BAB 33B"Ndin, makanlah duluan. Kasihan bayimu. Mungkin Reno sedang ada halangan di jalan."Aku terdiam, mengusap perut, menenangkan bayiku yang sejak tadi bergerak gerak. Dia tampaknya mengerti kegelisahan hatiku. Bagaimana aku tak cemas? Kami jalan beriringan dari mushola. Mas Reno bilang hanya perlu mengisi bensin sebentar. Dan kini, sudah jam sembilan tiga puluh, dia belum juga tiba, sementara teleponlu tersambung tapi tak diangkatnya. Aku resah, bolak balik menatap ke jalan raya, berharap suamiku segera tiba."Ndin…"Mama berjalan dari dapur sambil membawa piring berisi nasi dan lauk lengkap. Beliau menyorongkannya padaku disertai tatapan mata yang tak ingin ditolak. Aku mendesah, menerima piring itu dan mulai makan. Duduk di seberang kursiku, Riris yang tengah memangku Kayla yang tertidur.Tadi, perlahan lahan, Riris menceritakan kemana saja dia selama ini. Sejak aku dan Radit meninggalkannya di rumah orang tuanya. Kedatangannya ke rumah Hendra, lalu terbangun di rumah bordil. J
PACAR ABANGKU SAKIT JIWA 34PoV EMILY"Em, ini beneran kamu punya hubungan sama Pak Arfan? Serius?""Ish, masih nanya. Masa nggak liat gimana bos kalau sama Emi."Bukan aku yang menyahut, tapi Riana. Dengan sadis, dia menyodok bahu Raya dengan sikutnya. Membuat si pemilik bahu meringis kesakitan. Aku tertawa, entah sejak kapan mereka sedekat ini. Tapi aku senang melihatnya. Keinginanku dulu agar Bang Arga jadi pacarnya Riana saja, sepertinya harus ku pupus. Cinta tak bisa dipaksakan. Aku justru selalu teringat pada Winda, yang sampai kini, nyaris sebulan lamanya tak juga ada kabar. Mas Arfan masih berusaha dan menyuruhku bersabar. Kami harus berhati-hati kalau tak ingin dikenakan pasal penculikan."Yaahh, benar-benar musnah harapan gue."Raya menyandarkan kepalanya di sandaran kursi dengan ekspresi sedih yang berlebihan. Riana melotot."Kan ada gue."Raya melirik dengan sadis. "Males lah. Ntar lo bucin sama gue, kelar idup gue."Aku tertawa sementara Riana mencubit Raya tak terima. Se
Mobil berhenti di depan sebuah rumah mungil bercat putih bersih. Halamannya kecil, hanya muat satu mobil saja. Tapi meski begitu, beragam pot bunga tertata dengan apik di teras, sehingga teras kecil ini terlihat segar dan enak di pandang mata."Ini rumah siapa, Mas?"Mas Arfan tidak menyahut. Dia menarik tanganku masuk ke dalam rumah yang tak terkunci. Ruang tamunya kecil, dengan satu set sofa minimalis yang berwarna putih bersih. Aku tertegun sejenak mendapati rumah sepi sekali. Kakiku kaku, tak mau diajak bergerak. Aku menatap punggung Mas Arfan yang menarik tanganku, tapi tertahan karena aku tak mau bergerak."Kenapa?"Aku menarik tanganku dengan sekali sengak."Mau apa Mas ngajak aku kesini? Aku… aku memang mencintai Mas. Tapi aku bukan cewek murahan."Matanya melebar sesaat. Lalu tak lama, tawanya berderai. "Ya Tuhan, jadi kamu pikir…?"Aku menatapnya, lalu memandang pintu depan yang tertutup, dengan hati tak menentu. Aku rasa, kalau dia macam-macam, aku bisa lari dan kabur dari
STATUS WA ADIK IPARKU 35PoV RIRISAku menunggu sampai acara pemakaman selesai, menelusup di antara para pelayat yang luar biasa banyaknya. Satpam dan para penghuni rumah ini tak ada yang menyadari. Aku ikut ke pemakaman, ikut menangis dari balik bahu orang lain, menunduk menyembunyikan air mata. Bagaimana aku tak menangis? Lelaki ini, meski perkenalanku dengannya amat singkat, memberi banyak perubahan dalam hidupku. Dia melepaskanku dari sangkar Mami Dewi, memberiku hidup layak meski belum bisa memberi hidup yang terhormat. Melimpahiku dengan uang. Uang yang banyak, yang aku yakin menjadi alasan istrinya ingin membunuhku.Pukul lima sore, rumah mulai sepi. Para pelayat, saudara dan teman yang datang telah pergi. Mas Luki berusia empat puluh tahun. Dua anaknya sedang kuliah di luar negeri sehingga rumah ini hanya dihuni Nyonya Arlene istrinya dan beberapa pelayan. Sangat banyak pelayan berseragam. Saat sang tuan rumah sibuk bersalaman dengan tamu-tamu yang pamit usai mengucapkan bela
