Share

5. Pasangan Kekasih Baru Paling Panas

"Kamu baik-baik saja?" tanya Helga untuk yang kesekian kalinya.

Bonita mengedikkan bahu. Dia terlalu malas untuk menjawab setelah diceramahi habis-habisan oleh ayahnya.

Pagi tadi, Nolan datang ke bridal. Dia mengaku baru saja membebaskan Benjamin dari kurungan penjara sementara di kantor polisi. Bonita sudah menjelaskan apa yang terjadi, tapi Nolan tetap memintanya bicara baik-baik dibandingkan dengan memanggil polisi untuk mengusir Benjamin. Nolan berpendapat, bagaimanapun juga Benjamin bukan kriminal karena datang ke rumah dengan niat untuk meluruskan masalah.

Di layar ponsel Bonita yang sedang digenggam olehnya saat ini terdapat berbagai gosip mengenai betapa dekatnya hubungan Benjamin dan model bernama Zayna Lott. Dua insan itu bermunculan di berbagai portal berita. Bahkan ada foto-foto di sebuah halaman majalah online yang memublikasikan mereka sebagai "pasangan kekasih baru paling panas".

Bonita berdecak kesal dengan dada bergemuruh. Ponselnya dihempaskan asal saja ke arah meja. Dia mengusap wajah dengan gusar.

"Pulanglah, Boo. Ekspresi di wajahmu itu akan mengusir pelanggan." Tegur Kenzo seraya mengacungkan ujung tumpul pensil ke sudut-sudut wajah Bonita yang tegang.

Bonita mencibir Kenzo dengan mengerucutkan bibir, "Coba katakan itu pada ayahku. Tatapannya pasti berhasil membuat anak kecil ketakutan sejak dia datang."

"Itu karena kamu bertindak berlebihan. Apa yang kamu pikirkan saat memanggil polisi hanya untuk mengusir Benjamin dari rumah?"

"Hanya? Rumahku terkunci, Ken, dan aku sedang tidak ingin diganggu! Apakah aku tidak boleh mendapatkan sedikit privasi setelah melihatnya berselingkuh tepat di depan mataku?"

Helga dan Kenzo saling bertatapan. Mereka tahu hal seperti ini tidak seharusnya terjadi karena hanya akan memperburuk trauma Bonita pada pernikahan. Mereka tahu dengan baik Benjamin merupakan satu-satunya pria yang diberi kesempatan untuk mendapatkan kepercayaan untuk memeluk hati Bonita. Namun, kepercayaan itu kini hancur tanpa sisa.

Bonita bangkit untuk menghampiri jendela. Aura kemarahan yang terpancar jelas dari tubuhnya. Gemuruh di dadanya yang terus berdentam seolah mampu menggetarkan dinding-dinding bridal.

"Benjamin menemuimu untuk mengajakmu bicara, bukan?" tanya Helga hati-hati, tapi Bonita hanya diam. "Bicaralah padanya. Dengarkan penjelasannya."

Bonita menoleh pada Helga seraya mendengkus kesal, "Apa yang perlu dibicarakan? Aku melihat Zayna menempel padanya seperti seperti ular setelah mereka menginap di kamar yang sama. Aku tidak membutuhkan penjelasan apapun untuk mencerna apa yang terjadi."

"Kamu terdengar seperti sedang cemburu." Sela Kenzo tanpa empati.

"Ya! Aku cemburu! Aku marah sekali! Aku memberinya kepercayaan untuk menjaga hatiku selama empat tahun, tapi dia berselingkuh dariku. Jujur saja, aku sedang meyakinkan diri untuk merasa bersyukur karena kami hanya kekasih dan bukan pasangan suami istri."

Kenzo menghela napas dan mengedikkan bahu pada Helga. Helga menatap Bonita dengan tatapan khawatir dan kasihan di saat yang sama. Sedangkan Nolan terdiam mendengar semua percakapan mereka dari anak tangga.

***

"Kenapa kamu belum memberikan klarifikasi? Kamu sudah berjanji akan membantuku meredam berita itu." Desak Benjamin yang baru saja sampai di apartemen Zayna

"Tunggulah sebentar lagi. Kenapa harus terburu-buru? Lagi pula kabar seperti itu akan pergi dengan sendirinya." Ujar Zayna seraya memeluk lengan Benjamin dan menariknya duduk di sisinya.

Benjamin berdecak kesal seraya menepis tangan Zayna, "Aku baru saja dibebaskan dari kantor polisi karena Boo meminta polisi mengusirku dari rumahnya. Cepat klarifikasi berita itu sebelum semakin besar dan tidak terkendali."

