Home / Romansa / SUAMI JAGOAN ISTRI MENDERITA / BAB 2 : Ratapan Hati (Part 2)

Share

BAB 2 : Ratapan Hati (Part 2)

Author: Hamfa Merman
last update Last Updated: 2025-11-24 15:14:00

Karnias Saputri segera menunjukkan jari telunjuknya sambil melangkah maju ke arahnya Bu Linda. Raut wajahnya yang cantik benar-benar memudar dengan amarahnya yang memuncak hingga membuatnya mendidih karena tak tahu harus berbuat apalagi demi melampiaskan amarahnya yang mengganjal di dalam hatinya tersebut.

“Kau…! Masih beraninya kau tersenyum mengejek kepadaku, hah?! Dasar rubah berbisa, kau pantas mati seribu kali!” teriak Karnias Saputri dengan nada tinggi ketika mengutuk Bu Linda dalam amarahnya.

Donfa Kragar menyipitkan matanya ketika mendengar bentakan istrinya tersebut. “Lancang sekali mulutmu, hah?! Cepat minta maaf yang tulus kepada, Bu Linda! Jangan coba-coba berani beranjak pergi dari tempat ini sebelum kau melakukannya tepat di depan hadapanku dan Bu Linda! Minta maaf sekarang juga!”

Karnias Saputri yang sudah kehilangan akal seolah kembali tersadar dari amarahnya. Tatapan matanya seolah tidak percaya ketika mendengar suaminya berkata-kata tidak tahu malu dan mustahil masuk akal. Karnias Saputri yang jelas menjadi korban dari aksi bejat keduanya malah dipaksa untuk meminta maaf seolah dirinya adalah pelaku utamanya dari tindakan tercela yang terjadi di ruangan kerja tersebut beberapa waktu yang lalu.

“Minta maaf kepadanya? Mas, apa kamu sedang bercanda denganku, hah?! Kamu sendiri saja belum bisa memberikan penjelasan dan meminta maaf kepadaku atas perselingkuhanmu ini, sekarang malah ingin aku meminta maaf kepada wanita murahan yang menjual raga dan hatinya hanya demi memuaskan nafsu bejatnya semata. Jangan harap aku akan melakukan itu!”

Karnias Saputri menolak dengan tegas sambil menatap tajam penuh kebencian ke arah suaminya tersebut untuk pertama kalinya sejak pernikahan keduanya. Di masa lalu, Karnias Saputri hanya bisa menatap sedih dan pasrah dengan keadaan yang diabaikan serta diperlakukan serendah budak oleh Donfa Kragar, suaminya sendiri.

Namun, perselingkuhan ini jelas sudah terlalu berlebihan sehingga berhasil membangkitkan rasa benci di hatinya yang sudah tersakiti sekian lamanya kepada suaminya sendiri, Donfa Kragar. Karnias Saputri tidak lagi bersedih karena diabaikan, tapi perlahan-lahan membenci karena dikhianati oleh Donfa Kragar.

Kebenarannya diarahkan baik kepada Donfa Kragar maupun Bu Linda. Tidak peduli kepada siapa, dua orang itu akan senantiasa menjadi titik didih dalam kebencian dalam hatinya Karnias Saputri. Donfa Kragar jelas tak senang mendengar bantahan tegas sang istrinya tersebut. Seolah baru pertama kali rasanya dibantah langsung oleh istrinya tersebut.

“Hehe, jadi kamu benar-benar sudah berani membantah perintahku rupanya! Bagus, Karnias! Kamu berhasil membuatku semakin marah sampai hanya dengan melihat dirimu saja saat ini terasa ingin mual saja. Karena kau berani membantah, maka bersiaplah untuk menerima balasannya!” ujar Donfa Kragar dengan nada suaranya yang berat sebagai tanda kegeramannya sudah memuncak.

“Tenang, Pak! Sabar!” ucap Bu Linda dengan lembut, berusaha menenangkan Donfa Kragar.

