Home / Romansa / SKANDAL PEWARIS CULUN / Bab 1. Pegawai Baru

Share

SKANDAL PEWARIS CULUN
SKANDAL PEWARIS CULUN
Author: irma_nur_kumala

Bab 1. Pegawai Baru

last update Last Updated: 2025-08-19 15:14:08

“Ayolah Zayden, ini baru permulaan!”

 

Dalam pesta kecil yang diadakan oleh kantor, salah satu pegawai baru menjadi fokus perhatian. 

“Masa sudah menyerah dalam hitungan gelas? Ayo minum lebih banyak lagi!” 

“Tidak! Aku sudah terlalu banyak minum.”

“Yah, cemen! Baru juga tiga gelas sudah menyerah begitu saja.”

Misha Maheswara—atasan team 1 di divisi pemasaran, mendengus mendengar ucapan meremehkan yang ditujukan untuk bawahannya itu. Tangannya terkepal. Namun, ia berusaha untuk tetap diam. Meski ketenangannya sedang terganggu saat ini.

Tangan Misha mencengkeram gelas beernya saat melihat Satria—member dari tim 2 — mendorong gelas lain yang terisi penuh ke arah Zayden—member baru tim Misha. Pria itu terus memaksanya, meski tiga gelas beer telah dihabiskan. Satria selalu bersikap keterlaluan pada Zayden. Pria itu tidak pernah membiarkan Zayden tenang meski sehari. Tidak terkecuali hari ini.

Hari ini, Misha benar-benar muak melihat Zayden, salah satu tim membernya diperlakukan seperti itu.

“Ayo Zay, tambah lagi! Tunjukkan kalau kamu bukan laki-laki cupu!” 

Kalimat paksaan itu kembali terdengar di telinga Misha. Kali ini bukan dari Satria, melainkan salah satu tim member dari tim Saras yang ia tak ingat siapa namanya. Sepertinya semua orang kompak ikut menyudutkan Zayden setelah Satria yang memulainya. Entah apa yang pernah dilakukan oleh Zayden pada mereka hingga semua orang seakan berlomba-lomba mengerjainya.

“Aku benar-benar tidak bisa. Kalian saja yang minum,” tolak Zayden, untuk yang kesekian kalinya. 

Misha berharap jika Zayden sekali saja bisa bersikap tegas pada mereka agar tidak semena-mena.

“Satu gelas lagi! Kali ini benar-benar satu gelas.”

Mata Misha menyipit, helaan napasnya berat seiring gerakan tangannya yang mencengkram erat gelas di tangannya. Perlakuan teman satu tim Zayden tidak ada yang benar. Terus memaksa meski Zayden menolak. Sedangkan Zayden sendiri hanya diam tanpa perlawanan. Melihat itu hatinya menjadi bergejolak, antara ingin membantu atau tidak.

Ini bukan pertama kalinya Misha melihat Zayden diperlakukan kurang baik. Mungkin melihat Zayden yang tidak pernah membalas dan selalu menuruti permintaan mereka, membuat mereka meremehkan laki-laki itu. Jika dulu dia abai, maka kali ini hatinya berteriak keras. 

Sebagai atasan Zayden, Misha ingin sekali memukul satu persatu orang-orang itu dan berteriak lantang, bahwa perbuatan mereka lebih mirip seperti pecundang. Perundungan ini sangat mengganggu hatinya dan membangkitkan sisi hatinya yang penuh perhatian.

“Nah, gitu dong. Ini baru Zayden yang keren. Bukan si cupu!” Satria menepuk pundak Zayden, puas karena berhasil mengerjainya. 

“Keren? Bagian mana yang bisa disebut keren. Teman kalian tertekan. Tidakkah kalian kasihan!” gerutu Misha dalam hati. Ia lantas menenggak minumannya dengan kasar hingga habis.

“Habiskan! Kata orang tua jaman dulu membuang-buang sesuatu itu mubazir,” imbuh Satria yang kembali memaksa Zayden.

