Share

Bab 2

Author: Rusmiko157
last update Last Updated: 2025-05-12 12:37:06

Elena menyeka air mata yang membanjiri wajahnya. Dia menarik napas dalam, lalu membuka pintu dengan kasar. Hatinya terluka dan penuh amarah. Elena melenggang masuk ke kamar, mengejutkan sepasang kekasih yang baru saja selesai bercinta di sana.

“Elena?” Josh langsung melepas pelukannya dari Bianca. Dia turun dari ranjang, meraih celana panjang yang teronggok di lantai, lantas mengenakannya.

“Beraninya kalian melakukan ini di belakangku!” Elena murka.

Plak!

Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Josh.

“Josh!” pekik Bianca. Wanita itu melilitkan selimut ke tubuhnya, lalu menghampiri Josh. “Kau tidak apa-apa?” tanyanya khawatir.

Elena muak melihat kelakuan sahabatnya. Dia menatap kecewa pada Bianca, menggeleng lemah, lalu berkata, “Aku memercayaimu, tapi lihat yang kau lakukan di belakangku! Kau bercinta dengan pacarku!” Suara Elena bergetar, menunjuk Bianca dengan penuh kekecewaan.

“Elena dengarkan aku! Ini tidak seperti yang terlihat.” Josh coba menyentuh Elena, tetapi wanita itu segera menepisnya.

“Jangan sentuh aku!” Elena mengangkat kedua tangannya, seolah jijik pada Josh. “Aku sudah mendengar semuanya, Josh. Kau hanya memanfaatkanku untuk pekerjaanmu. Dan kau!” Elena menunjuk Bianca, sangat emosional. “Kupikir kau adalah sahabatku, tapi ternyata kau adalah ular berbisa yang menggigitku dari belakang! Kalian berdua pengkhianat!”

“Jangan bicara sembarangan tentangku!” sambar Bianca seraya mengayunkan tangan. Dia hendak menampar Elena, namun dengan cepat Elena menangkap tangannya.

“Kau sudah menghancurkan persahabatan kita, Bianca. Jadi, mulai sekarang kau bukan lagi sahabatku.” Elena meremas pergelangan tangan Bianca hingga wanita itu meringis kesakitan.

Elena kemudian mengempas tangan Bianca dengan kasar. Dia berpaling pada Josh. “Dan kau… bukan lagi kekasihku!”

Usai mengatakan itu, Elena segera berbalik dan melangkah pergi.

“Elena!” Josh berusaha mengejar, tetapi Bianca menahannya.

Elena tidak peduli lagi. Dia terus mengayunkan kaki meninggalkan Josh dan Bianca. Tangisnya pecah begitu dia keluar dari tempat terkutuk itu.

Masalah datang bertubi-tubi, menghancurkan Elena dengan begitu kejam. Dia tidak tahu lagi harus ke mana. Otaknya tidak dapat berpikir. Elena benar-benar kalut, dan di sanalah dia berakhir. Di sebuah klub malam, berharap alkohol dapat menghilangkan semua masalah yang menimpanya. Di antara dentum musik dan minuman keras, Elena mulai kehilangan akal sehat. Dia sudah mabuk, tapi tidak ada keinginan untuk berhenti.

“Sendirian saja?” Seorang pria datang dan duduk di samping Elena.

Elena tidak menanggapinya. Dia terlalu sibuk dengan dirinya sendiri. Sampai ketika pria itu dengan kurang ajar menyentuh pahanya.

“Singkirkan tanganmu dariku!” Elana menepis kasar tangan pria itu.

Namun, pria itu justru memutar badan, duduk menghadap Elena. “Kau terlihat sedang banyak masalah.” Dia menatap Elena dari ujung kepala sampai ujung kaki. Setelan kerja yang dikenakan Elena dipadu dengan rambut cokelat yang berantakan justru terlihat begitu seksi, hingga memancing niat jahat pria tersebut. “Kau sangat cantik dan seksi. Bagaimana kalau kau menghabiskan satu malam denganku?” ajaknya dengan tatapan lapar.

“Pergilah!” Elena menepis tangan pria itu saat berusaha menyentuhnya.

