Akhirnya..

Author: Aries grils
last update Last Updated: 2025-08-21 11:51:55

Setelah tiga tahun lamanya, siang itu sebuah pemandangan yang tak terduga membuat seluruh rumah besar itu terhenti dalam hening.

Ratna yang tengah duduk santai di ruang keluarga, jemarinya sibuk menyapu layar iPad, tiba-tiba membeku. Pandangannya tertancap pada sosok yang baru saja menuruni tangga.

Caca berjalan pelan, menggandeng Satya di sampingnya.

Sekejap Ratna bangkit berdiri, napasnya tercekat. Kursi rotan di belakangnya bergeser nyaring, membuat beberapa pekerja rumah yang sedang lewat ikut menoleh. Mereka pun terdiam, tak percaya dengan apa yang dilihat.

Tuan muda Satya, yang selama tiga tahun tak pernah keluar dari kamarnya, bahkan dinyatakan dokter mengalami gangguan jiwa, kini berdiri tenang di ruang tamu. Langkahnya masih goyah, tubuhnya tampak lebih kurus, namun ada sorot sadar di matanya. Wajahnya memang jauh berbeda dari foto-foto di album itu, namun jelas ia bukan lagi lelaki yang sepenuhnya tenggelam dalam kegelapan.

Pelayan tua Raga, yang berdiri tak jauh dari s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU   Bab 57 Pelukan Hangat

    “Kemari!” suara Satya terdengar berat, penuh tekanan. Bukan sebuah permintaan, melainkan perintah. Caca tersentak, jantungnya berdegup kencang. Tangannya yang semula berada di pangkuan langsung terkepal erat, tapi tak ada jalan untuk menolak. Dengan langkah pelan, ia mendekat ke sisi ranjang. Hatinya berdesir aneh, antara takut dan… hangat. Begitu jaraknya cukup dekat, tangan Satya bergerak. Jemari pria itu, meski masih kaku karena luka, terulur lembut menarik lengan Caca, membuatnya lebih mendekat lagi. Tatapan tajam Satya menusuk, seolah menembus lapisan hati terdalamnya. Kemudian, tanpa peringatan, tangan besar itu mengusap pipi Caca. Sentuhan hangat bercampur dingin, membuat tubuh gadis itu seakan membeku di tempat. “Ini… bekas tamparan?” suara Satya rendah, nyaris bergetar menahan emosi. Sorot matanya mengeras, rahangnya menegang. “Siapa yang menamparmu? Apakah Ratna?” Caca langsung menggeleng cepat, kedua matanya melebar. Ia tak ingin menambah masalah. “Bukan, Tuan Mud

  • SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU   Bab 56 Tamparan

    Caca melangkah cepat menyusuri lorong rumah sakit. Suara langkah kakinya bergaung samar di antara aroma obat dan bau antiseptik yang menyengat. Wajahnya masih menyisakan lelah setelah menjaga Satya, tapi detak jantungnya makin kencang tiap kali ia mendekati ruang perawatan ayahnya. Tangannya gemetar saat menekan tombol lift. Sesekali ia mengusap dadanya, berusaha menenangkan diri. Namun hatinya tetap bergejolak, apalagi mengingat percakapan Satya dan Natan barusan—semua itu membuat pikirannya semakin kacau. Begitu lift terbuka, ia keluar tergesa, menyusuri koridor hingga berhenti di depan pintu bercat putih dengan jendela kaca kecil. Dari balik kaca itu, ia melihat sosok ayahnya tengah berjuang meraih gelas air di atas nakas dengan tangan yang gemetar. Tubuh renta itu tampak makin kurus, wajahnya pucat, namun tatapannya tetap berusaha tegar. Di sisi lain, Naumi, adik tirinya, justru duduk santai di kursi, menekuri ponsel mahalnya sambil sesekali menyuapkan cemilan ke mulut. Seak

  • SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU   Bab 55 Mulai Takut Kehilangan

    “Apa yang dia katakan padamu, tawaran apa yang dia berikan?” suara Satya pecah di udara, datar tapi mengandung tekanan. Tatapan matanya tajam menusuk, membuat Caca yang baru saja selesai membereskan pecahan beling tertegun sejenak. Pertanyaan itu membuat napas Caca sedikit tercekat. Ia menoleh perlahan, lalu menghela napas panjang untuk menenangkan diri. Tanpa banyak pikir, ia kembali duduk di sisi ranjang Satya. Tangannya bergerak otomatis, mengambil apel dari mangkuk buah dan mulai mengupas kulitnya dengan telaten. “Tuan Muda Natan bilang akan menolong saya jika saya ingin bebas dari Nyonya Ratna,” ucap Caca akhirnya, lirih namun tegas. Tak ada gunanya berbohong, pikirnya. Pria di hadapannya terlalu tajam, kebohongan sekecil apa pun bisa jadi bumerang. Satya tidak langsung menjawab. Rahangnya mengeras, sorot matanya tetap menusuk wajah Caca yang menunduk. Ada sesuatu yang berputar di kepalanya, namun ia memilih bungkam, hanya membiarkan keheningan menekan ruangan. “Makan buah du

  • SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU   Bab 54 Sekeping Asa

    Caca menunduk, lalu dengan telaten membereskan sisa makanan yang tersisa di meja kecil. Mangkuk dan sendok ia rapikan satu per satu ke dalam kantung yang tadi dibawa Saga. Gerakannya sederhana, tapi ada kelembutan yang membuat ruangan itu terasa hangat. Ia tak mengeluh meski tubuhnya sendiri belum sepenuhnya pulih. Satya menyandarkan tubuhnya ke sandaran ranjang, satu tangannya masih kaku dengan perban. Tatapannya tak lepas dari sosok Caca. Diam-diam ia memperhatikan detail kecil: bagaimana gadis itu menunduk saat membereskan piring, bagaimana jemarinya yang mungil tampak cekatan, dan bagaimana wajahnya tetap teduh tanpa mengeluh sedikit pun. “Bukannya ayahmu dirawat di sini juga?” suara Satya memecah keheningan. Nada bicaranya datar, tapi sorot matanya menyimpan rasa ingin tahu yang tak bisa ia sembunyikan. Caca menoleh, sedikit terkejut, lalu mengangguk pelan. “Benar, kemarin saya sudah menjenguk beliau,” jawabnya jujur. Satya menggerakkan kepalanya sedikit, masih menatapnya den

  • SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU   Bab 53 Makan Berdua

    Ketukan pelan terdengar di pintu kamar rawat itu. Seorang pelayan tua masuk membawa kantung besar berisi makanan. Dialah Saga, orang yang sudah mengabdi cukup lama di rumah keluarga besar Mahendra. Rambutnya memutih, wajahnya dipenuhi kerut usia, namun sorot matanya masih teduh dan penuh wibawa. “Permisi, Tuan Muda… Nona Caca,” ucapnya seraya melangkah pelan. Kantung makanan itu ia letakkan di meja kecil dekat ranjang Satya. Aroma sup hangat dan bubur lembut langsung memenuhi ruangan, menghadirkan kehangatan di udara yang dingin. Satya hanya mengangguk singkat, wajahnya tetap datar. Tapi Caca yang duduk di sisi ranjang tempatnya segera berdiri, menunduk sopan sambil berkata, “Terima kasih, Pak Saga.” Pelayan tua itu menatap Caca sekilas. Ada keharuan yang jelas tergambar di wajahnya. “Tidak apa-apa, Nona. Ini memang sudah menjadi tugas saya. Tapi… saya sempat khawatir sekali mendengar Nona harus dirawat kemarin. Begitu juga saat Tuan Muda Satya mengalami kecelakaan. Hati saya sungg

  • SETELAH DIJUAL IBU TIRIKU   Bab 52 Benih Rasa

    Pagi itu sinar matahari mulai menyusup lewat celah tirai rumah sakit. Satya terbangun lebih awal dari biasanya, matanya langsung menatap ke arah sofa kecil di sudut ruangan. Di sana, Caca masih terbaring, tubuhnya meringkuk tanpa selimut tambahan. Satya sempat hendak mengalihkan pandangan, namun sesuatu membuatnya menahan diri. Wajah Caca pucat, bibirnya kering, dan keringat tipis membasahi pelipisnya. Napasnya tampak lebih berat dari biasanya. Alis Satya berkerut. Dia terlihat… tidak baik-baik saja. “Caca.” Panggilannya pelan, tapi gadis itu tidak bergerak. Satya berdeham, mencoba lagi. “Caca, bangun.” Tak ada jawaban. Hanya dengusan napas teratur, tapi terdengar lemah. Perasaan aneh menjalari dada Satya, jantungnya berdegup tak karuan. Ia segera berusaha bangkit, meski tubuhnya sendiri masih belum pulih. Dengan gerakan terbatas, ia meraih tombol panggil perawat di sisi ranjangnya. Tak lama kemudian, seorang perawat masuk tergesa. “Ada apa, Tuan Muda?” “Lihat dia…” suar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status