Malam harinya Nayna masih memikirkan tentang ucapannya tadi di cafe, jika Nayna tau akan seperti ini mungkin Nayna tak akan menyatakan itu. Tapi hanya itu satu-satunya yang bisa Nayna katakan agar dia tak di cap sebagai pelakor.
"Bagaimana ini?" gumam Nayna.Pintu kamar Nayna terbuka dan ternyata Lukas datang ke sana membawa segelas susu untuk Saka, tapi sayangnya Saka sudah tertidur. Nayna memperhatikan Lukas yang terlihat gagah walaupun Lukas dari kampung, bahkan Nayna berpikir kalau Lukas adalah orang kaya karena perawakan dan wajah Lukas tidak menunjukkan tanda-tanda kesusahan.
"Jangan pergi, aku mau bicara sesuatu padamu," ujar Nayna menghentikan langkah Lukas yang akan pergi dari sana.
Lukas mendekat pada Nayna dan duduk di kursi dekat meja rias Nayna, "Ada apa Nona?" tanya Lukas.
"Mulai sekarang jangan panggil aku Nona, panggil aku Nayna." Nayna ingin langsung to the point tapi dia juga ragu takutnya Lukas akan menolaknya.
"Oke, Nayna," ucap Lukas.
Nayna menatap pada Lukas. Namun, yang Nayna lihat adalah wajah tampan Lukas yang terlihat begitu jelas sekarang, baru kali ini Nayna dan Lukas berdekatan dan saling menatap satu sama lain karena sebelumnya Nayna enggan untuk menatap pada Lukas.
"Aku punya permintaan, apa kamu mau mengabulkannya?" tanya Nayna.
"Apa?" tanya Lukas.
Bibir Nayna gemetar, "Bagaimana kalau kita menikah?" tanya Nayna yang langsung membuat Lukas terkejut mendengarnya.
"Menikah? Kenapa?" tanya Lukas.
Nayna memegang pipinya yang terasa panas karena malu, tapi Nayna juga tak mau membuat Lukas salah paham.
"Kamu masih mau tinggal di sini secara gratis?" tanya Nayna yang dibalas anggukan oleh Lukas."Bagus, ayo kita menikah. Kamu bisa tinggal secara gratis di sini dan aku tidak akan dihina pelakor lagi."
"Tapi apa kamu yakin mau akan menikah denganku?" Lukas meragukan ucapan Nayna.
"Yakin, ini hanya pernikahan sementara saja. Anggap ini sebagai kesepakatan." Nayna mengucapkan itu dengan grogi.
"Baiklah aku mau," ucap Lukas. "Tapi kapan kita nikah?"
"Minggu depan," jawab Nayna.
**
"Apa ini?" tanya Evalista menatap tajam pada sebuah surat undangan pernikahan.
Di sana tertulis nama Nayna dan Lukas, begitu kesalnya Evalista mendapatkan kenyataan bahwa Nayna akan menikah. Evalista adalah wanita cerdas setelah kejadian pelukan itu, Evalista langsung mencari tau tentang Nayna pada semua orang. Dan ternyata benar kalau Nayna pernah menjalin hubungan dengan Dion, suaminya.
"Siapa yang nikah?" tanya Dion.
"Nayna dan Lukas, Tuan." Riki asisten Dion berucap.
Dion hanya terdiam saja, tak ada ucapan apa pun yang keluar dari mulutnya. Tapi Evalista langsung menatap tajam pada Dion sambil mengepalkan tangannya menahan rasa kekesalan.
"Dia mengundangmu!" geram Evalista."Kenapa aku?" tanya Dion.
"Kamu masa lalunya dan aku yakin dia belum bisa melupakanmu," sahut Evalista.
Dion memutar bola matanya malas, hanya ini yang Evalista bahas jika bersangkutan dengan Nayna. Sebenarnya ingin sekali dia memarahi Evalista karena terus menerus menyangkut pautkan dirinya dengan Nayna. Padahal Dion adalah orang yang paling membenci Nayna hanya karena Dion melihat Nayna bersama pria lain beberapa tahun yang lalu.
"Kita harus datang." Evalista mengangguk yakin dengan ucapannya itu.