Merasa tertolak, pria itu pun mengambil tindakan lebih berani. Dia berdiri, lalu menarik tubuh Elena dalam pelukannya. “Tidak ada yang bisa menolakku, Nona. Tidak satu pun wanita di klub ini, ataupun dirimu!”

Elena berusaha melepaskan diri dari pria itu. Namun, dia tak memiliki cukup tenaga.

“Lepaskan dia!” perintah itu terdengar tegas.

Suara bariton itu datang dari arah belakang, menyelinap di antara dentum musik yang mengentak. Dia adalah Sean Blackwood, pria yang sangat berpengaruh di kota, seksi, dan berbahaya.

“Dia wanitaku. Jangan ikut campur!” kata pria yang membawa Elena.

Sean Blackwood menarik Elena dari pria itu, lalu berkata dengan tegas, “Aku tidak suka kebohongan.” Dia mencengkeram kerah pria itu, menatapnya tajam. “Kau tahu siapa aku?”

Setelah melihat wajah Sean dari dekat, pria itu meneguk ludah. Tubuhnya gemetar. “Maafkan aku, Tuan Blackwood.”

“Pergi dari hadapanku atau aku akan mematahkan lehermu,” desis Sean, penuh ancaman.

Begitu Sean melepaskannya, pria itu tergopoh-gopoh pergi.

Sean mengalihkan atensinya pada Elena, membawa wanita itu ke tempat yang lebih tenang.

“Apa yang kau lakukan di sini?” Dia memandang Elena, menyingkirkan rambut yang menutupi sebagian wajah wanita itu.

Elena membuka mata, tersenyum, menatap sayu pada Sean selama beberapa waktu. “Hei, aku ingat dirimu.” Elena menyentuh wajah Sean. “Kau pria di rumah sakit itu, bukan? Kenapa kau ada di sini? Apa kau mengikutiku?” Jemari Elena menari-nari di rahang Sean.

“Hentikan!” Sean menangkap tangan Elena.

Namun, hal itu justru membuat Elena semakin menjadi-jadi. Elena berusaha berdiri dengan kaki sendiri, tetapi dia kehilangan keseimbangan. Dia jatuh dalam pelukan Sean, dan berpegangan pada bahu pria itu.

“Kenapa kau mengikutiku? Apa kau menyukaiku, Tuan?” racau Elena, kembali menggoda Sean.

“Aku bilang hentikan!” Sean menarik tangan Elena menjauh.

Sayangnya, Elena sudah kehilangan akal sehat. Wanita itu terlalu mabuk dan tidak malu untuk menggoda Sean dengan lebih agresif. Dia mengalungkan kedua tangannya di leher Sean, lalu menariknya lebih dekat. Aroma alkohol dari mulut Elena membuat Sean tersulut.

Elena mencium bibir Sean, lalu berbisik di telinga pria itu, “Kau mau tidur denganku?”

“Kau mabuk. Aku akan mengantarmu pulang.” Sean berusaha menekan sesuatu yang mendesak di dalam dirinya.

Elena menggeleng. “Aku tidak ingin pulang. Aku harus mendapatkan uang yang banyak. Kau mau membeli ginjalku? Aku punya dua. Kau bisa membelinya satu. Tenang saja, aku tidak akan mati,” ucap Elena semakin ngawur.

“Aku tidak tertarik dengan ginjalmu. Ayo. Kau tidak seharusnya berada di sini.” Sean menarik tangan Elena, tetapi wanita itu justru menangis.

Elena memeluk Sean, lalu mengadu seperti anak kecil. “Pacarku selingkuh. Dia bercinta dengan sahabatku. Aku membenci mereka.” Elena mengangkat wajah, menatap Sean dengan air mata yang meleleh dari kedua matanya. “Tapi aku butuh uang itu. Kau pasti punya banyak uang. Tuan, aku bisa menjadi simpananmu asalkan kau memberiku uang itu.” Elena terlalu mabuk untuk tahu dengan siapa dia sedang berurusan.

Sean membasahi bibir, berusaha tetap berada di bawah kendali. “Kau tidak akan mau melakukan itu,” ujarnya.

“Aku mau,” sahut Elena. Wanita itu meremas rambut Sean, lalu menciumnya dengan tiba-tiba. Satu tangannya yang lain bermain-main di dada Sean, menari-nari, dan terus bergerak turun hingga ke pangkal paha.

