“Tolong! Seseorang tolong aku!”
Nayna tersentak saat mendengar sebuah suara. Matanya mengedar ke semua arah, ketakutan saat mendengar suara di jalanan yang sepi. Ditambah lagi, jalan menuju rumahnya sangat gelap.
Bukan hantu yang dia takuti tapi dia takut kalau ada orang jahat yang hendak menyakitinya.
Apa lagi dia hanya sendiri di sana dan dia juga seorang wanita yang jika di bandingkan dengan laki-laki maka kekuatannya tak ada apa apanya.
"Astaga, apa itu orang jahat?" lirihnya dengan keringat dingin yang sudah membasahi keningnya.
Dia kembali melangkahkan kakinya tapi tiba-tiba saja, ada sebuah tangan yang dingin memegang kakinya.
"Aaaarghh!" dia berteriak sekuat tenaga.
Alangkah terkejutnya dia saat mendapati seseorang yang tengah tergeletak tak berdaya di tanah, dia ingin sekali lari dari sana tapi dia yakin kalau itu adalah manusia.
"Tolong!" lirihnya dengan suara parau.
Ketakutan itu seketika hilang saat mendengar ucapannya. Dia pun jongkok guna menyeimbangkan tingginya dengan orang itu.
"Apa kau manusia? Apa kau orang jahat?"
Tak ada jawaban dari pria yang saat ini tergeletak tak berdaya itu, dengan tangannya yang masih gemetar ketakutan dia menarik pria itu dan memapah pria itu untuk dia bawa ke rumahnya yang cukup dekat dari sana.
Tak ada rasa takut yang dia rasakan saat bersama orang asing itu, hatinya malah berpikir kalau dia harus segera menolong pria itu.
**
Dua pasang mata baru saja terbangun dari tidurnya yang nyenyak, dia merasakan sesuatu yang mengikat di pergelangan tangannya, matanya yang masih mengantuk menatap pada tangan yang saat ini sudah terikat pada kayu ranjang, dia menariknya tapi malah membuat tangannya semakin kesakitan.
"Dimana aku?" gumamnya.
"Kau sudah bangun?" tanya seorang wanita yang diduga telah menyelamatkan dia tadi malam.
"Nona, kenapa kau mengikat tangan ku?" tanyanya dengan suara parau.
"Karena aku takut kamu orang jahat!" tegasnya karena takut telah menyelamatkan seorang buronan, hal yang dia pikirkan adalah keselamatan dia dan juga buah hatinya yang juga tinggal di rumah itu.
"Tolong lepaskan aku, Nona." ucapnya memohon, wajahnya bahkan terlihat memelas meminta untuk dilepaskan, apa lagi tali itu juga bisa melukai pergelangan tangannya.
"Apa kamu buronan? Atau kamu narapidana? Atau jangan-jangan kamu adalah psikopat yang kabur dari kejaran polisi, siapa yang tau hal itu, kan? Makannya demi keselamatan aku, kamu harus tetap seperti ini." ucapnya.
Wanita cantik, tangguh, dan mandiri itu membawa bubur yang dia letakan di atas nampan, dengan suka rela dia menyuapi pria asing yang malam tadi dia tolong itu.
"Bukannya aku mau memfitnah kamu, tapi semalam aku menyelamatkan mu dengan kondisi kamu yang parah, wajahmu penuh luka dan darah. Tak salah kan kalau aku berjaga-jaga?" ucapnya lagi sambil tetap menyuapi sesendok bubur pada pria yang wajahnya babak belur itu.
"Aku tak ingat apa pun." ucap pria itu.
"Ck, jangan berbohong. Aku adalah Nayna yang tidak bisa di bohongi laki-laki!"
Nayna Ayundara adalah seorang ibu yang mempunyai seorang anak, sayangnya dia gagal dalam sebuah hubungan, dahulu dia hamil tanpa status pernikahan yang jelas karena dahulu Nayna hanya menikah siri dan dengan teganya suaminya itu malah pergi meninggalkannya entah kemana.
