Kepala Ivana mendadak kosong. Evan Brown bisa dipastikan akan memotong semua usahanya untuk menyelamatkan diri. Bahkan mungkin usaha pengajuan pinjamannya bisa dikacaukan olehnya.
Pria di depan Ivana kini sedang menatapnya. Ada binar kepuasan melihat ketidakberdayaan Ivana. Wanita itu kini tak dapat melakukan apa-apa lagi. "Aku tunggu kabar baiknya. Ayo." Evan meraih tangan Ivana. Namun perempuan itu berkelit. "Pernikahan antara Tuan Brown dan saya akan jadi opsi paling akhir. Selama saya masih punya waktu, saya akan berupaya mengembalikan uang Anda." Ivana ingat pesan terakhir dari ibunya—utamakan kebahagiaanmu, baru pikirkan orang lain. Sudut bibir Evan tertarik. "Kalau begitu, mari kita lihat apa yang bisa Nona Ivana lakukan sampai batas waktu yang aku berikan tiba." Ivana memejamkan mata, ucapan Evan menusuk tepat di jantungnya. Seperti vonis hakim yang tidak bisa diganggu gugat. Bahkan tatapan yang dilemparkan Evan kepadanya seperti ingin menelannya bulat-bulat. Evan membuka pintu ruangan Ivana. Namun, ia terhenti ketika melihat Zack berdiri di sisi pintu. Diam, tanpa terganggu oleh kehadiran Evan. "Ivana akan pulang denganku!" Desis Evan penuh penekanan. Tapi Zack bergeming. "Tugas saya bukan hanya mengantarkannya, tapi juga melindunginya." "Kau cuma seorang bodyguard. Sementara aku calon suaminya," bentak Evan. "Nona Ivana belum memberitahu saya soal hal ini." Sorot Zack tajam. Aura dominasi membuat Evan tertegun. "Asal kamu tahu, Tuan Matthew Moonstone yang memintaku mengantar Ivana." Sudut bibir Evan tertarik sinis. Saat itu pintu terbuka. Ivana muncul, cukup terkejut melihat Zack masih ada di sana. "Ivana, kita pergi bersama. Ada yang ingin aku bicarakan dengan ayahmu." Namun Ivana pilih mundur. "Maaf, saya bisa pergi sendiri. Lagi pula saya masih punya hal untuk diurus." Evan mencekal pergelangan tangannya. Perempuan itu meringis. Ivana menoleh pada Zack. Lelaki itu melepas paksa cekalan tangan Evan. "Berani kau melawanku?!" Kata Evan tidak terima. "Anda menyakiti Nona saya. Apa saya harus diam saja." "Dia calon istriku. Kau tidak berhak bicara di sini. Atau, kau ingin tuan Moonstone memecatmu?" Ada hening yang menjeda sesaat. Sampai Zack angkat bicara. "Coba saja," Zack balas dingin. Ivana menoleh mendengar keberanian Zack. Sementara Evan langsung mengangkat tinjunya. Zack menarik Ivana mundur, hingga dia jadi tameng. Staf di sana mulai berbisik ribut melihat Evan dan Zack bersitegang karena Ivana. "Apa tidak mungkin jika Tuan Alejandro menyukai Nona?" celetuk seorang staf. Tak berapa lama, staf lain turut menimpali. Mereka mengomentari adegan "manis" yang terjadi di hadapan mereka. Kelly memijat pelipisnya. Bagaimana bisa sahabatnya justru terjebak scene drama romantis di kantor. "Apa Anda bisa menjamin akan membawa Nona Ivana pulang ke kediaman Moonstone? Atau ke tempat lain?" "Akan kubawa dia ke mana, bukan urusanmu. Dia calon istriku, aku bebas pergi bersamanya," balas Evan. Ivana menarik tangan Zack menjauh dari Evan, "Dan sebagai tuannya, aku memintamu membawaku pergi dari sini." Suara Ivana jadi vonis terakhir. Evan langsung mengayunkan pukulan. Zack sigap menahannya. "Dengan temperamen Anda yang seperti ini. Mana mungkin saya membiarkan Nona pergi bersama Anda." Ketenangan Zack membuat nyali Evan menciut. Zack bahkan mendorongnya menjauh. "Maaf, Tuan Brown. Saya pergi dulu. Ayo." Ivana berjalan dengan Zack