MasukPagi harinya, Mayang kembali harus bangun dan sarapan sendiri di kamarnya.
"Maaf, sayang! Besok mama papa harus pergi pagi-pagi sekali. Ada beberapa relasi bisnis yang belum kami temui. Mereka juga akan kami undang ke acara pernikahan kamu." Ujar sang mama semalam.
“Huuuh, kenapa dengan orang-orang ini? Ini bukan liburan sama sekali. Aku cuma jadi penunggu kamar saja.” Sungutnya lalu melahap roti isi ke dalam mulutnya.
Ting tong. Bel kamar berbunyi sebelum ia mengunyah makanan di mulutnya.
‘Siapa pagi-pagi begini?’ Keningnya berkerut menoleh ke arah pintu. Dengan langkah malas ia berjalan dengan mulut penuh.
“Ohayoo gozaimasu!” Suara itu terdengar sebelum pintu benar-benar terbuka.
'Kenshi?' Mayang heran dengan mulut yang masih mengunyah. Kenapa pria itu pagi-pagi sudah ke datang ke kamarnya?
“Apa kabar nona?” Tanya pria itu masih dengan sikapnya yang ramah meski sedikit geli melihat gadis itu menutup mulutnya sambil berusaha menelan makanannya.
“Sebentar, bagaimana kamu tahu kamar ini? Oh ya, kamu kan bekerja disini.” Seru Mayang setelah mulutnya kosong lalu spontan melongok keluar kamar sembari celingukan kesana kemari, membuat mata Kenshi mengikuti arah pandangan gadis itu.
“Em, apa yang anda cari, nona?”
“Apa kamu bertemu orang tuaku?” Celetuk Mayang melihat ke arahnya.
“Tidak, nona!”
Keduanya saling bertemu pandang, membuat Mayang sempat salah tingkah. Bagaimana tidak, mata elang itu dari kemarin selalu menatap langsung ke matanya.
Kenshi hanya tersenyum sambil menahan senyumnya. Mayang jadi jengah memikirkan alasan kenapa lelaki itu menertawakannya.
“Em, baiklah. Kalau tidak ada yang penting, aku hanya ingin melanjutkan sarapanku.“ Ujarnya melangkah mundur lalu hendak menutup pintu.
“Chotto matte. Maaf, maaf Nona, sebentar!” Kenshi menahan pintunya sebelum benar-benar tertutup. “Orang tuamu berpesan, apa hari Nona ingin jalan-jalan keliling kota?”
Mayang tertegun lalu tampak berpikir sesaat mencoba memahami maksud kata-kata Kenshi. Apa mungkin Kenshi ini semacam guide pribadi yang bekerja untuk papanya selama dia berada di Jepang ini? Mayang menyimpulkan demikian lalu mengangguk-angguk sendiri.
'Iya juga sih, daripada menjadi penunggu kamar!' pikir Mayang.
“Baiklah. Kalau begitu, tunggu sebentar!” Ujarnya sembari buru-buru menutup pintu meninggalkan Kenshi yang terpaku di luar kamar sambil tertawa menyadari spontanitas gadis itu.
Dan benar saja, tak berselang lama pintu kamar terbuka lagi dengan Mayang yang sudah berganti kostum. Gaun selutut berwarna salem tampak serasi dengan outer hijau lengan panjang berenda dan tas slempang kecil.
Kenshi sempat tertegun. Baru beberapa menit lalu ia melihat sosok itu begitu santai dengan rambut bergelung dan sack dress bercorak dengan bahu terbuka, dan kini sosok itu tampak elegan dalam balutan gaun simple yang selaras dengan warna kulit kuning langsatnya dengan rambut hitam yang dibiarkan tergerai. Meski tanpa dandanan mencolok di wajahnya, namun Kenshi berpikir gadis itu terlihat manis di matanya.
Mayang jadi gugup menyadari pria di hadapannya sedang memandanginya tak berkedip. Ia memilih segera menutup pintu kamarnya lalu berjalan lebih dulu.
“Ehm, apa masih ada yang kita tunggu?” Sahut Mayang sontak membuat Kenshi tersadar dan segera menutupi keterpukauannya tadi dan menyusul gadis itu menuju lift.
Sepanjang perjalanan di dalam mobil pun, Kenshi beberapa kali mencuri pandang ke arah Mayang. Meski tadinya gadis itu berusaha acuh, namun akhirnya ia mulai merasa jengah karena pria itu sering mencuri pandang ke arahnya tanpa sebab.
“Kita sebenarnya mau kemana?” Tanyanya memecah kebisuan di dalam mobil.
“Bagaimana dengan Tokyo Dome?“ Kenshi melirik dan mendapati gadis itu mengendikan bahunya. Dia yakin gadis itu belum pernah ke sana, terlebih ini adalah kali pertamanya ia datang ke Tokyo.
“Tokyo Dome?”Mayang tampak berpikir sejenak.”Baiklah. Aku juga kan tidak tahu itu tempat apa. Aku ikut saja!” Sahut Mayang mengiyakan meski dia penasaran lalu mulai melihat layar gawainya dan membuka mbah g****e.