Hingga pada akhirnya dia seorang ibu tunggal yang membesar anaknya sendirian tanpa dukungan dari keluarga maupun orang terdekatnya.
Nayna banyak sekali merasakan pahitnya hidup bersama putranya, tapi dia tetap menjalani setiap naik turunnya roda kehidupan hanya demi menghidupi anaknya yang masih sangat kecil.
Menjadi ibu sekaligus seorang ayah tak mudah bagi Nayna, bahkan belum lagi dia harus mendapatkan hinaan dari rekan kerja dan tetangganya yang lain.
Mereka memandang rendah Nayna hanya karena kesalahan Nayna, memang kesalahan Nayna adalah kesalahan yang fatal dan tidak untuk ditiru. Tetapi, siapa yang akan tau pada guratan takdir yang sudah ditentukan.
"Mamah," suara putranya membuat Nayna menghentikan aktivitasnya menyuapi pria asing itu.
"Mamah di sini, Saka." Nayna berteriak meminta putranya datang.
Bocah kecil itu berlari masuk ke salah satu kamar yang ada Mamahnya disana, tapi tatapan bocah itu menatap pada pria asing yang berbaring di atas tempat tidur itu.
"Papah," teriaknya yang langsung mendekat dan memeluk kepala pria asing itu.
"Saka, jangan lakukan itu. Dia bukan papah kamu!" tegas Nayna yang langsung menjauhkan putranya dari pria itu.
Bocah itu hanya terdiam sambil menatap pada pria itu.
"Kamu ingat-ingat saja dari mana kamu berasal setelah kamu yakin kamu bukan orang jahat maka aku akan melepaskan kamu." Nayna berucap dan langsung pergi dari sana meninggalkan pria yang masih dia ikat itu.
"Tolong lepaskan aku!" sahutnya yang tak di dengar oleh Nayna.
Saka menatap pada mamahnya. "Apa dia papah?" tanya bocah itu memastikan.
"Bukan!" jawab Nayna dengan gelengan kepala.
**
"Kau sudah ingat?" tanya Nayna yang mampu mengagetkan pria itu.
"Ngomong-ngomong siapa nama kamu?" tambahnya.
Sudah hampir sore dan Nayna baru melihat pria itu lagi, terlihat kalau tangannya terluka karena ikatan yang sangat kuat pada tangannya itu.
Nayna hampir tak memperdulikan hal itu, dia tak mau kalau pria itu akan mencelakainya.
"Nama aku Lukas, aku datang dari kampung untuk mencari pekerjaan di kota, tapi kemarin malam aku dirampok, semua uang aku di ambil oleh mereka dan aku gak tau harus kemana lagi." ungkapnya.
"Apa kamu punya penyakit menular?" tanya Nayna, namun dia langsung mengernyitkan keningnya, dia merasa seperti ada yang aneh dengan pertanyaan dia barusan.
Dan benar saja saat Nayna menatap pada Lukas terlihat kalau Lukas sedang tersenyum mentertawakan Nayna.
"Maksudku, apa kamu punya penyakit menular? Bisa saja kan kamu punya penyakit zombie?" tanya Nayna yang semakin tak masuk akal.
"Nona, aku memang dari kampung tapi aku sehat." ucap Lukas membela diri.
Nayna berpikir sejenak. "Baiklah, kamu akan kemana sekarang?" tanya Nayna yang langsung dijawab gelengan kepala oleh Lukas.
"Aku tidak punya uang," ucapnya jujur, dan Nayna pun paham karena saat Nayna menemukan Lukas, dia dalam keadaan tak membawa apa-apa.
"Permasalahan yang berat," gumam Nayna.
Lukas sesekali meringis karena kesakitan pada luka di pergelangan tangannya itu, untuk kali ini Nayna sadar kalau dia baru saja menyiksa pria asing, Nayna melepaskan ikatan pada tangan Lukas, untuk kali ini Nayna percaya pada Lukas yang datang dari kampung dan hendak mencari pekerjaan di kota.