mengikuti di belakang. Sementara wajah Evan memerah. Dua orang itu telah benar-benar mempermalukannya! "Ivana! Kau akan terima akibatnya!" *** Ponsel Ivana berdering. Ia berhenti. Nama di layar memaksanya menghela napas berat. “Ayah.” Suara di seberang keras, dingin, tanpa kelembutan apalagi kasih sayang. “Pulang. Sekarang, Ayah ingin bicara denganmu, penting!" Telepon terputus. Ivana menatap layar sesaat, lalu memasukkannya ke tas. Ada detik sunyi berlalu di tempat itu. Di belakang Ivana, Zack berdiri menunggu keputusan. “Ke rumah!” ucapnya tegas. Mata beningnya berkilat tajam, Ivana tak lagi gentar. Zack mengangguk. “Baik, Nona.” Mereka melangkah lagi. Ketika lift terbuka, Ivana menahan daun pintu dan menatap pantulan dirinya di dinding metal. Badai berikutnya sudah menunggu di kediaman Moonstone.Yang lain segera menimpali. Mereka mulai berbisik satu sama lain. Walau lirih, segalanya tidak mampu menutupi, bahwa tiap kata yang keluar dari para staf tadi. Tak lebih dari ekspresi kaget, tidak percaya untuk kemudian lanjut menjadi cibiran yang menusuk telinga."Tampan sih, tubuhnya juga bagus. Tapi statusnya tidak sama dengan Nona Ivana. Dia pasti menggoda Nona lebih dulu. Kalian tahu kan, dia sangat protektif pada Nona.""Kira-kira mereka sudah berapa lama bersama. Mereka telah tidur berapa kali.""Apapun itu, bagaimana dengan tuan Brown. Apa Nona akan memilih tuan Zack dibanding tuan Brown. Tuan Brown jelas satu level, kaya, baik hati. Dengan tuan Zack, segalanya akan jadi rumit. Apa kalian akan mendukung mereka."Zack hanya diam sepanjang perjalanan menuju lift. Dia tidak menulikan telinganya. Tapi dia juga tak menyanggah tiap gosip yang mulai beredar. Tangannya bergerak mencari tahu video mana yang membuat siang ini kembali heboh.Sudut bibir lelaki itu tertarik sedikit, melih
Segalanya jadi rumit untuk Ivana. Berbagai kesulitan yang dia hadapi menyisakan satu jalan keluar. Menikah dengan Zack.Ivana perlu mencerna perkataan sang bodyguard untuk beberapa waktu. "Zack, aku ....""Nona tidak percaya sama saya? "Bu-bukan begitu. Tapi."Ivana menggigit bibir. "Aku tidak mau menyeretmu dalam masalahku. Kamu tidak seharusnya terlibat. Kejadian semalam adalah kesalahanku. Aku akan menanggung akibatnya."Ekspresi Zack berubah muram mendengar ucapan Ivana. "Saya juga terlibat. Jika saya menolak Nona tadi malam, kejadian itu tidak akan berlaku. Tapi faktanya tidak."Ivana melotot. "Kamu sengaja?""Saya lelaki normal, Nona."Ivana memalingkan wajahnya yang merona. Zack lagi-lagi mengakui kalau semalam mereka memang berbagi peluh di ranjang yang sama."Jadi keputusan Anda?""Apa kamu yakin bisa membuat Isandro Young menyetujui pinjamanku?""Nona meragukan saya," geram Zack.Ivana berdecak kesal. Bukan seperti itu situasinya. Jika ditelaah lebih lanjut, pinjaman yang I
Pipi Ivana kembali memerah. Matt lagi-lagi menamparnya. Kali ini Zack ditahan oleh Evan, hingga pria itu tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal Zack ingin menerjang Matt atau pun menghajar Evan yang kini mencekal tangannya di belakang punggungnya.Ivana sendiri langsung memberi peringatan pada Zack untuk diam. "Diam kau, brengsek! Berani sekali kau menyentuh calon istriku!" Desis Evan penuh kemurkaan.Dia tidak pernah menyangka kalau Zack telah mendahuluinya menikmati tubuh Ivana. Evan saja pegang tangan belum pernah. Amarah memenuhi dada Evan, ingin sekali dia memberi pelajaran pada bodyguard sialan itu."Kenapa? Anda iri pada saya?" Evan menggertakkan gigi mendengar pengakuan Zack."Dengar, Ivana akan tetap menikah denganku. Dia akan jadi milikku. Kau hanya mendapatkannya sekali, tapi aku. Aku akan pastikan dia menjerit tiap malam di bawah kendalimu."Zack mengatupkan rahang. Emosinya tersulut, tapi ekspresi wajahnya telah kembali ke semula. Dingin dan misterius."Kita lihat saja nan
