Dion yang sudah berjalan menjauh dari posisi Nayna berdiri langsung menatap pada Nayna karena tak percaya pada apa yang Nayna katakan barusan, Dion kembali mendekat pada Nayna. Ternyata Dion tidak mengindahkan ucapan Aluna barusan tapi Dion hanya mendekat dan mentertawakan Nayna yang mengatakan kalau Nayna punya anak dari Dion.
"Hahaha, tak salah kamu mengatakan kalau kamu punya anak dariku?" tanya Dion tertawa terbahak-bahak.
Nayna hanya diam termenung menatap Dion yang tertawa terbahak-bahak dihadapannya, Nayna sudah tidak ingin berdebat dengan Dion karena memang keberadaan Saka tidak diketahui oleh Dion dulunya. Nayna menghela nafasnya kasar, dan pergi tanpa menggubris Dion.
Sebuah kekecewaan bagi Nayna karena penantian dia selama bertahun-tahun ternyata harus sirna karena Dion tidak setia pada Nayna. Nayna semakin kecewa karena Dion ternyata sudah menikah dengan seorang wanita yang cukup berada, bahkan Nayna juga yakin kalau dulu Dion pergi meninggalkan Nayna demi wanita itu.
"Kenapa harus seperti ini?" Nayna merasa pilu.
Nayna pulang dengan mood yang kacau, Nayna menatap pada Saka yang saat ini sedang bersama dengan Lukas.
Andai waktu bisa diputar mungkin Nayna akan menikah dengan pria mana saja yang bisa menjadi Papah bagi Saka tapi sayangnya Nayna terlalu berharap kalau Dion akan datang dan menikahinya."Ada apa Nona?" tanya Lukas.
Nayna duduk di sofa dengan tangannya yang dia silangkan di dada membuat Lukas yakin kalau Nayna tengah punya masalah, tapi tak ada jawaban dari Aluna karena wajahnya terlihat begitu kesal. Lukas hanya tersenyum sambil menatap pada Saka yang tengah memainkan mainannya.
"Aku benci dia!" geram Nayna.
"Siapa Nona?" tanya Lukas.
Nayna tak berniat untuk menjawab ucapan Lukas tapi entah kenapa wajah Lukas membuat Nayna kesal, "Siapa lagi? Dion lah!" geram Nayna.
"Dion siapa?" tanya Lukas polos.
"Ishh, Dion itu suaminya Evalista. Wanita yang punya masalah denganku di Mall itu." Nayna menjawab pertanyaan Lukas dengan marah dan kesal.
Lukas hanya mengangguk saja, berusaha paham pada ucapan Nayna padahal Lukas sama sekali tak mengenal kedua orang itu. Lukas mengambil minuman untuk Nayna dan tanpa ragu Nayna langsung meminum minuman itu hingga tandas, Lukas hanya tersenyum saja melihat tingkah Nayna yang menurutnya aneh.
"Kamu jangan ketawa!" geram Nayna mendorong dada bidang Lukas dengan perlahan.
"Tidak Nona." Lukas menggelengkan kepalanya sambil menahan tawa.
Saka mendekat pada Mamanya sambil memberikan sebuah surat, "Tadi Tante Riska memberikan ini," ucap Saka.
Nayna membuka surat itu dan ternyata isinya adalah surat sewa apartemen Nayna yang sudah jatuh tempo, uang sewa satu bulan di apartemen itu lumayan mahal dan sudah beberapa bulan ini Nayna tidak bayar sewa apartemen.
Nayna hanya menghela nafasnya kasar, dia punya uang tapi uang itu adalah uang tabungan untuk Saka masuk sekolah."Apa itu?" tanya Lukas.
"Surat sewa apartemen, aku lupa belum membayar beberapa bulan ini," ujar Nayna.
"Benarkah?" tanya Lukas.
Nayna menyimpan surat itu di atas meja, Nayna masuk kedalam kamarnya karena akan mencari uang untuk membayarnya, Lukas membaca surat itu dan matanya melongo saat melihat rupiah yang harus Nayna bayar setiap bulannya.