“Hmm? Muah…! Tunggu di sini sebentar, sayangku! Aku mau memberi pelajaran kepada budakku yang tidak sadar diri itu!” Donfa Kragar bangkit dari tempat duduknya dan langsung mencium bibir lembut miliknya Bu Linda, lalu bergegas ke arah Karnias Saputri.

Karnias Saputri yang melihat aksi tidak senonoh sang suami semakin marah dalam hatinya yang mulai berisikan kebencian yang mendalam. Begitu marahnya sampai membuatnya berdiri mematung melihat Donfa Kragar yang semakin mendekatinya, tanpa ada tanda-tanda mencoba untuk menjauhkan diri.

“Budak yang membangkang memang harus didisiplinkan agar lebih sadar diri dan tidak membuat masalah di kemudian hari! Ingat ini baik-baik, Karnias! Jangan beraninya kau mencoba untuk membantahku lagi!” tegas Donfa Kragar yang sudah berdiri tegak, tepat di hadapannya Karnias Saputri yang masih mematung dengan sorot mata tajam, mengarah ke matanya Donfa Kragar.

Plak…! Plak…!

“Urgh…!” rintih Karnias Saputri seolah kembali tersadar ketika rasa sakit di pipinya begitu panas rasanya.

“Sakit? Rasakan dan ingat ini baik-baik! Jadikan momen ini sebagai renungan agar tindakanmu di masa depan tidak ceroboh ketika berusaha mencoba membantah perintahku lagi!” tegas Donfa Kragar semakin ganas menampar pipinya Karnias Saputri berulang kali.

Bu Linda yang melihat itu langsung terdiam dengan raut wajah datar. Perasaan tidak peduli dan rasa kasihan seolah menyatu menjadi satu. Pikiran dalam hatinya, “Pasti sakit sekali itu! Haruskah aku membiarkannya terus melakukannya atau tidak? Hish, benar-benar merepotkan!”

“Urgh…! Argh…!” jerit Karnias Saputri yang berusaha sekuat tenaga untuk melindungi wajahnya yang terus saja ditampar berulang kali oleh Donfa Kragar.

Rasanya amat menyakitkan, tapi Karnias Saputri terus menggunakan kedua tangannya sebagai tameng pelindung yang setidaknya masih bisa diandalkan olehnya dalam situasi yang sangat tidak menguntungkan sama sekali tersebut.

Donfa Kragar seolah tidak peduli dan terus saja meningkatkan aksinya dengan tamparan yang semakin keras saja. Tatapannya begitu ganas dengan senyum jahat seolah dirinya sangat menikmati momen ketidakberdayaannya Karnias Saputri dalam upaya melindungi dirinya sendiri dari tamparan ganasnya.

“Hehe, inilah akibatnya ketika kamu mencoba membantahku! Karnias, aku sudah lama membenci keberadaanmu yang terus saja muncul dan menolak untuk lenyap selayaknya kecoa! Jangan pikir kau bisa merendahkan diriku! Aku ini adalah pewaris Keluarga Kragar, pria sukses yang digandrungi oleh semua orang. Bagaimana mungkin lalat rendahan sepertimu mencoba untuk merendahkan dan memerintahkan diriku semaunya? Jangan harap!” ujar Donfa Kragar tampak melampiaskan amarahnya juga.

Karnias Saputri mendengar perkataan itu, tapi tidak bisa membalasnya sama sekali. Kondisinya sendiri saja sudah sangat terdesak sedemikian rupa ketika hanya berusaha melindungi wajah dan kepalanya yang terus menerus ditampar berulang kali. Rasa cinta di dalam hatinya hancur lebur tak bersisa sedikit pun, tapi kebenciannya seolah mendapatkan pencerahan ketika meningkat secara drastis.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SUAMI JAGOAN ISTRI MENDERITA   BAB 7 : Ratapan Hati (Part 7)