"Terserah, kamu atur saja." Dion pergi dari sana meninggalkan Evalista yang masih kesal di sofa.
Evalista menatap pada Riki, asisten suaminya. "Siapkan hadiah paling jelek untuk Nayna, kamu kasih bangkai tikus atau bangkai kucing. Terserah pokoknya jangan sampai dia tau kalau itu dari aku," titah Evalista.
"Baik Nyonya," ucap Riki.
Evalista menghela nafasnya kasar, kesal sekali dia karena Nayna akan menikah. Evalista berpikir kalau Nayna menikah pasti karena kesepakatan karena dari apa yang Evalista tau, Nayna sangat sayang pada Dion dan tak mungkin Nayna memutuskan untuk menikah setelah tau kehidupan Dion yang sempurna seperti ini.
"Nayna tidak mungkin melupakan Dion begitu saja, apa lagi pria yang Nayna nikahi pasti tak setara dengan Dion," gumam Evalista.
Sedangkan saat ini Nayna tengah memikirkan biaya yang terus menerus keluar karena acara pernikahan itu, bukannya Nayna pelit tapi semua biayanya di tanggung oleh Nayna bahkan uang mahar dan seserahan semuanya di tanggung oleh Nayna.
Dan Lukas, tak ada sepeser pun dia mengeluarkan uang karena Nayna tau kalau Lukas tak punya uang. Makannya Nayna tidak membebankan pada Lukas, bahkan Nayna juga merasa kalau semua ini adalah tanggung jawabnya."Kamu yakin tidak ada keluarga kamu di kampung?" tanya Nayna.
Lukas menggeleng, "Gak ada Nay, aku punya tante tapi dia tak akan mungkin datang ke sini." Lukas mengatakan itu dengan suara sendu.
"Baiklah, tidak masalah." Nayna mengucapkan itu karena kasihan pada Lukas yang sudah tak ada keluarga.
Pernikahan mereka akan diadakan di sebuah hotel bintang lima, Nayna tentunya sangat tau berapa harga sewa hotel itu tapi anehnya sekarang hotel itu memberikan diskon khusus pada Nayna katanya karena hotel itu sedang merayakan ulang tahun. Suatu kebetulan bagi Nayna karena dia bisa membayar dengan harga murah untuk melangsungkan pernikahan.
Dompet Nayna mulai menipis bahkan uang simpanan Nayna pun sedikit demi sedikit terambil karena biaya yang begitu mendadak, baru kali ini Nayna akan melangsungkan pernikahan dan mungkin ini pertama kalinya Nayna menikah tanpa di dampingan dari orang tuanya. Nayna adalah seorang piatu, Ibunya meninggal saat Nayna masih bayi sedangkan Papanya Nayna tidak tau karena sejak kecil pun Nayna sudah di tinggalkan bersama Nenek dan Bibinya.
Sekarang saja Nayna akan mengundang keluarga Bibinya ke acara pernikahan, hanya Bibinya saja yang Nayna punya karena Neneknya sudah lama meninggal dunia. Semenjak Neneknya tiada Nayna hanya tinggal sendirian di kota, merantau dan bertemu dengan Dion. Mungkin karena pergaulan bebas juga yang membuat Nayna bisa melakukan seperti itu bersama dengan Dion.
"Nay, ada yang bisa aku bantu?" tanya Lukas.
"Tidak, semuanya sudah beres jadi kamu gak perlu khawatir. Kita hanya tinggal nikah saja tanpa ada hambatan apapun." Nayna yakin kalau semuanya akan berjalan dengan lancar.
"Syukurlah kalau seperti itu," ucap Lukas.
Tok
Tok
Pintu diketuk dari luar, tanpa lama Nayna langsung membuka pintu itu dan ternyata yang datang adalah kurir pengantar paket.
"Ada apa, Mas?" tanya Nayna pada kurir."Apa benar ini dengan Mbak Nayna?" tanyanya.
"Benar, Nayna itu saya." Nayna menunjuk dirinya sendiri.
"Ini ada paket." Kurir itu menyerahkan sebuah kotak pada Nayna.
