Share

Hukuman Untuk Leona

Melihat Rehan, Andrew pun langsung berdiri mengulurkan tangan.

“Perkenalkan, namaku Andrew, aku adalah sepupu Leona,” ujarnya yang tak ingin suami sepupunya salah paham.

Rehan hanya mengangguk tanpa membalas uluran tangan Andrew. Rehan menatap Andrew dengan tatapan membunuh membuat Andrew takut sendiri.

“Sayang, kita pulang yuk, aku kangen banget sama kamu, dan aku ada hadiah untuk kamu dari luar kota,” ajak Rehan dengan tatapan menghunus tajam pada sang istri.

Leona yang paham maksud suaminya langsung mengangguk. “Kak Andrew, aku pamit dulu, lain kali kita bertemu lagi,” ujar Leona.

“Hati hati Leona, kabari aku jika kamu ada waktu. Byee,” sahutnya.

Rehan mendorong kursi roda Leona sampai ke parkiran. Sementara Andrew menatap kepergian sepupunya dengan raut wajah penuh kekecewaan.

Sudah lama Andrew mencintai Leona, hanya saja, gadis itu hanya menganggapnya sebagai Kakak.

“Bibi, kamu pulang dengan sopir, biar Leona pulang sama aku,” titah Rehan.

“Baik Tuan. Non, Bibi pulang dulu,” pamitnya

Tubuh Leona sudah menegang mendengar ucapan suaminya, dia bahkan tak mengindahkan perkataan Bibi. Dia sudah merasa kalau suaminya bakalan menghukumnya jika mereka hanya berduaan saja.

“Kak, aku minta maaf. Tadi aku hanya ingin makan saja diluar, sungguh, aku tidak bermaksud menemui orang lain,” jelas Leona seraya memegang lengan suaminya.

“Rupanya kamu sadar kesalahanmu, baguslah. Sekarang kita masuk ke mobil,” kata Rehan.

Rehan pun menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Di dalam mobil, Rehan bertanya pada sang istri, “karena kamu sudah tahu dimana letak salahmu. Sekarang, aku beri kamu kesempatan untuk memilih. Mau langsung dihukum, apa kita senang senang dulu?”

Leona terus menggelengkan kepalanya, “Please Kak, jangan hukum aku. Aku bakalan lakuin apapun keinginan Kakak, asal Kakak tidak menghukumku,” pinta Leona.

Rehan tersenyum licik, “baiklah, karena kamu akan melakukan apapun. Kita akan pergi sejenak untuk bersenang senang,” ujarnya.

Leona hanya bisa pasrah meski dia tahu istilah senang senang yang dimaksud suaminya, bukanlah seperti apa yang dia bayangkan. Namun, dia berharap, sang suami tidak akan memukulinya lagi seperti malam itu.

Leona dan juga Rehan sudah sampai di sebuah restoran. Rehan sengaja mengosongkan restoran itu supaya dia bisa menghukum istrinya dengan sesuka hati.

“Bagaimana? Kamu suka tempatnya?” tanya Rehan.

Leona hanya mengangguk saja, dia tidak ingin bermimpi terlalu jauh mengingat bagaimana kejamnya Rehan memperlakukannya kemaren.

“Karena kamu tadi sudah berjanji melakukan apapun, bagaimana kalau kita sedikit bermain. Kalau kamu bisa menjadi istri yang baik, maka aku akan melepaskanmu,” kata Rehan.

Ucapan Rehan bagaikan angin segar untuk Leona.

“Benarkah, kalau begitu, Kakak ingin apa?” tanya Leona.

“Masakkan aku makanan seperti yang ada di gambar ini. Kalau rasanya enak, aku akan melepaskanmu. Tapi kalau tidak hukuman untukmu akan aku tambah,” jawab Rehan.

Leona segera melihat gambar makanan yang diinginkan oleh Rehan. Bermodal turorial dari mbah gogo dan juga toutup, Leona mengeksekusi semua bahan yang ada. Meski berada di kursi roda, Leona mahir memainkan alat dapur.

Beberapa saat kemudian, masakannya sudah matang. Leona pun mencicipinya.

“Mmmhh rasanya sudah pas,” gumamnya.

Dia berharap, masakannya sesuai dengan selera Rehan, karena menurut Leona, hasil masakannya tidak buruk.

Leona membawa makanan itu ke depan Rehan. “Ini Kak, dicoba dulu makanannya.”

Leona membawa kursi rodanya didepan Rehan. Dia harap harap cemas menunggu komentar Rehan tentang rasa masakannya.

Rehan makan dalam diam. Hampir separuh makanan tersisa. Leona berpikir, masakannya sudah cukup enak, hingga Rehan memakannya.

“Sini,” titahnya.

Leona pun menjalankan kursi rodanya mendekati Rehan. Tanpa kata, Rehan langsung memegang kepala Leona lalu membenamkannya di piring tadi.

Wajah Leona sudah penuh dengan makanan saat Rehan mengangkat kepalanya.