    “Tuan Jurgan Kragar? Malam-malam begini, mengapa beliau menghubungi saya? Mungkinkah karena urusan besok di perusahaan cabang bersama Tuan Muda Donfa Kragar?” gumam Pak Buwir seolah mencoba menebak-nebak kemungkinan tersembunyi mengapa dirinya dihubungi oleh ayahnya Donfa Kragar secara langsung.Tak ingin terus menebak-nebak tanpa dasar alasan yang jelas, Pak Buwir segera menjawab panggilan masuk tersebut. “Halo, Tuan! Ada yang bisa saya bantu, Tuan?”Pak Buwir tampak berhati-hati dalam kata-katanya. Di sisi lain, Jurgan Kragar tengah berada di dalam ruang kerja, tepat di kediaman utama milik Keluarga Kragar. Ekspresi wajahnya yang sudah keriput begitu sulit ditebak, tapi jelas sekali kalau sorot matanya begitu dingin rasanya.“Hmph! Bocah nakal itu ada di mana sekarang? Dari tadi saya coba hubungi, malah tidak dijawab-jawab dan bahkan sengaja dimatikan! Sudah bosan hidup kah, bocah tidak tahu diuntung itu, hah?!” teriak Jurgan Kragar begitu nyaring terdengar meski sebatas panggilan m

  • SUAMI JAGOAN ISTRI MENDERITA   BAB 6 : Ratapan Hati (Part 6)

    Meski berisik dengan suara-suara lagu yang diputar, keheningan di antara orang-orang di dalamnya terasa sangat jelas apabila diamati. Semuanya berfokus kepada Donfa Kragar seolah menyiratkan kalau Donfa Kragar memilih untuk diam, maka semuanya akan diam di detik itu juga.Untungnya, tidak lama kemudian ada seorang pelayan yang mengetuk pintu kemudian masuk ke dalam. Ternyata, pelayan tersebut mengantarkan sejumlah botol yang jelas isinya adalah minuman keras yang memabukkan. Kedua temannya seolah menemukan angin segar untuk memulai pembicaraannya sekali lagi.“Hehe, akhirnya yang dinantikan tiba juga. Minum lagi, ayo minum lagi semuanya! Puaskan dirimu dan lepaskan beban yang mengusik pikiran kita semua!” seru salah satu temannya Donfa Kragar.Mendengar itu, Donfa Kragar melirik sejenak sebelum berkata, “Baiklah, ayo minum saja sepuasnya! Tak lama lagi, aku harus segera pulang juga!”“Haha, wokeh!” sahut semua orang bersamaan.Mereka bersemangat dalam hati masing-masing sampai menegak

  • SUAMI JAGOAN ISTRI MENDERITA   BAB 5 : Ratapan Hati (Part 5)

    Karnias Saputri melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam lebih lima belas menit. Dalam keheningan, Karnias Saputri bergumam pelan, “Jam sembilan malam ya? Masih ada cukup waktu untuk menyelesaikan sisa pekerjaanku ini. Semangat Karnias, kerja keras pastinya tidak akan mengkhianati hasil akhirnya!”Sambil menepuk pipinya sendiri, bola matanya Karnias Saputri langsung terbuka lebar-lebar sebagai tanda dirinya yang tidak kenal lelah. Karnias Saputri termasuk beruntung karena bisa mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan cabang milik Keluarga Kragar. Penerimaan karyawannya tidak mematok ijazah kuliah sehingga Karnias Saputri yang masih SMA bisa ikut melamar.Tentunya, Karnias Saputri tidak melamar dengan tangan kosong apalagi tanpa persiapan sedikit pun. Bisa dibilang kalau Karnias Saputri termasuk orang yang cerdas. Meski tidak terlalu memukau secara akademik, setidaknya dia tekun dan teliti sehingga pekerjaannya sangat enak dilihat mata.Karnias Saputri

  • SUAMI JAGOAN ISTRI MENDERITA   BAB 4 : Ratapan Hati (Part 4)