“Jangan coba-coba melakukan itu!” Sean menahan tangan Elena sambil menghindari ciuman.

“Aku mau menjadi simpananmu.” Elena mencium leher Sean. Embusan napasnya yang hangat membuat pria itu memejamkan mata. Godaan ini terlalu berat, lebih-lebih saat Elena berbisik, “Aku masih perawan.”

Dada Sean berdesir hebat. Bisikan itu mempermainkan gairahnya. Dia menggeram dengan mata terpejam, berusaha mengendalikan monster di dalam diri yang memberontak.

“Kau bisa memilikiku, Tuan. Aku akan melayanimu dengan baik.” Elena menggigit bibir, lalu berlutut dengan perlahan di hadapan Sean. Tangannya menjelajah tubuh gagah Sean yang terbalut setelan jas mahal.

Tepat sebelum Elena mencapai area pribadinya, Sean menahan dan menarik wanita itu berdiri. Sean menatap mata Elena yang kosong. “Kau mau pulang?”

“Aku tidak mau pulang.” Elena menggeleng putus asa.

“Kalau begitu, aku akan membawamu pulang.” Sean menyeringai penuh maksud.

Tbc.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SIMPANAN SANG MILIARDER   Bab 9

    Elena masih duduk di ruang makan, mencoba menikmati sisa sarapan. Pikirannya terus berkecamuk, memikirkan pesan dari Sean yang terasa seperti rantai tak kasat mata di sekelilingnya. Dia tersentak ketika Jake muncul di ambang pintu, membawa amplop hitam kecil di tangannya."Nona Elena," Jake memulai, berjalan mendekat dengan langkah penuh keyakinan. “Bagaimana harimu?” tanyanya basa-basi.“Pertanyaan yang tidak perlu aku jawab,” kata Elena.Senyum kecil terukir di sudut bibir Jake. "Tuan Blackwood memintaku memberikan ini kepadamu,” ujarnya seraya menyodorkan sebuah amplop.Elena mengambil amplop itu dan membukanya. Di dalamnya ada sebuah blackcard dengan namanya yang terukir halus di permukaan."Untuk apa dia memberiku ini?" tanya Elena, meski sudah menduga jawabannya."Tuan Blackwood ingin kau membeli pakaian baru yang bersih dan layak," jawab Jake, nadanya netral seperti biasa, tetapi membuat Elena berpikir keras.Elena mengerutkan kening. Kalimat itu terdengar seperti sindiran, seo

  • SIMPANAN SANG MILIARDER   Bab 8

    Elena berdiri di tengah ruangan, seluruh tubuhnya terasa lemas. Dia mengangkat dagu, menahan air mata agar tidak jatuh. Sean menatapnya dengan ekspresi dingin dari kursi di sudut kamar, matanya tajam seperti pisau yang menguliti setiap inci tubuhnya.“Apa kau tahu apa kesalahanmu?” tanyanya dengan nada suara rendah namun penuh ancaman.Elena menggeleng pelan, suaranya tercekat di tenggorokan. “Aku hanya pergi untuk mengambil barang-barangku di apartemen.” Dia bertanya dalam hati, Apakah itu termasuk kesalahan?Sean berdiri, berjalan mendekat, mengitari wanita itu dengan langkah pelan yang terasa menyentak dada. “Dan kau berpikir itu alasan yang cukup untuk mengabaikan perintahku? Ingat, Elena! Kau harus sudah berada di ranjangku saat aku datang …,” Sean lantas berbisik di telinga Elena, “tanpa pakaian.”Langkah Sean berhenti tepat di depan Elena, matanya menatap dengan intensitas yang membuat wanita itu mundur selangkah. Sean menyentuh dagu Elena, memaksa wanita itu menatap matanya.“