Bab 35B"Kau mantan adik ipar Andin kan? Kenapa kesini?"Ibu mertua Mbak Andin yang membuka pintu rumah menatapku dengan pandangan penuh selidik."Saya ingin bertemu Vira.""Vira tidak tinggal disini. Dia di rumah suaminya.""Apakah Ibu tidak tahu bahwa Mas Reno hilang?""Apa?!"Sesaat, aku merasa bersalah karena menanyakan hal itu. Mungkin saja, Mbak Andin memang sengaja merahasiakan hilangnya Mas Reno. "Apa maksudmu Reno hilang?""Saya… oh… ceritanya panjang. Tapi tolong beritahu saya dimana rumah Vira. Mungkin saja, Mas Reno ada bersamanya."Sang ibu mertua menggeleng."Tak mungkin, Vira tinggal bersama suaminya."Aku menatap wanita setengah baya itu dengan ragu."Apa Ibu tak tahu bahwa Vira dendam pada Mbak Andin? Aku pikir, dia menculik Mas Reno."Sang Ibu tiba-tiba tertawa. "Kau ini kebanyakan nonton sinetron. Sudahlah, pergi saja. Kalau kau masih penasaran, cari Vira di Villa Anggrek nomor Enam. Itu rumahnya."Lalu pintu tertutup di depan mataku. Aku mendesah, merogoh saku cel
STATUS WA ADIK IPARKU 36APoV RIRIS"Riris…"Aku tertegun, merasakan suara Mbak Andin yang bergetar dan sarat rasa kecewa. Sesaat, aku berusaha mencerna situasi ini. Vira yang kini terpojok sambil memegangi perutnya, Nayla yang tengah berusaha menyelamatkan Mas Reno, dan beberapa lelaki berambut cepak yang kini menodongkan senjata api pada kami berdua - aku dan Vira. Aku lupa, Mbak Andin wanita cerdas dan banyak uang. Dia bisa dengan mudah menemukan Lidya, Hendra dan kemudian membongkar kebusukanku. Tentu saja bukan hal sulit baginya melacak keberadaan Mas Reno. Apalagi Vira sesungguhnya hanya amatir. Dia bukan penjahat sungguhan yang punya seribu akal. Dia hanya perempuan penuh iri dengki, sepertiku.Mbak Andin menyuruh para lelaki itu menurunkan pistolnya. Aku bisa menduga mereka bukan polisi. Mungkin bodyguard bayaran, tapi yang jelas mereka profesional. "Dokter Nayla, tolong bawa suamiku ke rumah sakit. Tolong pastikan dia selamat."Suara Mbak Andin gemetar. Dia pasti tengah memb
PoV ANDINAku tak pernah menyangka semua ini akan terjadi. Sesaat, aku tertegun, menatap dua brankar sekaligus yang masuk ke ruang IGD. Mas Reno dan Riris, yang masih sama-sama tak sadarkan diri. Menurut Nayla, Mas Reno akan segera membaik karena obat penawar yang tadi disuntikkannya mulai bekerja. Sementara Riris…Aku menutup wajah dengan kedua tangan. Malam di rumah sakit terasa mencekam padahal banyak orang berseliweran. Wajah Riris dan genangan darah di kepalanya akan menjadi mimpi buruk yang menghantuiku."Andin! Andin!"Aku menoleh, Mama dan Papa tergopoh menghampiri. Aku tadi terpaksa memberi tahu yang sesungguhnya karena Mama menelepon ku, memberi tahu bahwa Riris mencari Vira. Mama menceritakan bagaimana khawatirnya Riris karena menduga Vira-lah yang menculik Mas Reno. Aku telah salah menduga. Tadinya aku berpikir mereka berdua bersekongkol mengkhianatiku. Lagi."Reno kenapa? Benar ini semua ulah Vira?"Mama terengah-engah, lalu duduk di sebelahku. Aku mengangguk lemah. Sung
STATUS WA ADIK IPARKU 37Riris, kamu benar-benar terlalu. Apa yang harus kukatakan pada Kayla jika dia menanyakan Mamanya?Dituntun Radit, aku berjalan menuju Kamar mayat, dimana jenazahnya sedang menunggu proses untuk dipulangkan. Rumah sakit tengah menyiapkan ambulans untuk membawa Riris pulang. Usai melihat Mas Reno yang ternyata tertidur lagi karena efek obatnya masih ada, aku bersikeras melihat jenazah Riris sebelum dibawa pulang.Wajahnya pucat, seakan seluruh darah terkuras dari dalam tubuhnya. Perban besar bernoda merah melingkari kepalanya. Meski sudah dijahit, kepalanya yang membentur anak tangga berkali-kali itu masih terus merembeskan darah. Aku memejamkan mata, saat bayangan dirinya meluncur dari lantai atas kembali melintas. Dia mati menggantikan aku. Seandainya Nayla tidak menarik tubuhku, seandainya Riris tidak berlari menjadi tameng bagiku, seandainya…Di belakangku, tubuh Radit bergetar. Aku tak tahu pasti bagaimana perasaannya sejak saat itu, sejak Riris mengkhianat