    “Bu Karnias, maaf ya! Suamimu akan saya manjakan hari ini! Mungkin lain kali bakal jadi giliran Anda! Mu–mungkin juga tidak, ah…!” ucap Bu Linda dengan suara lembut sebelum terputus ketika merasakan sengatan listrik dari salah satu puncak gunung kembar miliknya yang dihisap dengan ganasnya oleh makhluk buas bernama Donfa Kragar.Karnias Saputri melotot ketika mendengarnya sekaligus geram ketika melihat pemandangan suaminya sendiri begitu ganas meremas dan menghisap tubuh sensitif yang besar sekaligus kenyal miliknya Bu Linda, tepat di depan matanya. Perasaan marah, benci, dan dendam yang sulit terlukiskan terasa bercampur aduk menjadi satu dalam momen bejat semacam itu.Pengalaman hidup yang mustahil dilupakan oleh Karnias Saputri, tak peduli apa yang terjadi ke depannya. Entah berapa lama rasa mengganjal di dalam hatinya akan terus ada. Selama terus didiamkan dan tidak ada sesuatu yang dapat melunturkannya, perasaan rumit akan terus menerus mendiami isi hatinya hingga membuatnya kehi

  • SUAMI JAGOAN ISTRI MENDERITA   BAB 3 : Ratapan Hati (Part 3)

    “Donfa Kragar, mencintai pria laknat sepertimu benar-benar kesalahan terbesar dalam hidupku! Aku pasti akan mengingat rasa sakit ini seumur hidupku! Kau tunggu saja balasan dariku, pasti berkali-kali lebih dahsyat dari penyiksaanmu selama ini!” pikir Karnias Saputri dalam hatinya yang benar-benar membenci dan mulai menyimpan dendam.Donfa Kragar tidak tahu isi hatinya Karnias Saputri, lebih tepatnya memang tidak mau tahu sama sekali. Alhasil, Donfa Kragar semakin ganas terus memukuli istrinya sendiri tersebut tepat di hadapan selingkuhannya. Sebuah kelakuan bejat yang sungguh sulit digambarkan hanya beberapa kata saja. “Gawat! Donfa ini benar-benar sudah terlalu berlebihan! Aku harus menghentikannya sekarang juga!” pikir Bu Linda yang sudah tak tega melihat Karnias Saputri terus menerus digampar selayaknya samsak tinju oleh Donfa Kragar tanpa memberikan sedikit pun perlawanan.“Cukup, Pak Donfa! Jangan terlalu keras memukulinya! Nanti kalau dia pingsan, bakal sulit mengurusnya! Lagi

  • SUAMI JAGOAN ISTRI MENDERITA   BAB 2 : Ratapan Hati (Part 2)

    Karnias Saputri segera menunjukkan jari telunjuknya sambil melangkah maju ke arahnya Bu Linda. Raut wajahnya yang cantik benar-benar memudar dengan amarahnya yang memuncak hingga membuatnya mendidih karena tak tahu harus berbuat apalagi demi melampiaskan amarahnya yang mengganjal di dalam hatinya tersebut.“Kau…! Masih beraninya kau tersenyum mengejek kepadaku, hah?! Dasar rubah berbisa, kau pantas mati seribu kali!” teriak Karnias Saputri dengan nada tinggi ketika mengutuk Bu Linda dalam amarahnya.Donfa Kragar menyipitkan matanya ketika mendengar bentakan istrinya tersebut. “Lancang sekali mulutmu, hah?! Cepat minta maaf yang tulus kepada, Bu Linda! Jangan coba-coba berani beranjak pergi dari tempat ini sebelum kau melakukannya tepat di depan hadapanku dan Bu Linda! Minta maaf sekarang juga!”Karnias Saputri yang sudah kehilangan akal seolah kembali tersadar dari amarahnya. Tatapan matanya seolah tidak percaya ketika mendengar suaminya berkata-kata tidak tahu malu dan mustahil masuk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status