Semua mata terbelalak, tak terkecuali Ivana.Tawa meluncur dari sang paman. "Kau? Kau ingin menikahi Ivana, kau itu cuma bodyguard!"Yang lain ikut mencibir. Amelia bahkan dengan jelas tersenyum, seolah dia telah menang. Jika Ivana sungguh menikah dengan Zack, bisa dipastikan posisi wanita itu akan terancam.Ivana dan Zack bukan dari level yang sama. Akan sangat sulit bagi keduanya diterima di kalangan mereka."Bodyguard atau bukan, setidaknya saya tidak menjadikan Nona Ivana barang dagangan."Suasana mendadak hening. Ivana menoleh ke arah Zack. Untuk pertama kalinya dia mendengar Zack bicara di luar konteks pekerjaan."Berengsek! Kau pikir kami menjual Ivana?" Matt meradang mendengar perkataan lelaki yang dulu dia pilih sendiri jadi pengawal pribadi Ivana."Yang kalian sebut pernikahan itu bukan pengorbanan… tapi memperjualbelikan Nona Ivana." Zack tanpa ragu menjawab.Sorot matanya tajam, dingin, menyisakan kesan misterius dalam diri pria itu. Matt sejenak terdiam, dia pikir Zack cu
Sepanjang perjalanan menuju kediaman Moonstone, ponsel Ivana tak henti berdering. Gadis itu tidak menanggapinya sama sekali. Hingga di antara puluhan nada dering, ada satu yang membuat Ivana tergerak untuk meresponnya."Iya, Ly. Apa dia menghancurkan kantorku?"Jemari Ivana berlari ke pelipisnya. Sejak semalam, tempat itu sering berdenyut nyeri."Dia memastikan kamu akan menikah dengannya hari ini. Itu yang dia katakan."Zack yang duduk di sampingnya, hanya diam. Tidak perlu ditutupi Zack pasti mendengar ucapan Kelly. Ucapan Zack yang mengatakan kalau dia memang bukan supir nonanya adalah benar. Sejak pertama bekerja, Ivana selalu duduk di depan, di sampingnya. Bukan di belakang."Jangan cemas, aku akan atasi ini. Handle kantor untukku." Usai mematikan panggilan, Ivana bersandar ke kursi. Matanya terpejam. Tubuhnya masih terasa lelah akibat ulah Zack semalam, dan pagi ini dia harus menghadapi Evan Brown. Sebentar lagi dia akan dimaki keluarganya.Hari yang menyenangkan untuk seorang
Kepala Ivana mendadak kosong. Evan Brown bisa dipastikan akan memotong semua usahanya untuk menyelamatkan diri. Bahkan mungkin usaha pengajuan pinjamannya bisa dikacaukan olehnya.Pria di depan Ivana kini sedang menatapnya. Ada binar kepuasan melihat ketidakberdayaan Ivana. Wanita itu kini tak dapat melakukan apa-apa lagi."Aku tunggu kabar baiknya. Ayo." Evan meraih tangan Ivana. Namun perempuan itu berkelit."Pernikahan antara Tuan Brown dan saya akan jadi opsi paling akhir. Selama saya masih punya waktu, saya akan berupaya mengembalikan uang Anda."Ivana ingat pesan terakhir dari ibunya—utamakan kebahagiaanmu, baru pikirkan orang lain.Sudut bibir Evan tertarik. "Kalau begitu, mari kita lihat apa yang bisa Nona Ivana lakukan sampai batas waktu yang aku berikan tiba."Ivana memejamkan mata, ucapan Evan menusuk tepat di jantungnya. Seperti vonis hakim yang tidak bisa diganggu gugat. Bahkan tatapan yang dilemparkan Evan kepadanya seperti ingin menelannya bulat-bulat.Evan membuka pint