“Ini yang kamu sebut makanan, bahkan nasi dengan garam saja rasanya lebih enak dari masakanmu,” teriaknya yang kembali membenturkan kepala Leona di piring tadi.

“Maafkan aku Kak, aku akan ganti makanannya,” iba Leona seraya membersihkan sisa makanan yang menempel di wajahnya.

“Tidak perlu, sekarang hukuman untukmu sedang menanti disana,” ujarnya.

Rehan mendorong kusi roda Leona memasuki sebuah ruangan, disana sudah tersedia ranjang dan juga kamar mandi didalamnya.

“Kak, apa restoran ini milikmu?” Tanya Leona mencoba mengalihkan perhatian suaminya.

“Tidak perlu bertanya macam macam, cukup tunggu saja hukuman untukmu,” jawab Rehan.

Wajah Leona sudah pucat pasi, bayangan pukulan dan cambukan yang Rehan lakukan kemaren menari nari di kepalanya. Dia yakin kali ini, tubuhnya tidak akan lepas dari hukuman yang Rehan lakukan.

“Kak, please jangan pukuli aku lagi Kak,” ujarnya seraya menutupi lengannnya.

“Tidak, kali ini aku tidak akan memukulmu, asalkan kamu menurut padaku,” kata Rehan.

Leona pun mengangguk patuh.

“Bagus, sekarang siapkan dirimu. Setelah aku keluar dari kamar mandi, aku akan menagih hakku sebagai seorang suami,” kata Rehan.

Leona sedikit bernafas lega, paling tidak, dia tidak akan dipukuli. Leona buru buru mencari baju tidur di dalam lemari yang ada disana. Tidak peduli baju siapa yang ada disana, Leona pun memakainya dengan cepat.

Dia lalu sedikit merias wajahnya dengan bedak dan juga foundation untuk menutup memar akibat benturan di piring tadi kemudian memakai lipstik berwarna nude.

Leona pun duduk di ranjang sembari menunggu Rehan selesai, dia juga menyemprotkan parfum kesukaannya di leher dan tangannya.

Rehan tersenyum melihat Leona sudah siap menyambutnya. Rehan mendekatkan tubuhnya, dia lalu memulai permainannya. Awalnya, Leona terbuai dengan kelembutan yang Rehan lakukan, tapi setelah itu, air mata tak henti menetes dari pipinya.

Malam ini, Rehan memang tidak memukul Leona, tapi tamparan dan juga gigitan memenuhi tubuh Leona saat Rehan melakukannya.

Tangisan dan jeritan kesakitan Leona terdengar seperti desahan yang mengalun indah di telinga Rehan.

Rehan tersenyum puas melihat maha karyanya yang menempel di seluruh tubuh Leona bukan kissmark ya tapi bekas gigitan.

Setelah melakukannya, Rehan mengobati seluruh tubuh Leona dengan obat yang memang sudah dia sediakan.

“Kamu capek?” tanyanya seraya mengusap rambut istrinya.

Leona hanya diam tak bergeming. Rehan pun memeluk tubuh Leona sesekali menciumi bahunya.

“Maaf kalau aku terlalu kasar, makanya lain kali, jangan berbuat ulah,” ujar Rehan.

Mereka pun tidur bersama karena kelelahan. Esoknya, Rehan sudah menyediakan sarapan untuk istrinya.

“Hai sayang, sudah bangun? Apa kamu ingin ke kamar mandi?” tanyanya.

Leona hanya mengangguk. Rehan pun menggendong istrinya, kemudian memasukkannya ke dalam kamar mandi. Dia juga sudah mengisi bath up dengan air hangat.

“Berendamlah sejenak, supaya tubuhmu terasa lebih relaks,” ujarnya.

Leona bingung dengan sikap Rehan, setelah menyiksanya tanpa ampun, lelaki itu pasti perhatian banget sama dia. Apa dia memiliki penyakit jiwa. Sepertinya, Leona harus bertanya pada psikiater suatu saat nanti.

Setelah mandi, Leona terpaksa memanggil suaminya. Rehan kembali menggendong tubuh istrinya. Belum juga Leona memakai bajunya, Rehan kembali menyerangnya.

Leona hanya bisa pasrah menerima serangan fajar suaminya. Gigitan dan tamparan kembali dia terima pagi ini.

Rehan sendiri merasa heran dengan dirinya sendiri. Dia merasa puas ketika melakukan dengan Leona. Beda ketika dia melakukan dengan Keysa. Hasratnya memang tersalurkan, tapi jauh di lubuk hatinya, dia merasa masih ada yang kurang.

Seolah dia masih saja kehausan meski dia telah meneguk bergelas gelas air.

Setelah hampir 2 jam. Rehan pun mengakhiri permainannya. Rehan tidak menyadari jika Leona sudah pingsan duluan.

Comments (7)
goodnovel comment avatar
Saraswati_5
ya ampun itu si rehan sepertinya punya kelainan ya
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
ya Allah.kejam banget rehan
goodnovel comment avatar
Suheri
Ngeri bngt Rehan ini
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status