  • SIMPANAN SANG MILIARDER   Bab 7

    Elena berdiri di depan pintu ruang operasi, menunggu kabar dari dokter dengan perasaan cemas yang mencengkeram benak. Dia berjalan mondar-mandir sambil menggigit bibir.“Kau harus bertahan, Ibu. Aku akan melakukan apa pun untuk menyelamatkanmu,” gumam Elena.Sean datang dari arah yang berlawanan, langkahnya mantap dan penuh percaya diri. Ketika dia menghampiri Elena, tatapannya penuh kendali.“Bagaimana operasinya?” tanya Sean.Elena menggelengkan kepala. “Operasinya belum selesai.”Tepat setelah Elena menjawab pertanyaan Sean, pintu ruang operasi dibuka. Dokter Evans keluar sambil membuka masker medisnya. Dia menghampiri Elena dengan senyum lega."Operasi berhasil," ujar Dr. Evans singkat.Elena nyaris menangis karena merasa lega. "Terima kasih," bisiknya pelan.“Tapi ….” Dokter Evans menjeda ucapan, membuat jantung Elena berdegup kencang menunggu kalimat selanjutnya. “Ibumu masih membutuhkan penanganan intensif untuk cidera yang lain. Seperti yang aku katakan kemarin, ibumu mengalam

  • SIMPANAN SANG MILIARDER   Bab 6

    Cahaya sore yang keemasan menembus celah-celah tirai ruangan. Elena berdiri di depan cermin, memandangi bayangannya sendiri. Wajahnya masih memperlihatkan bekas dari malam yang panjang dan penuh gejolak, tetapi sorot matanya kosong. Hari ini akan menjadi awal dari kehidupan barunya, kehidupan yang dikendalikan oleh satu keputusan besar yang tak bisa dia tarik kembali.Wanita itu melirik pil pencegah kehamilan di atas meja. Sean meninggalkannya sebagai pengingat bahwa dia kini berada dalam kendali pria itu. Perlahan, Elena mengambil pil tersebut dan menggenggamnya erat. Ada gejolak dalam hatinya—menyerah pada situasi ini atau melawan.“Aku tahu ini salah, tapi aku tak punya pilihan.” Elena memejamkan mata, menelan pahit kenyataan yang harus dijalaninya.Suara ketukan pintu membuat Elena tersentak. Dia menoleh dan melihat ibunya terbaring di ranjang rumah sakit. "Aku melakukan ini untukmu, Ibu" gumam Elena, seakan membenarkan pilihannya. Dia memasukkan pil pencegah kehamilan itu ke mulu

  • SIMPANAN SANG MILIARDER   Bab 5

    Bab 5Detak jantung Elena mulai menggila. Darahnya seolah mengalir berbalik arah. Suara itu terdengar dalam dan tenang, mengingatkan Elena pada sebuah situasi yang memabukkan. Bisikan-bisikan seduktif dan desahan-desahan erotis menelusup ke telinga Elena, menyerbu ingatannya dengan adegan panas dan kenikmatan yang membuatnya menggigil hingga ke tulang belakang.“Itu kabar bagus,” celetuk Dr. Evans yang membuyarkan memori panas Elena.Wanita itu mengerjapkan mata, memutus tatapannya dari Sean. Dia meneguk ludah, kemudian berkata, “Tunggu!”Elena berusaha menguasai situasi. Dia tidak akan sembarangan mengambil keputusan. Elena tidak mengenal pria itu, bahkan namanya saja dia tidak tahu. Kecuali apa yang terjadi semalam ketika dia mabuk, Elena tidak ingin pria itu terlibat dalam hidupnya terlalu jauh.Elena memandang Sean dengan tegas. “Aku menghargai kebaikan hatimu, Tuan, tapi maaf aku tidak bisa menerima bantuan itu.” Elena menolak dengan halus.“Elena—” Dr. Evans tidak meneruskan uca

  • SIMPANAN SANG MILIARDER   Bab 4

    Suara gemericik air membangunkan Elena dari tidur nyenyaknya. Dia mengerjapkan mata dengan perlahan, lalu mengernyitkan alis.“God!” Elena mengerang sebab pusing yang menusuk kepala, hangover.Tidak hanya tentang hangover, tetapi dia juga merasakan sekujur tubuhnya remuk. Seluruh sendinya terasa kaku, dan semua rasa tidak nyaman itu berpusat pada tubuh bagian bawahnya, pada bagian pribadinya yang terasa nyeri saat dia menggerakkan kaki.“Ouch! Shit! Apa yang terjadi?” Elena memijit pelipis seraya membuka mata sedikit lebih lebar.Mata Elena melotot kala mendapati dirinya berada di sebuah kamar, berbaring di atas ranjang dengan selimut tebal yang menutup hingga dada. Jantung seketika berdegup kencang. Dia mengintip tubuhnya di balik selimut, dan seketika menahan napas saat melihat dirinya sepenuhnya telanjang.“Oh my God! Apa yang sudah kulakukan?” Jantung Elena berdegup semakin kencang. Dia berusaha mengingat-ingat hal terakhir yang dilakukannya.Elena ingat saat dia pergi ke sebuah k