"Dari siapa?" tanya Nayna.
"Kurang tau Mbak, tugas saya cuman nganterin."
"Oh, makasih Mas," ujar Nayna.
Nayna kembali masuk kedalam rumahnya setelah kurir itu pergi, "Ada paket, tapi gak ada alamat pengirimannya." Nayna meletakan paket itu di meja sedangkan dia mengambil gunting yang ada di laci.
"Mungkin dia dari rekan kerja kamu," timpal Lukas.
"Siapa ya?" Nayna bertanya-tanya.
Nayna membuka hadiah itu, dan ternyata ...
"Aaaaaaaa!" Nayna berteriak karena terkejut dengan apa yang ada dalam hadiah itu.
"Kenapa?" tanya Lukas yang ikut terkejut dengan suara teriakan Nayna.
"Itu lihat," titah Nayna menunjuk hadiah itu.
Lukas menggeleng menatap pada hadiah yang baru saja dikirimkan oleh seseorang itu, baru kali ini Lukas melihat ada hadiah yang isinya bangkai kucing. Nayna langsung menatap pada Lukas, banyak pertanyaan yang terlintas di benak Nayna tapi untuk kali ini Nayna tidak ingin membuat masalah lagi karena pernikahannya sebentar lagi."Aku akan kubur kucing ini," ujar Lukas mengambil bangkai itu dan segera menguburnya dibelakang apartemen itu.Baunya begitu menyengat bahkan baunya masih menyengat didalam apartemen Nayna walaupun bangkainya sudah dibawa pergi. Nayna berpikir sejenak dan mencoba mengingat-ingat musuhnya yang begitu nekad.Tapi Nayna tidak tau siapa pengirim dari hadiah itu, tidak heran karena Nayna tidak punya musuh selain keluarga Dion saja."Apa yang mengirimnya Dion?" gumam Nayna bertanya-tanya."Kira-kira siapa yang mengirimnya?" tanya Lukas yang baru saja datang ke sana setelah selesai mengubur bangkai itu."Aku tidak tau!" kesal Nayna."Apa kamu punya musuh?" tanya Lukas.
Malam harinya Nayna masih memikirkan tentang ucapannya tadi di cafe, jika Nayna tau akan seperti ini mungkin Nayna tak akan menyatakan itu. Tapi hanya itu satu-satunya yang bisa Nayna katakan agar dia tak di cap sebagai pelakor."Bagaimana ini?" gumam Nayna.Pintu kamar Nayna terbuka dan ternyata Lukas datang ke sana membawa segelas susu untuk Saka, tapi sayangnya Saka sudah tertidur. Nayna memperhatikan Lukas yang terlihat gagah walaupun Lukas dari kampung, bahkan Nayna berpikir kalau Lukas adalah orang kaya karena perawakan dan wajah Lukas tidak menunjukkan tanda-tanda kesusahan."Jangan pergi, aku mau bicara sesuatu padamu," ujar Nayna menghentikan langkah Lukas yang akan pergi dari sana.Lukas mendekat pada Nayna dan duduk di kursi dekat meja rias Nayna, "Ada apa Nona?" tanya Lukas."Mulai sekarang jangan panggil aku Nona, panggil aku Nayna." Nayna ingin langsung to the point tapi dia juga ragu takutnya Lukas akan menolaknya."Oke, Nayna," ucap Lukas.Nayna menatap pada Lukas. Nam
"Hah, anakku?" beo Dion.Dion yang sudah berjalan menjauh dari posisi Nayna berdiri langsung menatap pada Nayna karena tak percaya pada apa yang Nayna katakan barusan, Dion kembali mendekat pada Nayna. Ternyata Dion tidak mengindahkan ucapan Aluna barusan tapi Dion hanya mendekat dan mentertawakan Nayna yang mengatakan kalau Nayna punya anak dari Dion."Hahaha, tak salah kamu mengatakan kalau kamu punya anak dariku?" tanya Dion tertawa terbahak-bahak.Nayna hanya diam termenung menatap Dion yang tertawa terbahak-bahak dihadapannya, Nayna sudah tidak ingin berdebat dengan Dion karena memang keberadaan Saka tidak diketahui oleh Dion dulunya. Nayna menghela nafasnya kasar, dan pergi tanpa menggubris Dion.Sebuah kekecewaan bagi Nayna karena penantian dia selama bertahun-tahun ternyata harus sirna karena Dion tidak setia pada Nayna. Nayna semakin kecewa karena Dion ternyata sudah menikah dengan seorang wanita yang cukup berada, bahkan Nayna juga yakin kalau dulu Dion pergi meninggalkan Na
