Home / Rumah Tangga / SI KAYA YANG DIKIRA MISKIN / Bab 7. Kecurigaan yang Salah

Share

Bab 7. Kecurigaan yang Salah

Author: Yunita
last update Last Updated: 2022-08-03 07:11:27

Malam itu, semua mata terjaga menunggu di dalam rumah Pak Agus, dan ada dua orang menunggu di rumah Mbok Inah, untuk menangkap sosok binatang yang di duga celeng itu.

"Pak Agus, tadi aku liat Mas Gilang keluar Pak, dia jalan ke arah sana, keliatannya buru-buru," ucap seorang warga yang baru saja datang dengan napas tersengal-sengal.

"Mau kemana dia?" jawab Pak Agus yang dijadikan ketua dalam penjebakan malam itu.

"Tidak tau Pak, kalau begitu malam ini kita harus benar-benar fokus, tangkap itu Celeng."

"Oke! Kita tunggu aba-aba dari si Udi yang sedang menunggu di rumah Mbok Inah."

Jam menunjukan pukul 1 malam.

Kring..kring..kring... Suara ponsel Pak Agus berdering. Ia segera mengangkatnya dengan semangat.

"Si Udi!"

"Angkat!"

"Hallo Di? Gimana?"

"Suara binatang itu sudah terdengar Pak, tepatnya ada di belakang rumah Mbok Inah."

"Oke, oke, kita menuju ke sana sekarang."

Semua orang bersiap dari berbagai arah, hingga beberapa ekor anjing pun di turunkan untuk menangkap binatang yang meresahkan warga itu.

"Tangkaaaaap!" Teriakan instruksi dari Pak Agus

memecahkan kesunyian malam, disusul dengan suara keributan saat itu, semua orang berusaha menangkap babi lari dengan segala macam cara dan alat.

Hap!

"Berhasil!"

"Celengnya berhasil di tangkap!" Teriak seorang lelaki.

Warga yang lainpun bersorak senang, terlihat seekor babi hutan tergeletak lemas dalam jaring, wargapun segera membawa bintang liar itu ke rumah Pak Agus.

Dalam kurungan Babi berputar putar mencari jalan keluar.

"Rasain lu, ketangkap juga lu!" Amuk lelaki bertubuh kurus.

"Siapa lu? Kalau nggak berubah wujud, gue potong juga lu!"

Ancaman demi ancaman di lontarkan para warga pada babi yang ada di dalam kurungan.

"Pak Agus, apa benar dia Gilang? Bagaimana kita tau dia Gilang Pak?" tanya warga lain yang masih meragukan kecurigaan sebagian besar warga.

"Nanti lama-lama juga dia berubah, kita tunggu saja," timpal yang lain.

"Tapi bagaimana kalau tidak juga berubah? Mungkin sebaiknya, ada salah satu di antara kita melihat lihat rumah Gilang, apa dia ada di rumah, atau tidak ada. Kalau sampai sore tidak ada berarti benar ini si Gilang."

"Ya."

"Ya."

"Ya,"

Semuanya pun setuju.

Babi Celeng pun untuk sementara waktu di sembunyikan warga, dan tidak banyak warga yang tau, kecuali yang suaminya saat itu ikut mengepung.

Haripun mulai beranjak siang, ima terburu-buru mendatangi rumah Dea, untuk memberi kabar tentang kejadian semalam.

"Bu Dea, celengnya sudah ketangkap semalam." ucap Mbak Ima dengan berbisik.

"Masa si?"

"Iya Mbak, sekarang warga lagi merhatiin Mas Gilang ada di rumah atau tidak?"

"Hmmm, aku ngerti maksud Mbak Ima, sebentar aku cari tau dulu ya, Mbak."

Dea tergesa-gesa menuntun Icha menuju rumah Fitri.

"Tari? Tari?"

"Kamu? Ada apa?" tanya Fitri yang saat itu tengah menggoreng ikan.

"Ini si Icha mau main sama Tari."

"Ooh, Tari ada di dalam, Icha yuk masuk." ajak Fitri.

Dea pun pulang kembali ke rumahnya, ada satu rencana yang ia susun.

"Gimana Mbak? Ada Mas Gilang nya?" Ima tidak sabar mendengar jawaban Dea.

"Tadi .... aku perhatikan rumahnya sepi, sepertinya Gilang tidak ada."

