"Dimana suami mu?" tanya Lukas.
Bukannya mendapatkan jawaban, Lukas malah mendapatkan tatapan tajam dari Nayna yang saat ini merasa risih dengan pertanyaan seperti itu.
Lukas langsung bungkam karena dia yakin kalau Nayna tidak akan suka dengan pertanyaan itu."Karena aku kasihan padamu, jadi aku ijinkan kamu tinggal disini. Tapi kamu harus ingat sesuatu, jangan macam-macam padaku kalau kamu tidak mau tanganmu patah." ucap Nayna dengan nada ketus.
Lukas hanya menganggukkan kepalanya saja, untuk berbuat jahat pun dia masih pikir-pikir apa lagi Nayna lah yang sudah menyelamatkan dia.
Sangat tak tau berterima kasih kalau Lukas melakukan kejahatan pada Nayna dan putranya."Untungnya dia menyelamatkan aku, kalau saja tidak ada dia, pasti aku akan tewas dengan sangat mengenaskan." gumam Lukas mengingat malam dimana dia di pukuli oleh orang-orang yang tak dia kenal.
Malam ini mereka makan bersama di meja makan, banyak masakan yang Nayna hidangkan apa lagi putranya itu sangat susah untuk makan.
Lukas hanya memakan nasi saja karena dia malu pada Nayna yang sudah menyiapkan hidangan itu, sedangkan Lukas tidak bisa membalas kebaikan Nayna."Makanlah. Saka, Mamah masak banyak." ucap Nayna yang mulai kesal karena putranya itu sangat susah untuk makan, bahkan berat badannya pun berkurang karena jarang sekali untuk makan.
Nayna juga mulai menyalahkan pihak panti asuhan tempat dia menitipkan Saka, Nayna juga merasa kalau Saka tidak mau makan setelah Saka di titipkan di salah satu panti asuhan itu.
Awalnya tak ada yang aneh malah Saka sangat suka masakan Nayna, tapi sekarang sangat berbeda hingga membuat Nayna bertanya-tanya kenapa dengan putranya? Apa hal itu adalah ulah pengasuhnya?Lukas menyadari hal itu, dia langsung mendekat pada Saka. Tepatnya Lukas duduk di samping Saka.
"Saka, tidak baik menganggurkan makanan, nanti nasinya nangis kalau kamu tidak makan!" sahut Lukas."Tapi masakan mamah tidak enak," bisik bocah kecil itu yang masih bisa di dengar oleh Nayna.
"Tapi kamu harus tetap makan, kalau kamu kelaparan bagaimana? Nanti kamu sakit," ucap Lukas tetap membujuk Saka agar mau makan.
Nayna menatap pada Lukas, dia tidak yakin kalau Lukas akan bisa membujuk Putranya itu, Nayna saja sebagai Ibunya tak bisa membuat putranya makan, sedangkan Lukas yang hanya orang asing tapi mau mendekati putranya yang keras kepala.
Tapi tak Nayna sangka kalau Saka mau makan setelah Lukas membujuknya, Nayna hanya bisa melongo tak percaya karena Putranya itu sangat gampang luluh pada orang asing.
"Apa Saka memang benar butuh sosok seorang ayah?" batin Nayna yang langsung berpikir ke arah sana.Wanita mandiri dan tangguh seperti Nayna tak pernah butuh seorang Laki-laki bahkan dia juga mengklaim kalau Saka juga tak akan butuh sosok seorang ayah karena sejak kecil saja dia bisa hidup tanpa seorang ayah.
Tapi hal itu ternyata salah besar, karena mau bagaimana pun Saka tetap membutuhkan sosok seorang Ayah, di usia 4 tahun itu Saka sudah mengerti tentang seorang Ayah dan Saka juga iri pada teman-teman di pantinya yang di jemput oleh Ayah mereka.**
Nayna berangkat ke tempat dia bekerja dengan perasaan yang cemas, karena Nayna menitipkan Saka putranya pada Lukas yang notabenenya adalah pria asing. Nayna mencoba meyakinkan dirinya kalau Lukas adalah orang baik yang memang sudah tuhan kirimkan untuk keluarga kecilnya.