"Tangan mu terluka, aku akan obati." ucap Nayna yang langsung meraih kotak p3k yang ada di atas nakas bekas semalam mengobati luka di wajah Lukas.
Nayna dengan perlahan mengobati luka itu, diam-diam Lukas menatap pada Nayna. Ada sesuatu hal yang berbeda saat dia menatap pada Nayna.
"Dimana suami mu?" tanya Lukas yang masih menatap kagum pada Nayna.
"Hah, anakku?" beo Dion.Dion yang sudah berjalan menjauh dari posisi Nayna berdiri langsung menatap pada Nayna karena tak percaya pada apa yang Nayna katakan barusan, Dion kembali mendekat pada Nayna. Ternyata Dion tidak mengindahkan ucapan Aluna barusan tapi Dion hanya mendekat dan mentertawakan Nayna yang mengatakan kalau Nayna punya anak dari Dion."Hahaha, tak salah kamu mengatakan kalau kamu punya anak dariku?" tanya Dion tertawa terbahak-bahak.Nayna hanya diam termenung menatap Dion yang tertawa terbahak-bahak dihadapannya, Nayna sudah tidak ingin berdebat dengan Dion karena memang keberadaan Saka tidak diketahui oleh Dion dulunya. Nayna menghela nafasnya kasar, dan pergi tanpa menggubris Dion.Sebuah kekecewaan bagi Nayna karena penantian dia selama bertahun-tahun ternyata harus sirna karena Dion tidak setia pada Nayna. Nayna semakin kecewa karena Dion ternyata sudah menikah dengan seorang wanita yang cukup berada, bahkan Nayna juga yakin kalau dulu Dion pergi meninggalkan Na
Brak!Dion menjatuhkan berkas yang ada di tangannya dengan sengaja, Tanpa mereka duga ternyata Dion sudah datang ke sana dan mungkin mendengar obrolan mereka, karena sekarang Dion adalah orang paling penting jadi dia akan sering datang ke perusahaan tempat Nayna bekerja. Tapi sekarang tidak ada rindu sedikitpun dalam hati Nayna, sekarang yang ada hanya rasa dendam dan rasa keingintahuan Nayna tentang alasan Dion meninggalkannya dahulu.Selain itu Nayna tidak perduli pada apa yang akan Dion lakukan, walaupun dalam hatinya tetap saja Nayna mengharapkan Dion datang padanya dan mengakui Saka sebagai anak mereka."Sekarang kalian bersiaplah, kita akan pergi ke lokasi untuk meresmikan pembangunan pabrik." Dion berucap didepan semua orang dengan tatapan ketus dan dingin.Semua orang langsung pergi dari sana karena akan menaiki kendaraan yang akan mereka tumpangi untuk pergi ke sana, tapi saat ini Nayna hanya diam disana dan menatap tajam pada Dion. Setelah mata mereka bertemu pandang, Nayna
Sebuah tangan memegang kasar tangan Evalista, bahkan Nayna sudah melindungi wajahnya karena yakin kalau Evalista pasti akan menamparnya, Nayna yang merasakan tangan Evalista tidak mendarat diwajahnya langsung membuka matanya yang tadi sempat terpejam.Ternyata..."Siapa kau?" geram Evalista menarik tangannya yang dipegang kasar oleh pria itu."Aku Lukas, calon suami Nayna. Kenapa? Anda mau menyakiti calon istri saya?" tanya Lukas menatap tajam pada Evalista.Nayna yang sejak tadi hanya diam saja langsung terkejut saat mendengar Lukas mengaku kalau dia adalah calon suaminya Nayna. Tapi untuk sekarang Nayna tidak mau mempermalukan Lukas, apa lagi hal ini bisa menyelamatkan Nayna juga dari amarah Evalista karena kejadian tadi pagi."Tuan, istri mu memeluk suamiku tadi pagi! Kau marahi istrimu sebelum aku jambak rambut istrimu itu!" Evalista marah bahkan dia juga menunjuk-nunjuk Nayna dengan tatapan amarah.Lukas menatap Nayna dan langsung memutar bola matanya malas."Kenapa aku harus mem