"Loh kemana? Jangan-jangan benar lagi, yang ketangkap itu Mas Gilang? Hih!" Ima begidik.

"Sebentar ya aku kesana lagi ya?"

Dea pun bergegas kembali ke rumah Fitri.

"Icha? Icha? Sini pulang sayang."

Icha pun langsung keluar rumah, dan menemui Mamahnya. Fitri yang memperhatikan tingkah Dea merasa aneh.

"Kenapa si Dea? Seperti orang bingung gitu?"

Dea pun mengajak Icha ke ruamhnya. Sesampainya di dalam rumah, Icha langsung di interogasi oleh Dea.

"Cha gimana di tanyain nggak Papahnya Tari di mana?" tanya Dea penasaran.

"Kata Tari, Papahnya lagi pergi Mah. Belum pulang."

"Tuuuuuuh kan? Benar berarti celeng itu jadi-jadian Mas Gilang." ucap Dea penuh keyakinan.

"Astaghfirullah... Apa Bu Aminah dan Mas Diki tau hal ini Bu Dea?"

"Belum, tapi nanti aku beri tau mereka. Sekarang kamu kasih tau bapak bapak sana, jelasin bahwa celeng itu benar Mas Gilang."

"Baik Bu Dea." jawabnya, Ima pun berlalu.

******

"Bu, Mas, sini aku mau ngomong." seru Dea, memanggil suami dan Ibu mertuanya di ruang keluarga.

Bu Aminah keluar dari kamarnya, sementara Diki terlihat masuk ke dalam rumahnya.

"Ada apa De?"

"Anu Mas, Bu. Jadi semalam para warga diam diam menangkap celeng."

"Celeng?" Bu Aminah melebarkan tatapannya.

"Benar Bu. Dan.... "

"Dan apa De?"

"Rencananya sesudah dzuhur ini mereka akan membawa celeng itu ke rumah yang dicurigai sebagai pelaku celeng itu."

"Memangnya mereka sudah tau siapa pelaku celeng itu De?"

"Sudah Bu, yang jadi masalahnya ....'" Lagi-lagi Dea terdiam.

"Masalahnya apa De?"

"Masyarakat mencurigai Mas Gilang Bu, Mas."

"Apa? Astaghfirullah ... Gilang?" Bu Aminah nampak syok, tubuhnya tiba-tiba limbung, dan Diki segera menangkapnya.

"De! Jaga bicaramu! Jangan asal tuduh. Mas Gilang nggak mungkin jadi yang begituan!"

"Jangan nyalahin aku Mas, aku juga tau dari warga. Kita liat saja sebentar lagi warga akan bawa celengnya ke depan rumah Mas Gilang.'

"Astaghfirullahalazim ... Gilang.... tidak mungkin Gilang begitu, Diki, bilang sama warga Mas mu tidak mungkin jadi celeng."

"Iya Bu, tenang Bu. Nanti darah Ibu bisa naik lagi. Kita percaya sama Mas Gilang, dia tidak mungkin melakukan pekerjaan haram itu."

"Ya... Kalau aku si mau buktinya aja langsung nanti, soalnya ada benernya juga si, kecurigaan warga, dia kan di rumah aja, masa banyak duit nya?"

"Mas sudah bilang sama kamu ya De. Mas Gilang itu pebisnis. Jangan asal tuduh!"

"Begini aja deh Mas sekarang kita saksikan aja nanti, lagian itukan bisa aja alasan dia doang. Emangnya kamu tau kantor dia kerja? Atau kamu tau dia bisnis di bidang apa? Enggak kan?"

"Ki, bawa ibu ke kamar Ki, bawa ibu ke kamar,"pinta Bu Aminah yang tak sanggup lagi mendengar perkataan Dea.

Dengan cepat Diki pun membawa ibunya ke dalam kamar.

Menjelang adzan dzuhur Diki masih menemani ibunya, ia merasa sangat khawatir dengan kesehatan Ibu.

"Aku yakin yang di katakan Dea itu tidak benar. Mas Gilang pasti ada di rumah." gumam Diki,

dengan cepat bergegas keluar rumah untuk menemui Gilang.

"Mau kemana Mas?"

"Kerumah Mas Gilang."

"Kamu ini nggak bisa di kasih tau! Mas Gilang nggak ada di rumah."