“Apa kamarnya nyaman?” Tanya Kenshi mencoba membuka percakapannya santai. Gadis itu hanya menjawab dengan deheman dan anggukan halus. Menyadari gadis itu tampak enggan menanggapi, akhirnya ia pun mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih jauh, terlebih Mayang terlihat asyik dengan gadjetnya sambil melihat pemandangan sekitarnya antusias. Meski begitu sesekali Kenshi masih mencuri pandang lewat spion kabin untuk sekedar menilik wajah gadis di kursi belakang.
“Wow!” Mayang terlihat takjub saat turun dari mobil.
Sebuah bangunan megah dari kaca berbentuk kubah besar menjulang, memaksanya menelan ludah. Meski tadi ia sempat melihat lewat gambar di ponsel, tapi kenyataannya ia terpana dengan bentuk asli dari bangunan yang dinamakan Tokyo Dome itu, yang menjadi salah satu taman hiburan terbesar di kota Tokyo.
Mereka berdua sudah berada di pelataran pintu masuknya yang ramai oleh para pengunjung dan wisatawan seperti dirinya. Masih terpana dengan pemandangan itu, ia sengaja mengambil foto selfi dirinya karena Kenshi tampaknya biasa saja dan tak terlalu tertarik untuk berfoto.
Kenshi hanya memperhatikannya dan beberapa kali menarik lengan gadis itu yang hampir bertubrukan dengan pengunjung lain karena keasyikan berselfie ria.
Kenshi berhenti di salah satu pintu gerbang dan ikut mengantri di salah satu konter karcis. Mayang terlihat bingung lalu menghampiri Kenshi.
“Kenapa kemari, apa kita akan masuk?” Mayang celingukan. Apa Kenshi serius akan mengajaknya masuk ke dalam wahana permainan?
“Apa kamu pikir aku masih anak-anak?” Gumam Mayang seolah protes. Padahal hatinya senang bukan kepalang.
Kenshi tertawa kecil, memperlihatkan lesung pipit di salah satu pipinya, membuat mata gadis itu sempat tak berkedip. Untuk sejenak ia mulai menyadari wajah tampan di sampingnya. Tapi ia cepat-cepat membuyarkan pikiran konyolnya barusan.
“Chotto…anggap saja, ini liburanmu selepas wisuda. Bagaimana, mau masuk sekarang?” Ajak Kenshi sambil berlalu meninggalan Mayang yang masih bengong.
'Hah! Bagaimana dia bisa tahu kalau aku baru wisuda?'
Mayang POVUjung mataku menangkap seseorang ikut duduk di samping bangku yang kutempati. Reflek aku menoleh sekedar mencari tahu.“Kenshi? Apa yang kamu lakukan di sini?”Aku terlonjak kaget menyadari orang disisiku ini adalah Kenshi. Laki-laki yang baru saja ingin kuhilangkan dari pikiranku, ternyata berada disini, tepat di sampingku. Aku pun celingukan heran.“Hanya ingin menghirup udara segar!” Suara Kenshi terdengar datar.Hmm...ya...mungkin dia masih marah. Suaranya masih terdengar dingin seperti kemarin.Walau masih terkejut karena kehadirannya yang tiba-tiba, aku hanya menelan ludah karena tenggorokanku rasanya tercekat.“Apa disini cukup nyaman?” Tanyanya tiba-tiba, masih tanpa menatapku lain dari yang biasa dia lakukan.“Ehm…ya.” Aku pun hanya menjawab sekenanya lalu berpaling darinya.Pertanyaan apa itu? Apa itu semacam perhatian atau hanya basa basi belaka. Sungguh, meski sempat takut, tapi aku sangat ingin melihat wajahnya lagi. Entah perasaan apa lagi ini, aku pun mema
“Moshi moshi!”“Kenshi...apa Mayang menemuimu?” Kenshi segera menyadari suara diujung telpon.“Ya, Nyonya. Kemarin saya bertemu hanya sebentar. Apa ada masalah?”“Mayang belum kembali ke kamar sejak semalam!” Suara Nyonya Kori terdengar gusar lalu diiringi isak tangisnya.Deg. Dada Kenshi tiba-tiba berdegup kencang.“Semalam?”, Kenshi lantas berdiri dari kursinya,”Apa dia tidak bisa dihubungi?” Tanyanya.“Tidak. Dia tidak membawa ponsel, koper ataupun pakaiannya. Semuanya masih di hotel. Sepertinya dia hanya membawa tas tangan. Kenshi, maaf mengganggumu. Kami pikir, mungkin dia menemuimu.” Suara diujung telepon tiba-tiba terputus.Kenshi mencoba berpikir sejenak. Gadis itu baru pertama kali ke Tokyo, belum banyak tempat yang bisa dia kunjungi, terlebih lagi tidak ada sanak familinya disini.*Kenshi sempat terpukul dengan pembatalan sepihak itu. Bagaimana pun semua kejadian itu tidak terduga. Tak dapat dipungkiri perasaannya yang tidak menentu membuatnya segera menemui sang ayah, oran