Misha kembali minum bersamaan dengan Zayden yang berusaha menghabiskan minumannya. Entah sudah berapa gelas yang ia minum malam ini. Hatinya cukup terganggu oleh sikap Satria kepada Zayden dan ia membutuhkan sesuatu untuk membuat dirinya tetap tenang.

“Anak pintar!” puji Satria ketika Zayden menghabiskan minumannya.

Satria tersenyum miring. Melihat Zayden yang baik-baik saja dan belum mabuk, ia kembali menuangkan beer ke dalam gelas. Tatapan Zayden yang terlihat datar dan dingin, tapi tidak terima, membuatnya semakin bersemangat untuk mengerjai habis-habisan rekan kerjanya itu.

“Satu gelas lagi. Kali ini bersama denganku.”

“Lagi, lagi, lagi!”

Teriakan dan sorakan dari teman yang lainnya membuat Satria di atas angin. Ia kembali menyodorkan gelas minuman pada Zayden yang terlihat enggan.

“Minum!”

Misha menggeram kesal. “Sialan! Apa kamu tidak bisa lihat temanmu tidak ingin minum! Satu gelas lagi? Itu hanya trik saja kan! Dasar orang-orang tidak punya hati. Kalian baru akan puas saat melihat Zayden terkapar kan!” gerutu Misha dalam hati.

Misha menuangkan kembali minum ke dalam gelasnya lalu meneguknya sekali tandas. Diusapnya kasar sisa-sisa cairan yang membasahi bibirnya. Hatinya terbakar amarah.

“Sepertinya kamu minum terlalu banyak. Bagaimana kalau jangan minum lagi? Kita pulang saja, ya. Aku akan mengantarmu.” 

Joshua— atasan di team 2— yang sejak tadi memperhatikan, mencoba memegang tangan Misha bermaksud untuk menghentikannya, tapi nihil. 

Joshua hanya bisa menghela napas panjang ketika melihat Misha kembali minum. Entah apa yang mengganggu pikiran wanita cantik itu hingga membuatnya tidak seperti biasanya. Sebelumnya, Misha selalu bisa mengendalikan dirinya terhadap minuman, tahu kapan harus berhenti agar tidak mabuk, namun sepertinya tidak untuk malam ini. Sampai detik ini, tidak ada tanda-tanda Misha ingin berhenti.

“Ini yang terakhir.” 

Misha menoleh saat mendengar Zayden bersuara, nadanya sedikit penuh harap.

“Aku akan memikirkannya,” balas Satria dengan seringai di wajahnya. “Itu semua tergantung toleransimu terhadap alkohol. Jika kamu masih kuat, kita akan minum kembali. Malam masih panjang.”

Satria ikut menenggak minumannya bersamaan dengan Zayden, sebelum melanjutkan, “Makan-makan tim tidak akan menyenangkan jika kita kembali dalam keadaan sadar. Masih ada ronde ke dua, Zay. Setelah ini kita akan pergi ke karaoke, di sana kita bisa melakukan apa saja. Termasuk memesan wanita. Kamu bisa melakukannya, kan?”

Misha marah mendengar jawaban Satria. Lagi-lagi hatinya bergejolak. Ingin membantu tapi takut terlihat berlebihan.

“Apa yang dikatakan Satria benar. Kita bisa ke karaoke setelah ini. Tidak akan susah bagimu untuk memikat wanita meski wajahmu—” Saras yang ikut angkat bicara menghentikan ucapannya. Matanya menyipit menilai penampilan Zayden dari atas sampai bawah. “Biasa-biasa saja.”

Beberapa orang terkekeh mendengar ucapan merendahkan Saras.

“Meski begitu, pakaianmu selalu bagus. Dari desainer brand ternama semua lagi, padahal kamu baru mulai kerja satu bulan. Itupun kamu masih junior.” Saras— atasan di team 3— menyentuh dasi Zayden sambil menggerak-gerakkannya, seolah tengah menilai penampilan Zayden. “Bermodalkan itu semua, wanita yang ada di sana akan menganggapmu orang kaya. Itu cukup untuk menarik perhatian. Tapi tunggu dulu….jangan-jangan kamu simpanan tante-tante, ya?”