Diki menerus kan langkah kakinya, hingga ia mendengar keramaian para warga yang tengah menggotong seekor Babi hutan.

"Celeng! Celeng! Celeng!"

Teriak anak-anak kecil mengikuti beberapa orang tua .

Diki hanya terpaku menyaksikan semua orang melewati dirinya begitu saja.

Didepan rumah Gilang, para warga berhenti dan menurunkan binatang liar itu.

Fitri yang mendengar keributan di depan rumahnya segera keluar untuk melihat apa yang terjadi.

"Ada apa ini Pak?"

"Ada apa- ada apa! Tuh suamimu ketangkap basah!" Fitri merasa kebingugan atas penjelasan seorang lelaki yang terlihat begitu kesal.

"Maksudnya apa Pak? Babi siapa itu? Mau di kemanakan?'' tanyanya lagi.

"Alaaaah, sudah jangan pura-pura. Kami tau kamu sedang nunggu suami kamu pulang kan? Tuh suamimu pulang."

"Astaghfirullah, suamiku? Mana?"

"Itu, celeng! Dia suamimu."

Fitri ingin tertawa, tapi hatinya merasa bingung karena melihat wajah-wajah warga begitu seriusnya.

"Celeng, suamiku? Astaghfirullahalazim.... Ada apa ini? Aku memang sedang nunggu suamiku Pak, tapi bukan sebagai celeng."

"Kemana suamimu? Coba jelaskan pada kami dan di mana dia sekarang?"

"Mas Gilang sedang ke Jakarta, untuk membereskan kerjaannya."

"Alaaaah, jangan bohong kamu. Coba telepon dia. Cepat!"

Fitri dengan cepat menelepon nomor Gilang, namun ponselnya nampak tak aktif.

"Ponselnya tidak aktif Pak."ucap Fitri dengan nada menyesal.

"Tuh kan? Bener kan udaaah ..... jangan buang-buang waktu lagi. Usir mereka dari kampung ini!'

Sorak para tetangga menyetujuinya.

Fitri semakin kebingungan, karena ada beberapa orang yang sedari tadi mengajak bicara babi itu dengan menyebut nama suaminya.

"Ya Allah, ada apa ini? Mereka kira suamiku jadi Babi? Astaghfirullahalazim... Mas Gilang kenapa lagi ponselnya pake gak aktif ah" gumam Fitri.

"Udah usir aja! Usir dari kampung ini, meresahkan!" Teriak Dea, lalu di sambut oleh ibu-ibu yang lainnya.

"Puas kamu Fitri, pergi dari rumah bagus itu, biar nanti aku yang menempati rumah itu. Hahaha." Batin Dea tertawa puas melihat Fitri yang sedang kebingungan.

Sementara Diki tak bisa menyaksikan keributan yang ada, karena Bu Aminah terus memanggilnya.

"Usir'

"Usir!'

"Usir!"

Saat semua warga berteriak mengusir Fitri, dan Mentari yang tengah menangis karena ketakutan. Semuanya terdiam melihat sebuah mobil mewah Mercedes Benz CLA berwarna putih mendatangi rumah rumah Fitri, semua mata menoleh ke arah datangnya mobil.

"Waaaah, mobil siapa itu? Bagus sekali?" terdengar bisikan para ibu-ibu saat melihat mobil berhenti di pekarangan rumah Gilang.

"Wiiih, tamu siapa tuh? Keren banget mobilnya? Pasti itu temannya Mas Gilang,"gumam Dea saat melihat datangnya mobil.

"Papaaaaah?''

Mentari berlari menghampiri mobil yang semua orang belum tau siapa di dalamnya.

"Apa? Papah? Maksudnya?" Dea membulatkan matanya, dan memperjelas tatapannya.

Gilang terlihat keluar dari mobil itu, dan segera menggendong Mentari.

"Mas Gilaaaang?"

Bahkan saat ini mulut Dea menganga terlihat begitu syok.

"Tari cari Papah ya? Maaf ya, Papahnya ada kerjaan, jadi nggak gak sempet pamit ke Tari sama ke Nenek."

"Iya Pah, tidak apa apa," jawab Tari yang terus memeluk Gilang.

"Loh, ada apa itu ko rame?" tanya Gilang mempercepat langkahnya. Semua mata terpana ke arah kedatangannya.

"Assalamualaikum semuanya, ada apa nih? Aduuh ko ada Babi hutan? Hasil buruan siapa ini?" tanya Gilang dengan santainya.

