Ia pikir sang nona mengetahui kamera tersembunyi yang ia taruh di belakang lukisan itu.
“Saya harus segera tidur, besok pasti akan menjadi hari yang sibuk untuk Nona,” gumam pria yang memakai kaus berwarna hitam itu.
Tiga jam sudah ia tertidur. Itu sudah lebih dari cukup untuknya beristirahat. Ia harus segera bersiap sebelum sang nona memanggilnya.
Dan benar saja, tepat jam tujuh pagi wanita cantik yang sudah berpakaian rapi itu berteriak memanggilnya.
“Leon, tolong buatkan aku kopi!” titahnya setelah duduk di kursi dengan meja kaca di depannya.
“Baik, Nona.”
Leon segera membuatkan kopi untuk bosnya karena memang tidak ada pelayan di rumah itu. Jessi tidak mau aktivitas pribadinya diketahui orang lain selain sang pengawal yang selalu setia menemaninya.
Pria jangkung itu tersenyu
Leon maju satu langkah mendekati Jessica, lalu berkata, “Iya, Nona.” Walau sebenarnya ia khawatir sang nona mencurigainya, tapi Leon bersikap setenang mungkin. “Buatkan kopi untuk aku dan Julie! Aku harus berpikir tenang supaya bisa mencari solusinya.” “Baik, Nona.” Leon segera keluar dari ruangan kerja bosnya. Jessi bangun dari kursi kebesarannya, ia melangkah menuju sofa berwarna abu muda yang ada di dalam ruangan itu. “Tolong bantu aku menyelesaikan masalah ini!” Sekretaris cantik itu mengikuti boss-nya. “Baik, Nona.” “Silakan duduk!” titah Jessi kepada Julie yang masih berdiri di hadapannya. “Terima kasih, Nona.” Julie duduk di hadapan boss-nya. “Julie, beritahu yang lain setengah jam lagi kita meeting!” “Baik, Nona,” sahut Julie, lalu mengambil ponselnya untuk mengumumkan kepada para staf yang bertanggung jawab dengan produk baru itu kalau akan diadakan meeting dadakan. “Sudah saya umumkan,
“Aku sangat bahagia membayangkan laki-laki itu memakai rok. “Jessi bangun dari duduknya dengan lengkungan indah yang menghiasi wajah cantiknya. “Ayo kita meeting sekarang.”Julie pun bangun dari duduknya. “Ayo, Nona, kita harus semangat!”Jessica tertawa penuh kebahagiaan walaupun perusahaannya sedang dalam masalah besar.Leon tersenyum melihat bosnya tertawa bahagia, ia berkata dalam hati sambil mengikuti sang nona dari belakang. ‘Saya akui anda memang cerdas, Nona. Andalah penguasa sebenarnya. Saya harus banyak belajar darimu, Boss.’Leon sama sekali tidak sakit hati mendengar ucapan sang nona karena memang itulah yang sebenarnya terjadi.Benar yang dikatakan wanita itu, memang dengan kecurangan sama saja mencoreng kehormatan sendiri. Ia akui kalau saja perusahaannya tidak melakukan kecurangan, tentu saja Beauty Corporation lah yang ada di atasnya.‘Silakan saja anda mencaci maki
“Ya ampun saya tidak menyangka, padahal para staf tadi rata-rata sudah lima sampai sepuluh tahun bekerja di perusahaan ini, tapi dengan mudahnya dia berkhianat,” sahut Julie. “Kalau Nona sudah tahu kenapa tidak ditanya langsung kepada orangnya?”“Aku ingin dia sendiri yang mengakuinya," sahut Jessi. "Ada untungnya juga di balik kejadian ini, kita jadi tahu siapa lawan siapa teman. Aku yakin masih banyak pengkhianat di antara kita.”“Anda harus tetap berhati-hati, Nona! Jangan mudah percaya kepada orang. Sekali pun kepada saya, anda harus curiga. Manusia kalau sudah kepepet apa pun pasti dilakukannya.”"Maksudmu?""Mungkin si pengkhianat itu sedang terdesak atau ada ancaman mungkin, maka dari itu ia berani melakukan hal kotor."“Terima kasih, Julie.” Jessi tersenyum pada wanita cantik itu. “Semoga kamu juga tidak mengkhianatiku.”“Saya akan selalu mengendalikan piki
Jessi tidak bisa menolak lagi karena laki-laki itu sudah menutup panggilan teleponnya. “Mereka semakin posesif saja. Aku sudah tidak nyaman dengan Jimmy dan Alan, tapi aku masih membutuhkan mereka.” Jessi memijat pelipisnya sambil memejamkan mata. Ia sadar kalau perbuatannya salah, telah menyakiti hati kedua laki-laki itu. Tapi, ia juga tidak sepenuhnya salah karena menurutnya sama-sama saling menguntungkan. Ia mendapat bantuan dan dukungan dari kedua kekasihnya dan mereka pun mendapat keuntungan dengan menikmati tubuhnya. Wanita cantik itu larut dalam pikirannya sendiri, hinga ia tidak menyadari kalau sang pengawal sudah berdiri di hadapannya. “Apa anda sakit, Nona?” Leon menaruh cangkir kopi itu di meja yang ada di depan sang nona. “Aku tidak apa-apa, hanya sedikit lelah saja." “Sebaiknya Nona istirahat, jangan bekerja terlalu keras!” Walau bagaimanapun Jessi orang yang selama berbulan-bulan dekat dengannya. Walaupun ia ingin menghan
