MasukIngatan Ivana segera melayang ke malam di mana Zack baru saja datang ke panti. Pria itu sempat bertanya dia harus bagaimana supaya Ivana memaafkannya.Ivana yang emosi asal menjawab, "Asal kamu berdarah-darah aku akan maafkan."Dan sekarang terjadi. Ivana menangis ketika punggung Zack tertembus peluru dan pria itu baru saja muntah darah."Aku gak maksud begitu. Zack! Zack! Tolong!" Ivana berteriak di tengah ketakutan yang kembali mendera. Dia pangku Zack yang kini terpejam sepenuhnya. "Dia sudah mati! Sekarang kamu ikut aku!" Krum mendekat, lalu menarik paksa Ivana."Pergi kamu! Jangan ganggu aku!" Raung Ivana penuh kebencian."Aku akan pergi, tapi denganmu!" Tubuh Ivana terseret. Dia menangis, dia menahan raganya agar tidak meninggalkan Zack."Lepaskan aku! Dasar pembunuh! Lima tahun lalu kamu membunuh adiknya. Sekarang kamu habisi kakaknya. Mereka tidak akan melepaskanmu!"Gerakan Krum terhenti. "Lima tahun lalu? Ooh, jadi gadis cantik itu adik iparmu. Pantas saja auranya mahal.
Teriakan minta ampun terdengar di kedalaman tanah. Suaranya pecah saat mereka digiring keluar bunker. Begitu mereka berada di luar bunker jajaran mobil siap mengangkut mereka, entah ke mana.Pertanyaan apa mereka akan bisa melihat matahari esok pagi mengemuka. Pasalnya mereka bukan bekerja dengan bayaran selangit. Tapi sekarang mereka adalah sandera. Tawanan siapa mereka pun tidak tahu.Satu yang jelas mereka ketakutan. Mereka tahu, yang mereka kerjakan menyalahi hukum yang benar. Mengapa dibilang begitu. Sebab hukum yang berlaku saat ini hanya simbol tulisan di atas kertas.Disepakati tapi tidak pernah benar-benar dijalankan sesuai pakemnya. Hukum jadi fleksibel di lapangan, apalagi jika ada uang yang diselipkan di antaranya.Keributan tadi berubah jadi kesunyian yang mencekam. Sama dengan apa yang dihadapi Ivana saat ini. Dia sungguh tidak tahu harus ke mana. Yang dia lakukan hanyalah berjalan dan terus berjalan. Medan yang dia lalui juga tidak mudah. Beberapa kali Ivana tersandung
Suara tembakan terdengar, seiring Ivana menjauhi tempat itu. Dia sempat menoleh guna mendapati ledakan demi ledakan membelah kesunyian malam.Ivana harus pergi, tapi ke mana. Dia tidak tahu jalan, tidak paham arah. Tapi dia harus tetap melangkah. Dia yakin Zack dan yang lainnya akan bisa bertahan.Istri Zack merapatkan jaketnya. Dia terus berjalan meninggalkan tempat itu. Ivana tidak tahu jika Krum mengawasinya dari lantai dua bangunan tadi."Dia benar-benar tangguh. Dan serum dari Luis Hugo sungguh mengesankan. Dalam hitungan detik pengaruh obatku hilang. Pria itu segenius ayahnya.""Apa yang akan kita lakukan?"Krum berbalik, dia mendapati Ed berdiri di belakangnya. Suara tembakan jadi latar belakang percakapan mereka. "Mereka harus dilenyapkan. Tidak boleh ada yang lolos," tegas Krum."Tapi mereka putra penguasa saat ini. Jika hal buruk terjadi pada mereka ....""Justru itulah poinnya. Bunuh mereka, jangan sampai ada yang kembali ....""Begitu menurutmu?" Krum dan Ed menoleh ke a
Ivana ketakutan setengah mati. Dia sungguh ingin lari dari sana, tapi tubuhnya lemas tidak berdaya. Makin merinding ketika Krum mulai memakai sarung tangan steril, mengeluarkan spekulum dari kotak, lalu perlahan menelusuri kakinya."Jangan berani menyentuh saya!" Desis Ivana dengan suara dipaksakan ke level maksimal.Dia benci ketika tubuhnya tidak bisa diajak bekerjasama untuk menyelamatkan diri. Krum sendiri hanya tersenyum. Ivana, perempuan itu telah menarik perhatiannya sejak pertama kali bertemu. Sosoknya berbeda dengan wanita lain yang berebut ingin berada di sisinya. Melayaninya bahkan sampai ke atas ranjang.Namun Ivana tidak. Istri Zack sejak awal telah menunjukkan kalau dirinya sudah menikah. Ivana sungguh menjaga hatinya Hal itulah yang justru menarik perhatian Krum. Di dunia ini mana ada perempuan yang mampu menolak pesonanya. Tapi Ivana melakukannya."Aku tidak akan menyentuhmu. Tapi itu berdasar sikapmu. Jika kamu tidak menarik aku tidak akan melakukannya. Tapi jika se
Ivana membekap mulutnya. Apa yang baru saja didengarnya sangat mengerikan. "Balas dendam? Bilang saja kau memang menginginkan Ivana Moonstone sejak dia jadi desainer interior rumah barumu. Inseminisasi ini hanya kedok untuk menggiring Zack agar mencampakkannya."Ivana hampir menangis, dia ingin pergi dari sana. Tapi kakinya tidak mampu melangkah. Dia seperti terpaku di lantai."Aku memang menginginkannya. Bukankah dia cantik. Lebih cantik dari gadis yang kita buat overdosis lima tahun lalu. Bodoh sekali Armando itu."Ivana mendelik. Overdosis? Lima tahun lalu? Tatiana? Jadi orang yang ada di dalam ruangan itu terlibat pembunuhan Tatiana."Siapa suruh dia mengintip apa yang kita kerjakan. Itulah hukumannya, mati!"Ivana mencari pegangan. Dia harus pergi dari sini. Dia tidak mau jadi korban kegilaan orang-orang ini. Inseminasi buatan, hamil anak pria itu? Sinting! Dan lebih penting lagi, dia harus memberitahu Zack kalau pembunuh Ivana ada di tempat ini."Jadi kamu akan melakukannya sen
Zack sudah maju ingin memukul Saga lagi. Tapi Arthur lebih dulu menahannya. Pria itu menggelengkan kepala."Jangan hiraukan dia. Jika yang dia katakan tidak benar buat apa kamu marah.""Kamu juga berpikir aku yang bermasalah?" Zack menunjuk wajahnya sendiri, seolah tidak percaya saat Arthur berucap demikian."Pikir saja sendiri." Arthur berjalan melewati Zack yang mendadak diam."Tidak ada salahnya introspeksi diri. Agar hal seperti ini tidak terulang lagi ke depannya. Lihatlah, bukan orang lain yang kena dampaknya. Tapi orang terdekat kita. Orang yang mungkin saja kita cinta dan sayang."Ucapan Arash menambah beban pikiran Zack. Benarkah selama ini dia yang bersalah. Benarkah dia yang terlalu egois?"Kau ingin menolong Ivana, naiklah." Luis berkata pada Saga yang buru-buru naik ke mobil di belakangnya.Meninggalkan Zack yang berjalan gontai masuk ke mobil bersama Arthur dan Arash."The Hunter akan tunjukkan jalan," kata Arthur yang duduk di sebelah supir.Mobil lekas melaju meninggal