Sekarang Nayna ada sebuah pertemuan penting karena akan membahas masalah kerja sama dengan perusahaan lain.Nayna masuk kedalam ruangan tempat meeting dilakukan, Nayna langsung duduk di kursi yang sudah disiapkan untuknya. Banyak rekan kerjanya juga yang sudah sampai di sana, Nayna duduk dengan tenang karena dia tidak terlambat datang walaupun di perjalanan macet tidak terlewatkan.
Matanya menatap pada jam tangan yang dia pakai ternyata masih menunjukkan pukul tujuh lewat delapan menit, Nayna meminum minuman yang memang disajikan untuk tamu yang datang ke sana. Sekarang perusahaan yang Nayna tempati untuk bekerja mengadakan pertemuan dengan perusahaan lain untuk kerja sama.
Nayna sangat menantikan saat ini karena jika timnya bisa meyakinkan perusahaan lain untuk kerja sama maka mereka akan mendapatkan bonus yang cukup besar.Akhirnya acaranya dimulai juga, banyak sekali penyambutan-penyambutan yang dilakukan, hingga sekarang adalah saatnya pemilik perusahaan lain untuk berdiri di depan. Nayna cukup penasaran karena katanya CEO dari perusahaan itu masih sangat muda dan pintar.
Datanglah seorang pria tampan memakai jas dan pakaian rapih masuk dari arah pintu masuk, semua mata tertuju padanya. Namun, pria itu membuat Nayna terkejut karena pria yang Nayna lihat sekarang ini adalah pria yang sama yang Lima tahun lalu menjalin hubungan dengannya.
"Dia!" gumam Nayna.
Mata Nayna berkaca-kaca pria yang dia cari selama lima tahun ini akhirnya bisa dia temukan juga sekarang dan ternyata pria yang dulunya hanya seorang pegawai biasa sekarang menjadi seorang CEO dari salah satu perusahaan ternama.
Rasanya saat ini juga Nayna ingin sekali memeluk dan melepaskan rindunya pada pria yang sangat dia cintai itu.Tapi Nayna masih bersikap profesional karena disana banyak sekali orang penting, Nayna menunggu acara itu sampai selesai. Dengan sabar Nayna mendengarkan semua yang Pria itu katakan, dan ternyata mereka menerima kerja sama antara perusahaan tempat Nayna bekerja dengan perusahaan milik kekasih Nayna.
Kebahagiaan Nayna bertambah karena dia mendapatkan bonus yang cukup besar juga. Hingga acara selesai Nayna langsung keluar dari ruangan itu dan mencari sosok kekasihnya yang sudah lama hilang.
"Dion!" teriak Nayna saat melihat pria yang dia cintai tengah berjalan bersama dengan asistennya.
Pria itu berbalik dan melihat ke arah Nayna, tanpa ragu Nayna langsung berlari dan memeluk Dion tanpa malu dihadapan Asisten Dion.
Dion hanya diam tanpa membalas pelukan dari Nayna, tangan Dion memegang bahu Nayna. Tanpa perasaan Dion mendorong Nayna hingga membuat Nayna terdorong kebelakang."Siapa kamu? Berani sekali memeluk tuan saya!" Asisten Dion memarahi Nayna, tapi tidak Nayna pedulikan karena sekarang Fokusnya tidak teralihkan pada Dion yang dingin menatapnya ketus.
Wajah bengis Pria itu membuat Nayna merasa kalau Dion sangat berbeda dengan Dion yang dahulu dia temui lima tahun lalu. Senyuman yang Nayna tampakkan sekarang mulai surut, tatkala ada seorang wanita yang baru saja keluar dari lift dan langsung memeluk Dion dengan sangat manja. Mata Nayna tak bisa berbohong lagi, dia langsung berkaca-kaca karena merasa dikhianati oleh pria yang selama lima tahun ini dia nanti-nanti kehadirannya.
"Sayang, ada apa?" tanya wanita itu manja sambil bergelayut manja di tangan Dion.
Wanita itu melihat kearah Nayna yang hanya mematung dan menatap ke arah mereka. "Sayang, kamu mengenalnya?" tanya wanita itu lagi.Dion menggelengkan kepalanya.
"Tidak sayang, aku tidak mengenalnya!" jawabnyanya.Degh!