Dalam dunia bisnis menjalin rekanan dengan beberapa perusahaan itu sudah merupakan hal lumrah. Berbagai intervensi dari luar mungkin terjadi, demi memperkuat kondisi perusahaan, selain lewat merger juga melalui jalur pernikahan kedua keluarga. Seperti yang terjadi pada Kenshi dan Mayang. Pertimbangan bisnis lebih diutamakan daripada perasaan.Namun selalu saja ada pihak ketiga yang ingin masuk ke dalam lingkaran itu. Tentu saja untuk mencari keuntungan lewat jalan singkat, dengan cara-cara yang tidak lazim dan licik.Daiguchi adalah salah satunya. Perusahaan itu pernah menjadi rekan bisnis Takeda. Namun dalam perjalanan bisnisnya Daiguchi selalu mencari keuntungan sendiri dan merugikan pihak lain, sehingga Takeda pun memutuskan kerja samanya demi menjaga profesionalitas dan kesinambungan saham dengan pihak lain. Meskipun harus menderita kerugian yang tidak sedikit, hal itu justru menyelamatkan perusahaan, karena tak lama sejak pemutusan kerjasama, Daiguchi menghadapi masalah hukum den
Mayang POVDisinilah kami, berjalan santai di jalanan plaza sebelum kembali ke hotel."Aku minta maaf, tidak sempat menemanimu. Kebetulan kolega-kolegaku dari Korea datang." Kenshi membuka obrolan."Sinca, aku yang seharusnya minta maaf, tidak bisa ikut menemanimu menemui mereka karena keterbatasanku. Hm, chaebol" Ujarku jujur. Tanpa sadar aku meringis kecil menahan rasa linu di kakiku karena highheels baru."Kamu mengerti, sinca? chaebol??" Kenshi tersenyum penasaran. Aku hanya mengendikkan bahu."You know, some of my friends at the party, they have talked about you. They praised you!""Ha...you must be kidding me!""No, its true. They said, you are really a beautiful Asian woman. I'm obviously jealous.""What? Jealous?""Ya. This is the first time I feel like someone is making me jealous."Keningku mengkerut. Kupercepat langkahku karena kurasakan wajahku mulai memanas."Seriously., I'm not kidding. They said you're pretty, ecotik, proporsional and otentic." "Ish, kamu gombal, Kensh
MAYANG POVKenshi mengajakku ikut dalam sebuah acara pertemuan dengan beberapa klien. Awalnya aku ingin menolak, karena kupikir aku belum siap mendampingi Kenshi dalam acara bersifat resmi seperti itu, apalagi aku masih belum berstatus istrinya yang sah. Namun kedua orang tuaku, terutama mama, menyarankan atau lebih tepatnya memaksa untuk menerima ajakan Kenshi itu. Apalagi acara pertemuan itu begitu penting, atau lebih tepatnya pesta perayaan setelah Kenshi berhasil mendapatkan tender besar dari perusahaan Korea yang tempo hari ia temui saat festival Kembang Api.Kenshi menjemputku di lobi hotel dan membawaku bertemu dengan rekan-rekan kerjanya di sebuah pesta kebun."Hello!""Oh, hi!".Aku terkejut ketika seorang wanita semampai menegur di sebelahku saat aku sedang memilih beberapa makanan appetizer."Kimi wa Kenshi no fiansena nda ne (Jadi anda tunangan Kenshi-san)""I'm sorry, miss, I can't speak Japanese," ungkapku jujur."Well...well...well...so you fluent in English. But still
Suara dering telepon membuat Mayang tergopoh-gopoh keluar dari kamar mandi. "Ya, halo! Assalamualaikum!""Wa'alaikumsalam. Hai, May! Gimana kabarnya?"Deg. Dada Mayang berdegup mendengar suara yang familiar di ujung sana."Ri... Rian!""Iya. Syukur kalo kamu masih inget. Aku dengar kamu di Jepang, ya?""Em, iya. Kamu sendiri, gimana kabarnya? S2 kamu dimana?" Mayang bertanya gugup."Di Jepang. Kamu pasti kaget, kan!”Deg. Mayang menutup matanya seraya menunduk lesu. Rupanya masa lalunya belum benar-benar berlalu.“Kalau waktu itu aku bilang S2 ku ke Jepang, seharusnya kamu gak harus nolak aku kan, May! Kita toh akan ketemu lagi.”Mayang tak berkutik. Ia tak bisa membayangkan jika Rian mengetahui kenyataan yang sebenarnya alasan dirinya berada di Jepang.“Aku tahu kamu masih bimbang. Tapi aku masih di sini, May! Menunggu kamu."Ingatan masa lalunya kembali berkelebat. Saat-saat dimana ia mulai memasuki dunia kampus. Saat-saat dimana ia menikmati kebersamaanya bersama kawan-kawannya di