Lukas kembali menyimpan surat itu, untuk kali ini Lukas tak bisa membantu Nayna karena dia tidak punya uang sepeser pun.Sedangkan Nayna saat ini menatap pada uang sepuluh juta di tangannya, dan uang itu masih kurang untuk membayar sewa apartemen selama lima bulan. Uang sewa yang harus Nayna keluarkan adalah 2,5 juta rupiah perbulannya.
"Uangnya masih kurang," gumam Nayna.
Tapi Nayna akan datang ke rumah Riska untuk membayar sebagian dari uang sewa apartemen itu, Nayna mengambil tasnya dan memasukan uang itu kedalam tas. Nayna menatap pada Saka yang masih bersama dengan Lukas.
"Mama akan ke rumah Tante Riska dulu," ujar Nayna.
"Ya Ma," jawab Saka.
Nayna berangkat walaupun dengan rasa lelah tapi Nayna tetap pergi karena dia tau bagaimana Riska kalau telat bayar sewa, padahal yang punya apartemen itu tentu saja bukan Riska karena Riska hanyalah pekerja yang bertugas menagih uang sewa pada setiap yang menyewa di apartemen itu.
Nayna naik taksi untuk datang ke rumah Riska tapi sebelum itu Nayna menghubungi dulu Riska karena setau Nayna, temannya itu jarang berada di rumah karena Riska adalah wanita sosialita jadi dia sering kumpul dengan orang-orang kaya.
Drtt
{Nay, aku berada di cafe indah permata, kamu susul saja aku ke sini.}
Tanpa lama Nayna langsung menuju ke cafe Indah permata, walaupun rasanya lelah tapi Nayna tetap memaksakan diri untuk datang ke cafe yang jaraknya lumayan jauh dari tempat Nayna sekarang.
"Kalau saja dia tidak nagih, gak mungkin aku harus jauh-jauh datang ke sana." Nayna membatin.Sesampainya di cafe itu. Nayna mengedarkan pandangannya untuk mencari Riska tapi sayangnya sekarang yang Nayna lihat bukan Riska tapi sosok Evalista yang juga ada di sana. Nayna sebenarnya tak ingin berbincang dengan Evalista tapi tiba-tiba saja Evalista mendekat pada Nayna.
"Perebut laki orang, kenapa dunia begitu sempit?" tanya Evalista menatap sinis pada Nayna.
Nayna tak menggubris ucapan Evalista karena yang dia cari sekarang adalah Riska temannya. Namun, saat Nayna akan pergi, Evalista memegang tangan Nayna dengan kasar bahkan pergelangan tangan Nayna terasa begitu sakit.
"Kamu mau apa? Ada masalah apa kamu sama aku?" tanya Nayna dengan tatapan tajam pada Evalista.
"Masalah kita banyak karena kamu sudah datang ke kehidupan suamiku," ujar Evalista.
"Aku masa lalunya!" geram Nayna.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Nayna, replek saja Nayna memegang pipinya yang terasa begitu sakit karena tamparan itu. Ingin sekali Nayna membalasnya tapi sayangnya semua mata menatap padanya. Bahkan ada Riska juga yang langsung mendekat pada Nayna karena mereka adalah teman.
"Kamu tidak sopan," ujar Nayna.
"Nay, kamu yang sopan. Dia itu Nona Evalista," sahut Riska yang malah membela Evalista dari pada Nayna.
"Tapi Riska, dia yang menampar aku duluan." Nayna membela diri karena dia tak merasa bersalah.
"Seorang pelakor seperti kamu memang pantasnya di tampar!" geram Evalista yang membuat semua orang terkejut.
"Pelakor? Kamu jangan asal bicara. Aku dan suami kamu itu memang pernah punya masa lalu dan aku bukan pelakor," sungut Nayna.
"Lalu? Kenapa kemarin kamu memeluk suamiku?" tanya Evalista.
"Ya, aku yang salah karena terlalu antusias padanya tapi aku gak punya hubungan apa pun dengannya," jawab Nayna.
"Ck, sejak kapan maling ngaku?"
