"Apa kabar Tante?" tanya Arlando dengan penuh hormat pada Mamanya Qeiza."Kamu ...," wajah Mama seperti sedang mengingat sesuatu. "Arlando?!" Qeiza menarik tangan Arlando agar berdiri di sampingnya. "Iya, ini Arlando!""OMG! Mama pikir yang datang selebritis." Mama melihat dari atas sampai bawah. "Kamu ganteng banget nak dan juga sangat tinggi."Qeiza terkekeh. "He-he-he. Mungkin di luar negeri, Arlando makannya pohon bambu makanya jadi tinggi begini.""Hush!" tegur Mama pada Qei kemudian memanggil suaminya. "Pa, ke sini Pa! Kita kedatangan tamu."Tak lama seorang pria berumur limapuluh tahunan datang. "Ada apa Ma?!" tanya Papa."Lihat Pa, kita kedatangan tamu. Apa Papa masih ingat dengan dia?!" tanya Mama pada suaminya.Kening Papa mengernyit menatap wajah Arlando. "Dia ini ..."Dengan segera Arlando menyalami pria yang akan menjadi mertuanya. "Hello Om Bram.""Arlando! Kamu Arlando bukan?!" tanya Om Bram.Arlando mengangguk. "Iya Om!""Sampai pangling Om melihatmu." Om Bram kemudi
Wajah Arlando langsung berubah kecut. "Sialan, si brengsek itu tidak mau melepaskan Qei! Akan kuberi pelajaran dia!" dalam hati Arlando meluapkan marahnya. "Aku dan Damar sudah putus!" ucap Qei kesal. "Tidak ada urusan lagi!""Sudah putus?!" Mama kaget. "Apa putus karena kalian ...."Qeiza langsung memotong. "Ma! Tidak seperti apa yang Mama pikirkan!"Tuan Bram menepuk pelan punggung tangan istrinya. "Ssttt, dengarkan dulu mereka bicara.""Tapi Pa, ini terlihat aneh. Kita tahu, Qei dan Damar itu sedang ...."Lagi-lagi sang suami menepuk punggung tangan istrinya agar berhenti bicara.Setelah terdiam beberapa saat, Arlando kembali membuka pembicaraan. "Om, Tante. Pertama-tama saya minta maaf, mungkin dengan niat baik saya ini telah membuat Om dan Tante terkejut dan bingung.""Tentu saja kita berdua bingung," ucap Mama Qei. "Tidak ada hujan, tidak ada angin tiba-tiba membicarakan pernikahan."Arlando melirik sebentar pada Qei. "Tapi asal Om dan Tante tahu, saya benar-benar tulus ingin m
Mama menatap heran. "Ya sudah kalau tidak mau, kita batalkan pertemuan keluarga malam ini!" ujar Mama pergi ke luar kamar. "Kalau bisa dibikin gampang, ngapain dibikin susah?!""Batalkan?!" gumam Qeiza. "Eh, Mama! Tunggu!" panggilnya teriak, bergegas ke luar menyusul Mamanya. Papa hampir saja tabrakan dengan Qeiza begitu ke luar dari kamar. "Astaga!""Sorry, Pa!""Bikin kaget saja!" ucap Papa melihat punggung putrinya semakin pergi menjauh.Di dapur, Mama sedang bicara dengan si Mbak Sum. "Ma," panggil Qeiza langsung berdiri di samping Mamanya."Ada apa lagi?!""Acara nanti malam jangan dibatalkan," jawab Qei. Mama melangkah pergi. "Bukankah tadi kamu sendiri yang bilang, tidak mau ada acara pertemuan lagi dengan keluarga Arlando? Mama sekedar mengikuti keinginan mu itu."Qeiza sejenak menghela napas sebelum mengikuti Mama dari belakang. "Bukan begitu maksudku. Mama jangan salah paham!" Mama berhenti melangkah, membalikkan tubuh menatap tajam wajah putrinya. "Qeiza Noura! Ini pern
"Selamat atas pernikahan mu!" Damar berdiri depan Qeiza mengulurkan tangan untuk memberi selamat. "Nyonya Meshach!""K-kamu," gugup bercampur kaget langsung menyelimuti Qeiza. "Kamu ada di sini?!"Damar tersenyum sinis. "Kamu lupa siapa aku?!"Qeiza baru ingat kalau Damar bukan orang sembarangan, begitu-begitu juga Damar anak pemilik perusahaan yang bapaknya cukup disegani. Sudah pasti, keluarga Meshach yang mengundang orangtua Damar karena mereka tidak tahu."Aku cukup kaget ketika mendengar kabar kamu akan menikah," ucap Damar. "Tidak menyangka sama sekali. Jangan-jangan ...," Damar berbisik di telinga Qeiza. "Suamimu itu hanya pelarian saja. He-he," bisiknya meledek. "Karena kamu sakit hati telah aku selingkuhi."Darah Qeiza berdesir hebat, andai tidak banyak orang di sekitarnya, sudah ditonjok wajah si Damar yang menyebalkan itu. "Tapi ngomong-ngomong," Damar melihat Qeiza dari atas sampai bawah. "Kamu sangat cantik. Jujur, aku sangat iri dengan si Arlando itu!"Tangan Qeiza terk
