Share

Bab 6

Julian terus bertanya apa yang terjadi. Tapi Zora terlalu kesal hingga terus diam selama perjalanan, hatinya penuh amarah dan kecewa atas keputusan orang tuanya yang selalu sewenang-wenang. Yang membuatnya selalu membenci lahir di kehidupan ini.

Bila akhirnya dia tidak pernah benar-benar bebas untuk apa semua kemewahan ini?

Zora menatap Julian yang mengendarai mobil, Julian yang menyadarinya melemparkan senyum. "Ada apa?"

Zora menghempas nafasnya, "Bi, kalo aku kehilangan semua yang aku punya, apa kamu masih bakal sayang sama aku?"

Julian tersenyum sekilas dan mengenggam tangannya. "Tentu, kenapa tidak. Walaupun mungkin aku gak bisa ngasih sebanyak yang Papamu kasih. Apa gak masalah?"

"Serius?" Tanya Zora dengan kehangatan di hatinya dan matanya yang mulai membasah karna haru.

"Papamu pasti gak setuju dengan hubungan kita kan?" Julian bertanya dengan kesungguhan. Mendengarnya, Zora hanya mengangguk.

"Maaf udah buat kamu di posisi sulit karna aku ya.." genggamannya semakin erat dan matanya penuh penyesalan.

Zora mengenggam tangan itu dengan kedua tangannya, "Aku harus buktiin kalo kamu memang orang yang tepat untukku. Asalkan kamu gak pernah menyerah."

Julian mengangguk dengan senyum masam. Mengantar Zora ke kediaman sahabatnya, Dania.

"Jadi apa rencana mu sekarang?" Tanya Julian setelah membantu Zora turun dari mobil dan menutup pintu.

Tidak terpikirkan apa yang selanjutnya akan di lakukan. Zora hanya menggeleng, dengan wajah putus asa.

Julian meraih dirinya yang mungil untuk masuk dalam pelukannya. "Semua baik-baik aja."

Semerbak harum dari bunga iris dan abroxol yang manis memenuhi setiap udara yang dihirup Zora. Tak ada kata lain selain kenyamanan. Wangi yang selalu dia rindukan untuk di sentuh dan menjadi candu atas kebenaran cintanya.

Keputusannya sudah bulat, bila Julian berkata akan berjuang dengannya, tidak ada lagi yang bisa membuatnya berubah pikiran.

Hatinya hangat penuh keberanian, bahwa di depan sana dia mampu membuktikan dirinya.

Julian mengecup kening dan menatapnya lembut. "Pergi istirahat, dan kabari apapun yang terjadi, oke?" Zora membalasnya dengan anggukan patuh dan segera membunyikan bel untuk masuk ke kediaman Dania.

Dania tidak bisa berhenti bertanya, dan Zora juga tidak punya alasan untuk tidak menjelaskan semuanya dengan detail. Dania sangat menyayangkan keputusannya untuk keluar dari Forte Grup.

"Kamu tau Zora, semua orang mengharapkan posisi menjadi dirimu. Apa kamu yakin dengan pilihan ini? Mungkin kamu bakal ngelakuin hal paling berat untuk membuktikan semuanya."

Zora mengangguk yakin, "Tapi aku sekarang benar-benar miskin, aku bahkan gak bawa bajuku untuk ganti. Aku pinjem bajumu dulu ya?"

Dania mengangguk, tak masalah menampungnya beberapa saat toh ada banyak kamar di rumah ini tapi hatinya benar-benar tidak yakin.

Keesokan hari Julian datang untuk mengajak Zora berbelanja. Julian bukan orang yang sangat kaya, untuk ada di posisinya saat ini dia sangat bekerja keras dan hemat tapi dia tau wanita yang dicintainya sudah memilih untuk hidup bersamanya.

"Aku gak bisa beliin kamu barang mahal." Julian memelas sebari mengendarai sebuah Honda Civic putih miliknya. Zora tersenyum "Kita ke pasar aja, aku belum pernah loh belanja di pasar." Katanya bersemangat.

Julian tersenyum tak percaya, apa dia benar-benar bisa menghidupi seorang putri konglomerat dengan kehidupan sederhana?

"Ayo, bakal seru!" Ajak Julian menancapkan gas menuju lokasi.

"Pasar Kemasan" terpangpang tepat di depan gedung pasar. Suasananya yang berantakan dan kerumunan yang tidak terlalu ramai. Ketika Zora turun sebenarnya ada rasa jijik apa dia benar-benar harus masuk kesana?

Julian segera menyadari hal itu. "Yakin mau kesini?" Zora menatap sekeliling dan akhirnya mengangguk. Di umurnya ke 24 tahun dia baru sekali ini menginjakan kaki di sebuah pasar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status