Semua warga terdiam, dan hanya bisa saling menoleh satu sama lain.

"Kata mereka, itu Papah." Tari mencoba menerangkan yang ia pahami.

"Apa? Bagaimana maksudnya? Bapak-bapak tolong jelaskan ada apa kenapa Babi ini ada di sini?" tanya Gilang.

Lagi-lagi warga hanya terdiam, tak ada yang berani menjelaskan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Made Studi
kemahalan braayy.........
goodnovel comment avatar
Rosalin Rohi Rabe
jadi malas de bacanya masa iya membutuhkan 24 koin untuk setiap chapternya
goodnovel comment avatar
tiyas
hahaha ada2 saja nih, jadi ga lanjut deh baca critanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SI KAYA YANG DIKIRA MISKIN   Bab 28 Pengkhianat yang sesungguhnya

    Cukup jauh keduanya baru menemukan pom mini, Bastian langsung membeli bensin yang di masukan kedalam botol, setelah selesai mereka pun kembali ke jembatan."Ayok cepat isikan!" seru Fitri. Bastian langsung menurutinya, tak lama motor Fitri pun kembali menyala. " Alhamdulillah.... nyala. Makasih ya?""Oke! Silahkan kamu duluan hati-hati. "Fitri mengangguk dan melepas senyum sebelum berlalu meninggalkan Bastian. ***"Ya Allah... kamu dari mana sayang? Jam segini baru sampe rumah?" tanya Gilang dengan penuh kekhawatiran, sementara Fitri hanya menatapnya sekilas lalu berlalu ke arah kamar.Gilang merasa ada yang aneh dari sikap istrinya, ia mengikuti Fitri kedalam kamar dan memastikan bahwa Fitri baik-baik saja."Kamu baik-baik saja kan Bu?""Ponsel mu nggak aktif, aku khawatir nunggu kamu, sebenarnya kamu dari mana?"Gilang menodong Fitri dengan pertanyaannya. Fitri terlihat terdiam, sesekali terlihat ia mengatur nafasnya. "Aku dari kantor mu, dan kamu pergi, dari mana kamu Mas?"F

  • SI KAYA YANG DIKIRA MISKIN   Bab 27 Kehamilan 2 Dea

    "Jangan Ge' Er kamu! Aku kenal suamiku, dia tidak serendah itu!" Hardik Fitri. "Oya? Jadi Mbak mau bukti, serendah apa suami mbak di hadapan aku?""Hmmm, sebentar!" Dea mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, lalu membuka-buka galerinya. "Kita pernah menikmati malam bersama berdua, nih." Ucapnya dengan semangat menunjukkan photo saat keadaan Gilang tengah tak sadar. Fitri membuang muka, seakan jijik melihat photo yang Dea unjukkan pada dirinya."Oya, satu lagi yang harus Mbak tau, sebenarnya aku capek jadi kekasih gelap kakak iparku sendiri, dari itu aku memutuskan untuk memberitahu Mbak juga hal ini.'' sambungnya. Dea menyodorkan testpack di atas meja tepat di hadapan Fitri. "Itu hasil hubungan kami selama ini. Maafin aku ya Mbak." ujar Dea menatap lekat wajah Fitri."Apa ini? Kamu?" Bola mata Fitri seketika membesar saat menatap barang bergaris dua di hadapannya. Bagai petir menyambar dirinya, Ingin menjerit saat itu juga, namun ia menahannya sekuat tenaga. "Ya, itulah yang s

  • SI KAYA YANG DIKIRA MISKIN   Bab 26 Pura-pura Mengalah

    "Bagaimana dia bisa hamil? Aku sama sekali tidak sadar melakukannya.""Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku katakan pada Fitri?"Pertanyaan satu persatu memenuhi isi kepala Gilang, kegelisahannya kembali muncul. "Pak, rapat hari ini sudah bisa di mulai?" tanya Rendi yang menyembulkan kepalanya ke ruangan Gilang. "Rendi, rapat kita tunda.""Di tunda lagi pak?""Ya, saya sedang tidak fokus hari ini.""Baik Pak. Apa pak Gilang sedang sakit?""Ya, sepertinya begitu, saya izin pulang cepat." ucap Gilang terburu-buru meninggalkan ruangan. Gilang menaiki mobilnya melaju dengan kecepatan sedang. tak lama berselang, Fitri yang baru sampai kantor suaminya, sekilas melihat sebuah mobil yang ia kenali melaju keluar."Mas Gilang? Mau kemana dia?" tanya Fitri penasaran. Dengan cepat ia pun mengikuti mobil Gilang dari belakang. "Apa sebaiknya aku telepon Mas Gilang?""Ah, tidak. Sebaiknya aku ikuti saja, di jam kerja mau kemana dia?" bisik hati Fitri gelisah. Gilang menuju kesebuah