Gelak tawa kembali menggelegar. Apa yang dikatakan oleh Saras sukses membuat semua tim pemasaran tertawa puas. Namun tidak dengan Zayden. Pria itu hanya diam, wajahnya tetap datar, benar-benar terlihat tak terganggu sama sekali.

Byur ….

Hanya dalam hitungan detik, baju Saras nampak basah. Dia ternganga, lalu tangannya mengepal diiringi suara teriakan marah.

“Arrrgghh, sialan!”

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SKANDAL PEWARIS CULUN   Bab 37. Sepertinya Tidak Akan Pulang

    Misha gelisah seharian ini. Dia tidak tahu apakah Zayden akan mendengarkan sarannya untuk tidak datang ke klub bersama Satria dan teman-temannya. Pria itu hanya mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.Bagaimana bisa Misha tidak khawatir dengan perangai Satria yang seperti itu yang terlihat suka sekali membully Zayden?Misha berusaha mencari tahu klub mana yang akan mereka datangi namun nihil. Dia tidak tahu pasti siapa saja orang kantor yang akan datang. Jika terpaksa, Misha akan bertanya pada Joshua. Meskipun dia tahu pria itu mungkin akan bertanya banyak hal.Misha hanya ingin memastikan Zayden tidak datang ke sana agar dia tidak terus merasa gelisah. “Kenapa kamu terus melihat ponselmu?” Tanya Dena, saat mereka berada di minimarket mencari bahan untuk membuat sushi di apartemen. “Apa ada seseorang yang sedang kamu tunggu? Bawahanmu itu?”Misha berdecak. “Aku seperti ini mungkin dia juga tidak akan peduli. Bodoh sekali aku yang terlalu mengkhawatirkan dia.”Dena berdecak mel

  • SKANDAL PEWARIS CULUN   Bab 36. Tidak Bisa Mengendalikan Diri Lagi

    Misha semalam agak kurang tidur setelah berendam agak lama di dalam bath up untuk menenangkan diri. Kembali mengulang-ulang adegan di dalam mobil kalau saja tidak ada yang menelepon saat itu. Mungkin mereka akan melakukannya di sana di area apartemennya.Misha hanya bisa menyebut dirinya sendiri gila kalau sampai hal itu terjadi.Semalaman Misha berpikir, kalau dia merasa jika selama ini Zayden juga menginginkannya sama seperti dirinya yang menginginkan pria itu. Misha berniat untuk menanyakannya nanti jika ada kesempatan.Misha masuk ke dalam ruangan sambil menyesap kopi panas yang dia beli di cafe dalam perjalanan pergi ke kantor. Kaget mendapati Zayden ternyata sudah berada di mejanya dan balik menatapnya. Misha malu, buru-buru berjalan ke tempat duduknya dengan langkah agak dipercepat. Misha merasa seperti sedang kepergok melakukan perbuatan dosa dan sedang menghindar.Misha menyalakan monitornya dan meletakkan barang-barangnya seperti biasa saat Zayden ternyata sudah berdiri di

  • SKANDAL PEWARIS CULUN   Bab 35. Seharusnya Tidak Diantar Pulang

    Zayden melihat layar ponselnya menyala. Dia menoleh ke Misha yang ternyata tertidur di kursinya dengan kepala menunduk. Setelah memastikan Misha memang tidur,Zayden mengangkat panggilan dari seseorang.“Bagaimana?” Ucapnya tanpa salam pembuka. “Filenya aman?”“Aman,Pak. Saya sudah mengembalikannya.”“Kerja bagus. Kirim email.”“Baik,Pak.”Panggilan ditutup. Zayden melihat waktu sudah menunjukkan hampir jam sembilan malam. Digerakkannya kepalanya ke kanan dan ke kiri yang terasa pegal, mematikan layar monitornya dan selama menunggu,dia melakukan satu lagi panggilan yang lain.“Pastikan tidak ada orang di lantai bawah. Dan bawa mobil ke area parkir samping.”Setelah menutupnya, Zayden berdiri dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Layar monitornya sudah mati, dia mendekati meja Misha dan membereskan barang-barang wanita itu.Zayden memegang tas Misha lalu menghampiri wanita yang terlihat tidur nyenyak itu setelah salah tingkah menghadapi ciumannya. Zayden mengangkatnya ala brid