Hati Nayna terasa berdenyut saat mendengar kalau Dion tak mengenalnya, padahal dia sangat tau kalau dahulu Dion adalah orang yang sangat sayang padanya. Nayna tak menyangka penantian selama Lima tahun ini berakhir pilu karena sang pria sudah mempunyai istri. Sedangkan Nayna terjebak sendirian dan harus membesarkan Saka seorang diri hanya karena ditinggal pergi.
Nayna meremas pinggiran rok yang dia pakai, tanpa bicara apa pun Nayna langsung pergi dari sana dan meninggalkan Dion yang masih mematung menatap ke arah Nayna.
"Orang itu Gila!" gerutu Asisten Dion.
"Ayo, sayang. Kita pergi!" sahut Istrinya.
"Ya," jawab Dion menganggukkan kepalanya.
Tidak bisa di pungkiri kalau mata Dion sekarang terlihat sangat berembun, hal itu terjadi setelah bertemu dengan Nayna.
Jika Dion mengenal Nayna, kenapa Dion tidak bicara pada Nayna dan malah bilang kalau dia tidak mengenal Nayna? Ada apa dengan Dion? Dan apa benar Dion adalah Ayah dari Saka?Lukas menggeleng menatap pada hadiah yang baru saja dikirimkan oleh seseorang itu, baru kali ini Lukas melihat ada hadiah yang isinya bangkai kucing. Nayna langsung menatap pada Lukas, banyak pertanyaan yang terlintas di benak Nayna tapi untuk kali ini Nayna tidak ingin membuat masalah lagi karena pernikahannya sebentar lagi."Aku akan kubur kucing ini," ujar Lukas mengambil bangkai itu dan segera menguburnya dibelakang apartemen itu.Baunya begitu menyengat bahkan baunya masih menyengat didalam apartemen Nayna walaupun bangkainya sudah dibawa pergi. Nayna berpikir sejenak dan mencoba mengingat-ingat musuhnya yang begitu nekad.Tapi Nayna tidak tau siapa pengirim dari hadiah itu, tidak heran karena Nayna tidak punya musuh selain keluarga Dion saja."Apa yang mengirimnya Dion?" gumam Nayna bertanya-tanya."Kira-kira siapa yang mengirimnya?" tanya Lukas yang baru saja datang ke sana setelah selesai mengubur bangkai itu."Aku tidak tau!" kesal Nayna."Apa kamu punya musuh?" tanya Lukas.
Malam harinya Nayna masih memikirkan tentang ucapannya tadi di cafe, jika Nayna tau akan seperti ini mungkin Nayna tak akan menyatakan itu. Tapi hanya itu satu-satunya yang bisa Nayna katakan agar dia tak di cap sebagai pelakor."Bagaimana ini?" gumam Nayna.Pintu kamar Nayna terbuka dan ternyata Lukas datang ke sana membawa segelas susu untuk Saka, tapi sayangnya Saka sudah tertidur. Nayna memperhatikan Lukas yang terlihat gagah walaupun Lukas dari kampung, bahkan Nayna berpikir kalau Lukas adalah orang kaya karena perawakan dan wajah Lukas tidak menunjukkan tanda-tanda kesusahan."Jangan pergi, aku mau bicara sesuatu padamu," ujar Nayna menghentikan langkah Lukas yang akan pergi dari sana.Lukas mendekat pada Nayna dan duduk di kursi dekat meja rias Nayna, "Ada apa Nona?" tanya Lukas."Mulai sekarang jangan panggil aku Nona, panggil aku Nayna." Nayna ingin langsung to the point tapi dia juga ragu takutnya Lukas akan menolaknya."Oke, Nayna," ucap Lukas.Nayna menatap pada Lukas. Nam
"Hah, anakku?" beo Dion.Dion yang sudah berjalan menjauh dari posisi Nayna berdiri langsung menatap pada Nayna karena tak percaya pada apa yang Nayna katakan barusan, Dion kembali mendekat pada Nayna. Ternyata Dion tidak mengindahkan ucapan Aluna barusan tapi Dion hanya mendekat dan mentertawakan Nayna yang mengatakan kalau Nayna punya anak dari Dion."Hahaha, tak salah kamu mengatakan kalau kamu punya anak dariku?" tanya Dion tertawa terbahak-bahak.Nayna hanya diam termenung menatap Dion yang tertawa terbahak-bahak dihadapannya, Nayna sudah tidak ingin berdebat dengan Dion karena memang keberadaan Saka tidak diketahui oleh Dion dulunya. Nayna menghela nafasnya kasar, dan pergi tanpa menggubris Dion.Sebuah kekecewaan bagi Nayna karena penantian dia selama bertahun-tahun ternyata harus sirna karena Dion tidak setia pada Nayna. Nayna semakin kecewa karena Dion ternyata sudah menikah dengan seorang wanita yang cukup berada, bahkan Nayna juga yakin kalau dulu Dion pergi meninggalkan Na