Jessi berhenti mengunyah, ia menatap kekasihnya dengan tatapan yang sulit diartikan, hingga Jimmy merasa kalau wanitanya tersinggung dengan ucapannya. “Lupakan ucapanku yang tadi! Sekarang kita makan lagi.” Jimmy menyendokkan makanan ke dalam mulutnya. “Apa aku terlihat seperti wanita kesepian, walau aku mempunyai dua kekasih yang selalu memuaskanku?” “Tidak, Sayang, maksudku bukan itu.” Jimmy menaruh sendoknya. “Sejujurnya aku hanya cemburu kepada Leon. Dia tingal satu atap denganmu. Dia bisa memandangmu setiap hari sedangkan aku tidak.” “Apa perlu aku jelaskan kembali siapa Leon?” “Tidak perlu. Sudahlah lupakan saja! Aku akan berusaha untuk menjernihkan isi kepalaku ini.” “Baiklah, ayo makan lagi!” Jessi kembali makan makanan yang dibawa Jimmy. “Sayang, apa kamu tidak tersinggung dengan uccapanku tadi? Aku benar-benar minta maaf. Ternyata cemburu itu susah sekali disingkirkan. Aku harus berusaha menahannya supaya tidak menyak
Alan tia-tiba saja muncul. Pria itu berjalan dengan santainya menghampiri sang kekasih. “Oh sedang ada tamu ya,” kata Alan sambil tersenyum ramah. Lalu mengulurkan tangannya pada laki-laki yang bersama kekasihnya. “Selamat siang, Tuan Jimmy.” “Siang, Tuan Alan.” Jimmy bangun dari duduknya lalu menerima uluran tangan itu. Kedua laki-laki itu saling menyapa, sedangkan Jessi hanya duduk bersandar sambil menumpangkan kakinya. Ia terlihat sangat santai, tidak seperti pasangan lainnya yang panik saat tertangkap basah. “Maaf, aku lansung masuk saja karena tidak tahu kalau sedang ada tamu. Sebaiknya aku tunggu di luar.” “Memangnya tidak ada Nona Julie di depan?” tanya Jimmy kepada kekasih pacarnya itu setelah ia kembali terduduk. “Julie sedang makan siang, ini waktunya beristirahat.” Jessi yang menjawab pertanyaan Jimmy. Ia tahu kalau Jimmy pasti sedang cemburu. Kepada Leon saja dia begitu cemburu apalagi kepada Alan yang jelas-jelas b
Satu jam sudah Jessi melakukan apa yang menjadi rutinitasnya setiap bertemu dengan teman kencannya. Leon sudah kembali sejak beberapa menit yang lalu. Ia tidak berani masuk karena mendengar suara aneh dari dalam ruangan boss-nya. Laki-laki tegap itu tahu apa yang sedang dilakukan boss-nya dengan sang kekasih, hingga ia tidak membiarkan siapa pun mendekati ruangan itu. Bahkan Julie sekretarisnya yang ingin bertemu dengan sang nona setelah makan siang, tidak diizinkan olehnya. Sebelum wanita cantik itu mendekati ruangan sang CEO, Leon berjalan menghampiri Julie yang sedang berjalan ke arah ruangan boss-nya. “Nona Julie, apa anda hendak ke ruangan Nona?” tanya Leon kepada wanita yang menaruh hati padanya. Julie memandang wajah Leon sambil tersenyum. “I-iya, Tuan. Saya ingin memberikan berkas yang harus Boss tanda tangani,” jawabnya dengan sedikit gugup berada sedekat itu dengan laki-laki yang ia kagumi. “Sebaiknya nanti saja.” “Ta
“Tidak apa-apa, Tuan, saya hanya terkejut saja,” ucap Julie sambil berusaha untuk tenang.“Baiklah. Silakan, Nona.” Leon mempersilakan Julie untuk berjalan terlebih dulu. Wanita cantik itu pun mengiyakannya.Ia berusaha untuk tenang, mengatur napasnya supaya tidak gugup lagi. Semakin berusaha untuk menghilangkan perasaannya terhadap laki-laki yang selalu siaga menjaga bosnya, semakin ia tidak bisa mengendalikan dirinya untuk terus menyukai Leon.Leon berjalan cepat untuk membuka pintu, wanita itu dibiarkan masuk seorang diri, ia kembali bediri di depan ruangan boss-nya.Julie mengembuskan napasnya perlahan sebelum berbicara. “Ini dokumen yang harus anda tanda tangani, Nona.”Jessi membuka berkas itu sambil berkata, “Kenapa baru sekarang diberikan padaku?”“Maaf, Nona, saya baru selesai mengerjakannya,” jawab julie. “Satu jam lalu saya ingin langsung meminta tanda t