  • SKANDAL PEWARIS CULUN   Bab 34. Terhanyut Dalam Ciuman Panas

    “Jadi, katakan apa yang sebenarnya terjadi, Hana?” Tanya Misha.Hana nampak gelisah,berdiri saling meremas kedua tangannya di depan meja Misha sementara Zayden mencoba untuk mencari file tersebut bersama Doni dan Juno.“Saya tidak sengaja,Bu Misha,” suaranya pelan.Misha mencoba untuk menahan emosinya. Sebelum menjawab, dia menghela nafas panjang membuat Hana makin merunduk.“Ini adalah sebuah kecerobohan. Apa kamu mengakui kesalahanmu?”“Iya,Bu.”Doni dan Juno di belakang memandangi Hana sembari berdecak dan menggelengkan kepala. Zayden yang sejak datang tadi langsung memeriksa server kantor untuk mencari filenya hanya diam dengan tatapan serius. Dia lantas berdiri dan mendekati meja Misha, berdiri di samping Hana.“Tidak ada. Terpaksa kita harus lembur untuk membuat ulang.” Zayden menoleh ke Hana. “Waktunya masih cukup.” “Rasanya seperti membuang-buang waktu. File kampanye itu sudah hampir selesai dan sekarang kita harus kembali membuatnya,” decak Juno, nampak kesal melihat Hana da

  • SKANDAL PEWARIS CULUN   Bab 33. Ingin Meminta Kepastian

    Misha kembali ke ruangan setengah jam kemudian setelah berdiam beberapa saat di kamar mandi untuk menenangkan diri sekaligus memeriksa penampilannya. Joshua sudah ada di sana, menunggu di dekat mejanya seraya memeriksa berkas di tangannya.Misha berjalan ke arah mejanya, melewati Zayden yang sedang berdiri di samping Hana yang fokus pada layar komputernya seperti sedang memberikan arahan. Namun, saat Misha lewat, dia bisa merasakan tatapan Zayden pada dirinya.Misha berusaha keras untuk tidak menatap balik.“Kamu dari mana saja?” Tanya Joshua saat dia duduk di kursinya. “Aku mencarimu sejak tadi.”“Apa ada yang penting sampai kamu mencariku?” Tanya Misha.Joshua tersenyum. “Kita dapat jawaban klien yang kita datangi kemarin.”Misha fokus mendengarkan Joshua. “Mereka meminta kita datang untuk beberapa pembenahan.”“Datang langsung?” “Iya.”Misha mengangguk, pasti ada yang harus ditinjau ulang hingga mereka menyuruh untuk kembali datang.“Kapan?”“Besok. Aku akan menjemputmu karena me

  • SKANDAL PEWARIS CULUN   Bab 32. Ciuman Kerinduan

    Seperti dugaan Misha, keduanya makan siang di meja yang sama. Misha hanya melihat dari luar, tidak lagi berselera untuk makan dan masuk ke sana apalagi harus satu ruangan. Misha berdecak, merasa menyesal telah mengikuti kata hatinya seperti ini karena pada akhirnya, dialah yang merasa sakit sendiri.Misha berbalik, namun seseorang menyenggolnya dari belakang dengan cukup keras.“Aduh,” erangnya, dilihatnya pria itu tidak berhenti untuk meminta maaf malah berjalan terus saja tanpa memperdulikan sekitarnya.“Hei!” Misha menegur, namun pria itu tidak mendengar. Dia menyipitkan mata mencoba untuk mengenali gesturenya dari belakang, sebelum pria itu berbelok, Misha menyadari jika pria itu adalah bawahannya Joshua yaitu Satria. Pria itu terlihat nampak kesal dari kepalan tangannya yang kemudian sosoknya menghilang di lorong.“Kenapa dia?” Misha bertanya-tanya sembari mengelus lengannya. “Sikapnya menyebalkan.”Misha berjalan menuju ke arah lift dan memutuskan untuk membeli roti isi kesuka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status