Qeiza menggeliat, "mmm,,,," perlahan matanya mengerjap beberapa kali. Suasana gelap menyelimuti kamar.Terdiam beberapa detik untuk mengumpulkan kesadarannya, Qeiza menggeliat lagi. "mmm,,,," sampai tangannya menyentuh sesuatu yang empuk dan hangat. "Apa ini?!"Wajah blasteran tidur dengan nyenyaknya di samping Qeiza."Aku di mana?" Qeiza melihat ke seluruh ruangan yang nampak temaram hanya dibantu pencahayaan lampu tidur.Qeiza kembali melihat wajah Arlando. "Suamiku? Hi-hi-hi," cekikikan kecil terdengar dari bibir Qeiza setelah ingatannya kembali sempurna. "Nyonya Meshach? Bagus juga status baru yang ku sandang."Kedua bola mata Qeiza tak lepas menatap wajah Arlando. "Tampan juga, hidungnya tinggi kayak gunung Everest, alisnya juga sangat tebal. Beruntung sekali wanita yang bisa menaklukan hatinya." Rasa penasaran menggelayuti Qeiza ingin memegang hidung Arlando yang menjulang tinggi. "Kira-kira bangun atau tidak kalau ku pegang? Hi-hi-hi.""Sudah puas melihat wajahku?!" tanpa di
Arlando masuk begitu saja ke dalam rumah tanpa menghiraukan istrinya. "Kenapa cepat-cepat pulang?!" tanya Mami pada menantunya."Arlando banyak pekerjaan," jawab Qeiza memberi alasan. "Aku juga besok harus ke butik, ada beberapa desain baju rancanganku yang harus aku ambil di rumah."Mertua dan menantu itupun masuk. Setelah berbincang sekedar basa basi, Qeiza pergi ke kamar Arlando."Aku akan pulang ke rumah," ucap Qeiza."Jangan pulang malam!" Arlando mengingatkan. "Aku pulang dari kantor, kamu sudah harus ada di rumah!"Qeiza hendak ke luar kamar, kembali memutar tubuhnya ke belakang. "Kamu tidak bisa mengaturku!"Arlando berdiri di depan Qeiza. "Itu salah satu point' yang ada dalam perjanjian kontrak pernikahan kita," bisiknya di depan telinga Qeiza.DEG!Jantung Qeiza seakan berhenti sejenak, disertai bulu kuduk yang meremang, begitu Arlando berbisik di telinga. Wangi parfum maskulin langsung menyeruak masuk ke penciuman."Ingat itu baik-baik!" sambung Arlando tersenyum manis men
"Baru ditinggal beberapa jam, sudah mengeluh," ledek Mami. "Kamu kangen dengan suamimu?!" Wajah Qeiza merona merah, untung saja lampu pencahayaan lampu ruangan tidak terlalu terang sehingga Mami tidak begitu jelas melihatnya. "Kamu harus membiasakan diri," lanjut Mami. "Kamu tahukan posisi Arlando di perusahaan sebagai apa?!" Qeiza mengangguk."Good!" ucap Mami merapikan poni yang menghiasi wajah mungil menantunya. "Kamu tahu sayang, Mami sangat senang ketika Arlando mengatakan akan menikah denganmu. Selain kita sudah mengenal bibit, bebet dan bobot keluargamu, kita juga sudah sangat mengenal kamu dari kecil."Qeiza tersenyum. "Iya Mam.""Sayang, jadilah istri yang baik untuk putraku, cintai dengan sepenuh hatimu dan tentunya segera berikan kami cucu-cucu yang cantik dan tampan."Qeiza tertegun. "Cucu," gumamnya pelan. "Dua atau tiga cucu juga tidak apa-apa atau kalian ingin memberikan cucu yang banyak juga tidak masalah, justru kami akan sangat senang." Mata Mami nampak berbinar
"Kamu marah?!" "Aku juga tidak punya hak untuk marah padamu," jawab Qeiza tanpa mau melihat suaminya. "Pekerjaanku masih banyak, kalau tidak ada yang penting, sebaiknya kamu pergi dan jangan datang ke butik lagi." Setelah itu, Arlando hanya berdiri termangu melihat Qeiza pergi begitu saja.Seharian Qeiza tidak fokus bekerja. Jarum jahit yang selalu menjadi teman setianya begitu kejam telah menusuk ujung jari telunjuknya. "Hati-hati sayang," Madam langsung memberikan tisu. "Thank you Madam," Qeiza menutup jari telunjuknya yang berdarah dengan tisu.Madam sejenak menatap wajah Qeiza. "Apa kamu baik-baik saja?!""Aku tidak apa-apa," jawab Qeiza kembali meneruskan pekerjaannya berdiri di depan patung manekin. Madam mengambil tas tangan. "Saya ada acara keluarga di luar kota. Mungkin akan menginap beberapa hari di sana. Mita dan Cris sudah saya kasih tahu. Jika ada apa-apa dengan butik, segera hubungi saya.""Ok, Madam," jawab Qeiza datar. Siang panas terik matahari telah berganti me