  • SI KAYA YANG DIKIRA MISKIN   Bab 25 Pemecatan Dea

    Dea masih mematung di hadapan Gilang, ia tak tau apa yang harus di lakukannya. sementara ia tak pernah melakukan kesalahan. Hatinya menjadi kesal dan ingin berontak, namun ia tersadar siapa kah dirinya?"Baik, jika itu kemauan kalian, aku akan keluar dari kantor ini." Ucap Dea tegas sembari berlalu.Fitri tersenyum miring, semenjak kejadian malam itu, Fitri tak mau dekat dengan mantan adik iparnya itu. "Alhamdulillah... terima kasih ya Mas," lembut suara Fitri menolehkan ke arah Gilang. Gilang merasa bahagia, karena sikap Fitri telah kembali hangat, apapun akan ia lakukan demi keharmonisan rumah tangganya. "Iya, sayang .."Dea bergegas masuk ruangannya dengan mata merah padam dan nafas naik turun. "Ada apa De? serius banget keliatannya?" tanya Rina penasaran. "Gila, gue di pecat, Rin.""Serius?""Ya, dan gue yakin ini keinginan Fitri, Bukan Mas Gilang."Rina mendekat dan berdiri di hadapan Dea seakan masih tak percaya. "Kamu serius?""Iya Rin. Sekarang juga aku harus beresin bar

  • SI KAYA YANG DIKIRA MISKIN   Bab 24 Mungkinkah bertahan

    Hari berganti hari, sikap Fitri perlahan berubah tak seperti biasanya, wanita berkulit putih itu lebih banyak diam. Ia tau keadaan rumah tangganya sedang tidak baik. melihat sikap Gilang yang begitu lembut akhir-akhir ini, Fitri berniat untuk melupakan kejadian malam itu. Namun entah mengapa, selalu saja ada rasa sesak yang menyelimuti pikirannya. "Apa yang harus aku lakukan? Bertanya detail kah pada Mas Gilang tentang malam itu? Atau aku pura-pura tak tau dan melupakanny? Ya Allah... mengapa berat sekali memaafkannya..." lirihnya dengan mata memandang ke arah langit. "Bu, ada tamu...." ucap Bibi mendekatnke arah Fitri yang duduk di pinggir kolam."Siapa Bi?""Katanya teman Ibu, saya lupa nggak tanya nama.""Baik Bi. "Fitri beranjak menemui tamunya. Perempuan berambut sebahu terlihat duduk di teras rumah. "Assalamualaikum?'"Waalaikumsalam... Fitri...."Keduanya terlihat terkesima, dan pada akhirnya saling berpelukan. Dia Nisa, teman kuliah Fitri dulu di kebidanan. Suasana ber

  • SI KAYA YANG DIKIRA MISKIN   Bab 23 Keputusan Fitri

    "Cerai?" Gilang menatap mata wanita yang selama ini menemaninya, begitu menakutkan kata itu dalam pikiran Gilang. Perlahan bibirnya tersenyum tipis. Pandangannya menunduk di hadapannya Fitri, di raihnya jemari Fiitri dengan lembut. "Mas tau kamu sering bercanda in Mas. Tapi untuk kata itu Mas mohon jangan kita jadikan candaan sayang ... "Fitri terdiam, ia merasa sedang tak bercanda mengapa Gilang menganggapnya sedang bercanda? "Mas sangat takut, meskipun hanya sekedar mendengar," tuturnya dengan mata yang tak berani menatap wajah Fitri. Perlahan Fitri melepaskan genggaman tangan Gilang. "Aku serius Mas, dan tidak sedang bercanda. Aku mau pisah saja dari kamu,"Kini Gilang menanggahkan kepalanya, matanya nampak berkaca-kaca. "Salah aku apa sayang? Tidak! aku tidak mau kita bercerai.""Apa tidak merayakan ulang tahun kamu anggap itu kesalahan besar? sambungnya. Sementara itu Fitri nampak gemetar menahan amarahnya."Kamu ini kenapa si Mas, jangan hanya keputusan cerai ada padam