  • SIMPANAN SANG MILIARDER   Bab 3

    Sean Blackwood tidak pernah menyangka akan membawa pulang wanita yang ditemuinya secara tidak sengaja. Wanita yang mencuri perhatiannya sejak pertama mereka bertemu di rumah sakit. Ketidaksengajaan yang kedua di klub seolah menjadi petunjuk bahwa ada campur tangan takdir dalam pertemuan mereka.Ciuman panas yang memabukkan dan sentuhan hangat yang menggairahkan, membuat Sean tidak pernah menyesal telah membawa wanita itu pulang. Desahan demi desahan menggema, memercikkan gairah yang kian membara.Sean mendorong Elena ke dinding, menahan tangan wanita itu di atas kepala. Matanya berkabut, memandang wajah cantik yang tampak menawan dan erotis dalam waktu bersamaan. Dia tahu Elena sedang mabuk, tapi dia tidak peduli. Elena telah membangkitkan monster di dalam dirinya, sehingga wanita itu harus bertanggung jawab.“Kau yakin ingin melakukan ini?” Sean berbisik sambil menciumi leher wanita itu.“Kumohon, bercintalah denganku!” Elena mengangguk, benar-benar putus asa oleh gairah yang membunc

  • SIMPANAN SANG MILIARDER   Bab 2

    Elena menyeka air mata yang membanjiri wajahnya. Dia menarik napas dalam, lalu membuka pintu dengan kasar. Hatinya terluka dan penuh amarah. Elena melenggang masuk ke kamar, mengejutkan sepasang kekasih yang baru saja selesai bercinta di sana.“Elena?” Josh langsung melepas pelukannya dari Bianca. Dia turun dari ranjang, meraih celana panjang yang teronggok di lantai, lantas mengenakannya.“Beraninya kalian melakukan ini di belakangku!” Elena murka.Plak!Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Josh.“Josh!” pekik Bianca. Wanita itu melilitkan selimut ke tubuhnya, lalu menghampiri Josh. “Kau tidak apa-apa?” tanyanya khawatir.Elena muak melihat kelakuan sahabatnya. Dia menatap kecewa pada Bianca, menggeleng lemah, lalu berkata, “Aku memercayaimu, tapi lihat yang kau lakukan di belakangku! Kau bercinta dengan pacarku!” Suara Elena bergetar, menunjuk Bianca dengan penuh kekecewaan.“Elena dengarkan aku! Ini tidak seperti yang terlihat.” Josh coba menyentuh Elena, tetapi wanita itu seger

  • SIMPANAN SANG MILIARDER   Bab 1

    “Silakan menunggu di sini, kau akan dipanggil saat giliranmu tiba,” ucap seorang wanita dengan setelah kerja berwarna biru muda kepada Elena Wilson.“Terima kasih.” Senyum cerah merekah di bibir Elena. Wanita itu duduk di kursi tunggu, di depan sebuah ruangan tempat dirinya akan melakukan wawancara kerja.Elena menganggap panggilan wawancara itu adalah keajaiban di tengah tragedi yang menimpa keluarganya. Ayahnya depresi dan bunuh diri setelah perusahaannya bangkrut. Keluarganya dicela dan dikucilkan oleh orang-orang yang dahulu dibantu. Elena dan ibunya berada di titik terendah dan harus berjuang dari bawah untuk memulai hidup baru.Setelah ditolak oleh puluhan perusahaan, akhirnya Elena mendapat panggilan wawancara dari sebuah perusahaan besar. Elena berharap itu adalah awal kebangkitan bagi keluarganya. Dia ingin membuktikan bahwa dirinya mampu mengembalikan nama baik Wilson agar orang-orang tidak meremehkannya lagi.“Nona Wilson!” Sebuah panggilan menarik atensi Elena.“Ya, saya.”

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status