Riska menatap tajam pada Nayna, "Kamu ini gak tau malu!" geram Riska.
"Apa? Aku tidak melakukan apa pun," sahut Nayna.
"Kamu pelakor?" tanya Riska.
"Aku bukan pelakor dan aku sudah punya calon suami." Nayna mengucapkan itu dengan asal karena takutnya semua orang menganggap Nayna buruk.
"Kalau punya calon suami, maka menikahlah dan buktikan pada semua orang kalau kamu punya suami." Evalista mengatakan itu dengan tersenyum bahkan sambil mengejek Nayna.
"Baik, aku akan segera menikah dan tunggu saja kalian." Nayna langsung memberikan uang itu pada Riska dan pergi dari sana sambil memikirkan ucapan yang baru saja Nayna katakan barusan.
"Dengan siapa aku akan menikah?" gumam Nayna.
"Hah, anakku?" beo Dion.Dion yang sudah berjalan menjauh dari posisi Nayna berdiri langsung menatap pada Nayna karena tak percaya pada apa yang Nayna katakan barusan, Dion kembali mendekat pada Nayna. Ternyata Dion tidak mengindahkan ucapan Aluna barusan tapi Dion hanya mendekat dan mentertawakan Nayna yang mengatakan kalau Nayna punya anak dari Dion."Hahaha, tak salah kamu mengatakan kalau kamu punya anak dariku?" tanya Dion tertawa terbahak-bahak.Nayna hanya diam termenung menatap Dion yang tertawa terbahak-bahak dihadapannya, Nayna sudah tidak ingin berdebat dengan Dion karena memang keberadaan Saka tidak diketahui oleh Dion dulunya. Nayna menghela nafasnya kasar, dan pergi tanpa menggubris Dion.Sebuah kekecewaan bagi Nayna karena penantian dia selama bertahun-tahun ternyata harus sirna karena Dion tidak setia pada Nayna. Nayna semakin kecewa karena Dion ternyata sudah menikah dengan seorang wanita yang cukup berada, bahkan Nayna juga yakin kalau dulu Dion pergi meninggalkan Na
Brak!Dion menjatuhkan berkas yang ada di tangannya dengan sengaja, Tanpa mereka duga ternyata Dion sudah datang ke sana dan mungkin mendengar obrolan mereka, karena sekarang Dion adalah orang paling penting jadi dia akan sering datang ke perusahaan tempat Nayna bekerja. Tapi sekarang tidak ada rindu sedikitpun dalam hati Nayna, sekarang yang ada hanya rasa dendam dan rasa keingintahuan Nayna tentang alasan Dion meninggalkannya dahulu.Selain itu Nayna tidak perduli pada apa yang akan Dion lakukan, walaupun dalam hatinya tetap saja Nayna mengharapkan Dion datang padanya dan mengakui Saka sebagai anak mereka."Sekarang kalian bersiaplah, kita akan pergi ke lokasi untuk meresmikan pembangunan pabrik." Dion berucap didepan semua orang dengan tatapan ketus dan dingin.Semua orang langsung pergi dari sana karena akan menaiki kendaraan yang akan mereka tumpangi untuk pergi ke sana, tapi saat ini Nayna hanya diam disana dan menatap tajam pada Dion. Setelah mata mereka bertemu pandang, Nayna
Sebuah tangan memegang kasar tangan Evalista, bahkan Nayna sudah melindungi wajahnya karena yakin kalau Evalista pasti akan menamparnya, Nayna yang merasakan tangan Evalista tidak mendarat diwajahnya langsung membuka matanya yang tadi sempat terpejam.Ternyata..."Siapa kau?" geram Evalista menarik tangannya yang dipegang kasar oleh pria itu."Aku Lukas, calon suami Nayna. Kenapa? Anda mau menyakiti calon istri saya?" tanya Lukas menatap tajam pada Evalista.Nayna yang sejak tadi hanya diam saja langsung terkejut saat mendengar Lukas mengaku kalau dia adalah calon suaminya Nayna. Tapi untuk sekarang Nayna tidak mau mempermalukan Lukas, apa lagi hal ini bisa menyelamatkan Nayna juga dari amarah Evalista karena kejadian tadi pagi."Tuan, istri mu memeluk suamiku tadi pagi! Kau marahi istrimu sebelum aku jambak rambut istrimu itu!" Evalista marah bahkan dia juga menunjuk-nunjuk Nayna dengan tatapan amarah.Lukas menatap Nayna dan langsung memutar bola matanya malas."Kenapa aku harus mem