Brak!Dion menjatuhkan berkas yang ada di tangannya dengan sengaja, Tanpa mereka duga ternyata Dion sudah datang ke sana dan mungkin mendengar obrolan mereka, karena sekarang Dion adalah orang paling penting jadi dia akan sering datang ke perusahaan tempat Nayna bekerja. Tapi sekarang tidak ada rindu sedikitpun dalam hati Nayna, sekarang yang ada hanya rasa dendam dan rasa keingintahuan Nayna tentang alasan Dion meninggalkannya dahulu.Selain itu Nayna tidak perduli pada apa yang akan Dion lakukan, walaupun dalam hatinya tetap saja Nayna mengharapkan Dion datang padanya dan mengakui Saka sebagai anak mereka."Sekarang kalian bersiaplah, kita akan pergi ke lokasi untuk meresmikan pembangunan pabrik." Dion berucap didepan semua orang dengan tatapan ketus dan dingin.Semua orang langsung pergi dari sana karena akan menaiki kendaraan yang akan mereka tumpangi untuk pergi ke sana, tapi saat ini Nayna hanya diam disana dan menatap tajam pada Dion. Setelah mata mereka bertemu pandang, Nayna
Sebuah tangan memegang kasar tangan Evalista, bahkan Nayna sudah melindungi wajahnya karena yakin kalau Evalista pasti akan menamparnya, Nayna yang merasakan tangan Evalista tidak mendarat diwajahnya langsung membuka matanya yang tadi sempat terpejam.Ternyata..."Siapa kau?" geram Evalista menarik tangannya yang dipegang kasar oleh pria itu."Aku Lukas, calon suami Nayna. Kenapa? Anda mau menyakiti calon istri saya?" tanya Lukas menatap tajam pada Evalista.Nayna yang sejak tadi hanya diam saja langsung terkejut saat mendengar Lukas mengaku kalau dia adalah calon suaminya Nayna. Tapi untuk sekarang Nayna tidak mau mempermalukan Lukas, apa lagi hal ini bisa menyelamatkan Nayna juga dari amarah Evalista karena kejadian tadi pagi."Tuan, istri mu memeluk suamiku tadi pagi! Kau marahi istrimu sebelum aku jambak rambut istrimu itu!" Evalista marah bahkan dia juga menunjuk-nunjuk Nayna dengan tatapan amarah.Lukas menatap Nayna dan langsung memutar bola matanya malas."Kenapa aku harus mem
Brak!Nayna membuka pintu rumahnya dengan sangat kasar, Saka dan Lukas yang sejak tadi berada di ruang tamu terkejut melihat sikap Nayna yang pulang bekerja langsung marah-marah.Lukas paham kalau sepertinya ada sedikit masalah pada Nayna, maka dari itu Lukas meminta Saka untuk tetap bersama dengannya karena takutnya Nayna sedang tidak mau di ganggu."Om Lukas, punya pacar?" Saka bertanya karena penasaran, anak sekecil itu sudah tau pacaran pasti Saka mendengar dari berita atau dari orang dewasa.Lukas menggelengkan kepalanya, pertanyaan Saka sangat tidak penting bagi Lukas, karena Lukas tidak pernah pacaran. Alasannya karena memang tak ada wanita yang mau pada Lukas. Terkadang Lukas juga menutup diri untuk tidak terjebak dalam kondisi pacaran."Om tidak pacaran, kenapa kamu bertanya begitu?" tanya Lukas."Kenapa tidak pacaran sama Mamah saja?" tanya Saka yang semakin membuat Lukas terdiam karena semakin diladeni anak kecil ini akan semakin banyak pertanyaan."Saka, aku akan antarkan