Brak!Dion menjatuhkan berkas yang ada di tangannya dengan sengaja, Tanpa mereka duga ternyata Dion sudah datang ke sana dan mungkin mendengar obrolan mereka, karena sekarang Dion adalah orang paling penting jadi dia akan sering datang ke perusahaan tempat Nayna bekerja. Tapi sekarang tidak ada rindu sedikitpun dalam hati Nayna, sekarang yang ada hanya rasa dendam dan rasa keingintahuan Nayna tentang alasan Dion meninggalkannya dahulu.Selain itu Nayna tidak perduli pada apa yang akan Dion lakukan, walaupun dalam hatinya tetap saja Nayna mengharapkan Dion datang padanya dan mengakui Saka sebagai anak mereka."Sekarang kalian bersiaplah, kita akan pergi ke lokasi untuk meresmikan pembangunan pabrik." Dion berucap didepan semua orang dengan tatapan ketus dan dingin.Semua orang langsung pergi dari sana karena akan menaiki kendaraan yang akan mereka tumpangi untuk pergi ke sana, tapi saat ini Nayna hanya diam disana dan menatap tajam pada Dion. Setelah mata mereka bertemu pandang, Nayna
Sebuah tangan memegang kasar tangan Evalista, bahkan Nayna sudah melindungi wajahnya karena yakin kalau Evalista pasti akan menamparnya, Nayna yang merasakan tangan Evalista tidak mendarat diwajahnya langsung membuka matanya yang tadi sempat terpejam.Ternyata..."Siapa kau?" geram Evalista menarik tangannya yang dipegang kasar oleh pria itu."Aku Lukas, calon suami Nayna. Kenapa? Anda mau menyakiti calon istri saya?" tanya Lukas menatap tajam pada Evalista.Nayna yang sejak tadi hanya diam saja langsung terkejut saat mendengar Lukas mengaku kalau dia adalah calon suaminya Nayna. Tapi untuk sekarang Nayna tidak mau mempermalukan Lukas, apa lagi hal ini bisa menyelamatkan Nayna juga dari amarah Evalista karena kejadian tadi pagi."Tuan, istri mu memeluk suamiku tadi pagi! Kau marahi istrimu sebelum aku jambak rambut istrimu itu!" Evalista marah bahkan dia juga menunjuk-nunjuk Nayna dengan tatapan amarah.Lukas menatap Nayna dan langsung memutar bola matanya malas."Kenapa aku harus mem
Brak!Nayna membuka pintu rumahnya dengan sangat kasar, Saka dan Lukas yang sejak tadi berada di ruang tamu terkejut melihat sikap Nayna yang pulang bekerja langsung marah-marah.Lukas paham kalau sepertinya ada sedikit masalah pada Nayna, maka dari itu Lukas meminta Saka untuk tetap bersama dengannya karena takutnya Nayna sedang tidak mau di ganggu."Om Lukas, punya pacar?" Saka bertanya karena penasaran, anak sekecil itu sudah tau pacaran pasti Saka mendengar dari berita atau dari orang dewasa.Lukas menggelengkan kepalanya, pertanyaan Saka sangat tidak penting bagi Lukas, karena Lukas tidak pernah pacaran. Alasannya karena memang tak ada wanita yang mau pada Lukas. Terkadang Lukas juga menutup diri untuk tidak terjebak dalam kondisi pacaran."Om tidak pacaran, kenapa kamu bertanya begitu?" tanya Lukas."Kenapa tidak pacaran sama Mamah saja?" tanya Saka yang semakin membuat Lukas terdiam karena semakin diladeni anak kecil ini akan semakin banyak pertanyaan."Saka, aku akan antarkan