Brak!Nayna membuka pintu rumahnya dengan sangat kasar, Saka dan Lukas yang sejak tadi berada di ruang tamu terkejut melihat sikap Nayna yang pulang bekerja langsung marah-marah.Lukas paham kalau sepertinya ada sedikit masalah pada Nayna, maka dari itu Lukas meminta Saka untuk tetap bersama dengannya karena takutnya Nayna sedang tidak mau di ganggu."Om Lukas, punya pacar?" Saka bertanya karena penasaran, anak sekecil itu sudah tau pacaran pasti Saka mendengar dari berita atau dari orang dewasa.Lukas menggelengkan kepalanya, pertanyaan Saka sangat tidak penting bagi Lukas, karena Lukas tidak pernah pacaran. Alasannya karena memang tak ada wanita yang mau pada Lukas. Terkadang Lukas juga menutup diri untuk tidak terjebak dalam kondisi pacaran."Om tidak pacaran, kenapa kamu bertanya begitu?" tanya Lukas."Kenapa tidak pacaran sama Mamah saja?" tanya Saka yang semakin membuat Lukas terdiam karena semakin diladeni anak kecil ini akan semakin banyak pertanyaan."Saka, aku akan antarkan
"Dimana suami mu?" tanya Lukas.Bukannya mendapatkan jawaban, Lukas malah mendapatkan tatapan tajam dari Nayna yang saat ini merasa risih dengan pertanyaan seperti itu.Lukas langsung bungkam karena dia yakin kalau Nayna tidak akan suka dengan pertanyaan itu."Karena aku kasihan padamu, jadi aku ijinkan kamu tinggal disini. Tapi kamu harus ingat sesuatu, jangan macam-macam padaku kalau kamu tidak mau tanganmu patah." ucap Nayna dengan nada ketus.Lukas hanya menganggukkan kepalanya saja, untuk berbuat jahat pun dia masih pikir-pikir apa lagi Nayna lah yang sudah menyelamatkan dia.Sangat tak tau berterima kasih kalau Lukas melakukan kejahatan pada Nayna dan putranya."Untungnya dia menyelamatkan aku, kalau saja tidak ada dia, pasti aku akan tewas dengan sangat mengenaskan." gumam Lukas mengingat malam dimana dia di pukuli oleh orang-orang yang tak dia kenal.Malam ini mereka makan bersama di meja makan, banyak masakan yang Nayna hidangkan apa lagi putranya itu sangat susah untuk makan
“Tolong! Seseorang tolong aku!”Nayna tersentak saat mendengar sebuah suara. Matanya mengedar ke semua arah, ketakutan saat mendengar suara di jalanan yang sepi. Ditambah lagi, jalan menuju rumahnya sangat gelap.Bukan hantu yang dia takuti tapi dia takut kalau ada orang jahat yang hendak menyakitinya.Apa lagi dia hanya sendiri di sana dan dia juga seorang wanita yang jika di bandingkan dengan laki-laki maka kekuatannya tak ada apa apanya."Astaga, apa itu orang jahat?" lirihnya dengan keringat dingin yang sudah membasahi keningnya.Dia kembali melangkahkan kakinya tapi tiba-tiba saja, ada sebuah tangan yang dingin memegang kakinya."Aaaarghh!" dia berteriak sekuat tenaga.Alangkah terkejutnya dia saat mendapati seseorang yang tengah tergeletak tak berdaya di tanah, dia ingin sekali lari dari sana tapi dia yakin kalau itu adalah manusia."Tolong!" lirihnya dengan suara parau.Ketakutan itu seketika hilang saat mendengar ucapannya. Dia pun jongkok guna menyeimbangkan tingginya dengan