Brak!Nayna membuka pintu rumahnya dengan sangat kasar, Saka dan Lukas yang sejak tadi berada di ruang tamu terkejut melihat sikap Nayna yang pulang bekerja langsung marah-marah.Lukas paham kalau sepertinya ada sedikit masalah pada Nayna, maka dari itu Lukas meminta Saka untuk tetap bersama dengannya karena takutnya Nayna sedang tidak mau di ganggu."Om Lukas, punya pacar?" Saka bertanya karena penasaran, anak sekecil itu sudah tau pacaran pasti Saka mendengar dari berita atau dari orang dewasa.Lukas menggelengkan kepalanya, pertanyaan Saka sangat tidak penting bagi Lukas, karena Lukas tidak pernah pacaran. Alasannya karena memang tak ada wanita yang mau pada Lukas. Terkadang Lukas juga menutup diri untuk tidak terjebak dalam kondisi pacaran."Om tidak pacaran, kenapa kamu bertanya begitu?" tanya Lukas."Kenapa tidak pacaran sama Mamah saja?" tanya Saka yang semakin membuat Lukas terdiam karena semakin diladeni anak kecil ini akan semakin banyak pertanyaan."Saka, aku akan antarkan
"Dimana suami mu?" tanya Lukas.Bukannya mendapatkan jawaban, Lukas malah mendapatkan tatapan tajam dari Nayna yang saat ini merasa risih dengan pertanyaan seperti itu.Lukas langsung bungkam karena dia yakin kalau Nayna tidak akan suka dengan pertanyaan itu."Karena aku kasihan padamu, jadi aku ijinkan kamu tinggal disini. Tapi kamu harus ingat sesuatu, jangan macam-macam padaku kalau kamu tidak mau tanganmu patah." ucap Nayna dengan nada ketus.Lukas hanya menganggukkan kepalanya saja, untuk berbuat jahat pun dia masih pikir-pikir apa lagi Nayna lah yang sudah menyelamatkan dia.Sangat tak tau berterima kasih kalau Lukas melakukan kejahatan pada Nayna dan putranya."Untungnya dia menyelamatkan aku, kalau saja tidak ada dia, pasti aku akan tewas dengan sangat mengenaskan." gumam Lukas mengingat malam dimana dia di pukuli oleh orang-orang yang tak dia kenal.Malam ini mereka makan bersama di meja makan, banyak masakan yang Nayna hidangkan apa lagi putranya itu sangat susah untuk makan
“Tolong! Seseorang tolong aku!”Nayna tersentak saat mendengar sebuah suara. Matanya mengedar ke semua arah, ketakutan saat mendengar suara di jalanan yang sepi. Ditambah lagi, jalan menuju rumahnya sangat gelap.Bukan hantu yang dia takuti tapi dia takut kalau ada orang jahat yang hendak menyakitinya.Apa lagi dia hanya sendiri di sana dan dia juga seorang wanita yang jika di bandingkan dengan laki-laki maka kekuatannya tak ada apa apanya."Astaga, apa itu orang jahat?" lirihnya dengan keringat dingin yang sudah membasahi keningnya.Dia kembali melangkahkan kakinya tapi tiba-tiba saja, ada sebuah tangan yang dingin memegang kakinya."Aaaarghh!" dia berteriak sekuat tenaga.Alangkah terkejutnya dia saat mendapati seseorang yang tengah tergeletak tak berdaya di tanah, dia ingin sekali lari dari sana tapi dia yakin kalau itu adalah manusia."Tolong!" lirihnya dengan suara parau.Ketakutan itu seketika hilang saat mendengar ucapannya. Dia pun jongkok guna menyeimbangkan tingginya dengan