  • SI KAYA YANG DIKIRA MISKIN   Bab 22 Hancurnya hati Fitri

    Fitri membekap mulut dengan kedua tangannya, hatinya benar-benar hacur, ia ingin berontak memaki suaminya, namun tenaganya tak tersisa lagi, Fitri hanya mampu menggeser badannya ke arah ruang tamu dan menangis sesegukan. "Apa yang kamu lakukan Mas? Kamu manusia kejam!" Ucapnya dalam hati dengan airmata yang terus berderai. Beberapa menit Fitri bersimpuh di lantai, ia tengah mengumpulkan tenaganya untuk bangkit, dan membangunkan suaminya. Perlahan Fitri kembali ke dalam kamar, matanya merah menyoroti dua insan yang tengah tidur bertelanjang dada, detak jantungnya semakin cepat. Kesedihannya dengan cepat berganti menjadi amarah. ingin rasanya saat itu juga, ia membun*h keduanya. Beruntung hati dan pikirannya masih bisa di tenangkan, Fitri beberapa menit dengan susah payah mengendalikan emosinya yang menggebu-gebu dengan ucapan dzikir. Perlahan kakinya bergerak ke arah belakang, melangkah perlahan demi perlahan, lalu dengan cepat beranjak keluar rumah, dan menuju mobilnya lalu berl

  • SI KAYA YANG DIKIRA MISKIN   Bab 21 Jebakan Dea

    Dea meringkuk di meja kerjanya, merasakan pusing dan lemasnya badan. Jam menunjukan pukul lima sore. Sementara itu Gilang tengah bersiap untuk pulang, membereskan semua berkas-berkas di mejanya. ia pun keluar dan langsung mengarah keruangan Dea. Terlihat Dea tengah tertidur di kursinya. tok...tok...tok..."De? Kamu belum pulang?" Ucap Gilang. "Mas, badan aku lemas. Tolong pesankan taksi untukku,"jawabnya dengan mata sayup."Kamu masih sakit De?""Aku rasa aku sudah baikkan Mas, tapi hari ini badanku lemas banget, kepalaku pusing.""Kamu yakin pulang pakai taksi?"Dea mengangguk, meskipun hatinya berharap Gilang yang mengantarnya. "Baiklah, sebentar Mas pesankan taksinya,"ujar Gilang, merogoh ponselnya di dalam saku. Dengan cepat Dea beranjak dari tempat duduknya. Dan tiba-tiba... Brukk... tubuhnya ambruk ke lantai, membuat Gilang terkejut panik. "Dea? Asstagfirallah....""Rend! Rendi... kemari Rend!"Seakan tak ingin sendirian, Gilang segera meminta pertolongan pada Rendi, den

  • SI KAYA YANG DIKIRA MISKIN   Bab 20. Kehamilan Dea

    "Kenapa aku tidak tau Dea kena musibah Mas?""Maaf Bu, Dea sendiri yang melarangnya memberitahumu, Dea takut kamu jadi ikut sibuk." "Apa yang terjadi?""Entahlah, motifnya masih jadi tanda tanya, pulang lembur di tengah jalan dia di berhentikan beberapa orang laki-laki, dan Dea terjatuh dari motor.""Serem banget si Mas, kalau bisa Dea jangan sampai ikut lembur-lemburan begitu Mas, diakan cewek, rawan pulang sendirian.""Iya Bu, sudah Mas sampaikan ke Dea.""lalu....""Lalu apa?""Apa kamu setiap hari menjemput dan memgantarkan Dea?" tanya Fitri dengan serius. "Tidak, yang benar saja, masa aku setiap hari jadi supirnya? Kalau tadi itu, aku sekalian mau ambil berkas penting didia, ternyata dia ikut sekalian." jawab Gilang menutupi kebenarannya. Kini hati Fitri cukup tenang, dan langsung menpercayai penjelasan Gilang. "Mas, minta maaf ya, atas kejadian di ruangan tadi, tadinya Mas mau sarapan di kantin, tapi nggak enak sama niat baik Dea yang bawain bekal ke ruangan tadi. ""Iya Mas

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status