"Berita itu akan lebih baik jika tidak ditanggapi. Percayalah padaku. Terlebih, semua pemberitaan itu akan membawa keuntungan bagi kita."

"Keuntungan? Hubunganku dengan Boo sedang dipertaruhkan!" Hardik Benjamin tidak percaya.

"Bisnismu akan membaik dalam beberapa waktu ke depan. Orang-orang yang penasaran akan mencari tahu dan menemukannya. Bukankah itu baik untukmu? Bulan lalu kamu memberitahuku bisnismu sedang lesu, bukan?"

"Tapi bukan dengan cara seperti ini. Aku tidak ingin hubunganku dengan Boo berantakan. Hubungan kami sudah berjalan empat tahun." Ujar Benjamin yang semakin gusar. "Aku mengenalmu dengan baik sejak masih anak-anak. Aku tahu kamu selalu menunda hal-hal penting. Kali ini, tolong mengerti keadaanku."

Zayna tersenyum penuh arti, "Bagaimana dengan Mea?"

Benjamin terdiam selama beberapa saat sebelum bicara, "Ada apa dengannya?"

Zayna bangkit dan menghampiri sudut bar kecil untuk menuang minuman, "Kamu belum menemuinya?"

"Aku bertemu dengannya beberapa kali bulan lalu. Dia terlihat baik-baik saja." Jawab Benjamin seraya menggaruk tepi dahi yang tidak gatal.

"Kenapa waktunya bertepatan dengan saat bisnismu lesu?" tanya Zayna dengan senyum tersungging yang tidak mampu dilihat Benjamin karena wanita itu sedang memunggunginya.

Benjamin terdiam dengan tatapan terpaku ke luar jendela. Mereka bertiga; Benjamin, Zayna, dan Mea merupakan sahabat yang dekat sejak masih anak-anak karena tinggal di lingkungan yang sama. Mereka bersahabat selama bertahun-tahun sebelum keluarga Mea dan Zayna satu-persatu pindah. Namun, Zayna biasanya menyempatkan diri untuk menemui keluarga Benjamin beberapa kali dalam setahun, sedangkan Mea baru muncul untuk menemui Benjamin bulan lalu setelah sekian tahun lamanya.

Zayna masih ingat jelas momen saat pindah ke lingkungan tempat tinggal Benjamin dan Mea bertahun lalu, Zayna menemukan Benjamin dan Mea sedang bermain di taman. Zayna mendekati mereka dengan boneka koala di pelukannya. Boneka itu merupakan satu-satunya benda yang bisa diajak bermain karena dia selalu dijauhi teman-teman sebayanya di lingkungan rumah yang lama karena memiliki wajah yang dinilai terlalu cantik.

"Boleh aku bergabung bersama kalian?" tanya Zayna ragu-ragu. Jari tangannya memilin ujung pita di leher boneka koala yang dipeluk olehnya.

Benjamin menoleh pada Zayna dan menatapnya tanpa berkedip. Bibirnya tidak sanggup mengatakan apapun karena Zayna terlihat sebagai anak perempuan yang sangat cantik dan anggun di matanya. Rambut Zayna yang ikal berkilau sepanjang bahu, diikat di bagian atas kanan dan itu membuatnya terlihat sangat menawan bahkan bagi anak laki-laki seusia Benjamin saat itu.

"Tentu. Kita bisa bermain berdua." Jawab Mea dengan senyum yang sangat manis, tapi menyebarkan rasa gelisah di hati Zayna.

"Berdua?" tanya Zayna seraya menatap Mea dan Benjamin bergantian.

"Ya, kita bisa bermain berdua. Namaku Mea Loza. Kamu bisa memanggilku Mea. Kita bisa menjadi sahabat mulai sekarang." Ujar Mea seraya mengulurkan tangan pada Zayna, yang langsung diterima. "Dia Benjamin, tapi sebaiknya kamu abaikan saja karena dia adalah penjagaku dari alam yang berbeda dengan kita. Dia tidak nyata."

"Dia ... tidak nyata?" tanya Zayna dengan langkah mundur karena terkejut dan takut. Dia mengira, dia baru saja melihat hantu atau semacamnya. Dia merasa tidak yakin pada dirinya sendiri karena baru pertama kali mengalami hal seperti itu. Namun, menurutnya hal itu aneh karena Benjamin terlihat seperti anak laki-laki biasanya. Benjamin bahkan berkeringat di area dahi. Bukankah hantu seharusnya tidak berkeringat?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status