Share

Bab 5

Author: Jayashree
last update Last Updated: 2022-11-04 04:57:24

Nyonya Anita mendengarkan percakapan dengan santai, sudah menduga bahwa Zora sudah pasti langsung menolak, melihat putri semata wayangnya begitu mengagumi sosok pacar sempurnanya, yang memberinya hadiah dan memperlakukannya seperti tuan putri.

Siapapun yang mendapatkan Zora, pasti akan melakukan hal yang sama, mengingat siapa Zora sebenarnya.

Putri semata wayang Tuan Arnold, pemilik Forte Grup, dengan gurita bisnis senilai 60 triliun. Dibandingkan Julian, hanya seorang anak pebisnis menengah dengan kekayaan total paling banyak 200 miliar, seperti langit dan bumi.

Yang terpenting bukan hanya menghasilkan uang, tapi mencari laki-laki yang mampu membimbing putri manja ini.

"Semua, karna uang. Papa mau jual aku?" Tanya Zora penuh amarah.

Tuan Arnold hanya menatap putrinya dengan serius. Meletakan pisau dan garpu dengan santai dan mengeratkan kedua tangannya. Mengisyaratkan bahwa ini adalah hal yang serius.

"Jaga bicaramu, Nona Zora." Timpal Nyonya Anita pada putrinya yang mulai hilang kendali.

"Keputusan papa sudah bulat, lusa kita akan bertemu keluarga Iskandar untuk mempertemukan kalian." Tuan Arnold menekankan.

Zora tersenyum pahit, "Semua orang iri karena aku anak papa, tapi sebenernya, aku cuma burung dalam sangkar emas. Terpenjara, gak pernah bisa milih keinginanku sendiri."

"Semua yang terbaik untuk kamu, Zora." Rayu Nyonya Anita.

"Terbaik apa? Apa mama papa pernah tanya pendapatku? Ada buat aku? Enggak!" Bantah Zora,

"Aku cuma harus ikutin semua kata kalian, padahal ini hidupku!"

Tuan Arnold menyeruput teh di hadapannya dengan tenang dan melanjutkan bicara, "Zora, semua yang kamu miliki adalah milik papa, kamu hanya perlu menikmati semuanya. Apa yang papa gak berikan buat kamu?"

Zora membelakakan mata, tenggorokannya tercekat dan dadanya sesak membuatnya bernafas terengah-engah.

"Dan sekarang papa juga sudah pilihkan calon yang terbaik untuk kamu, seorang yang jelas keluarganya sebanding dengan kita, latar pendidikannya bagus dan punya sopan santun yang baik, lagi pula dia bukan orang asing, dia teman kecilmu Affandra. Pokoknya cocok sekali."

"Papa gak bisa paksain aku kalo soal hati, gak bisaa!" Zora bersikukuh menolak.

"Udahlah kamu ketemu saja dulu sama Nak Andra." Pinta Nyonya Anita.

"Kalo aku gak mau?" Seraya menatap papanya dengan tajam.

"Yah, kamu boleh ikutin pacarmu itu. Tapi jangan lagi kamu pake semua fasilitas papa, sampai dimana kamu bisa bertahan, boleh kita liat." Tantang Tuan Arnold

"Oke!" Dengan percaya diri Zora menerima tantangan Papanya, dan segera bangkit dengan kasar dari meja makan untuk pergi dari tempat itu.

"Begitu juga mobil, dan kartu kredit." Sambung Tuan Arnold

Mendengar ucapan ayahnya, Zora berbalik, melempar kunci mobil dan mengeluarkan beberapa buah kartu kredit. Toh masih ada sisa di debitnya.

"Tabunganmu juga papa blokir." Segera Tuan Arnold mengeluarkan dompet dan mengeluarkan uang merah. "Pakai ini." Menyerahkan uang pecahan seratus ribu mungkin sekitar 30 lembar.

"Kamu sudah banyak ngurus pacarmu itu, kita liat sekuat apa dia ngurus kamu sekarang." Ucap santai pengusaha kelas kakap itu pada putrinya yang hanya menganga tak percaya.

Dalam 1 menit Zora menjadi miskin. Sebenarnya gengsi sangat besar untuk ambil uang cash di atas meja makan itu, tapi dia masih sadar, bahwa dia dalam kesulitan besar dan terpaksa mengambilnya lalu pergi dengan gusar.

Kamu terlalu keras sama Zora, mas." Nyonya Anita mengingatkan dengan sedih.

"Anak itu belum dewasa, matanya buta dan hatinya sempit, mungkin ini harga untuk semua kekayaan ini." Tuan Arnold menyeruput tehnya dengan mata yang penuh kehawatiran. "Aku hanya takut dia tidak bisa membedakan baik dan buruk, saat semua orang hanya tau memujanya."

"Maafin aku mas." Nyonya Anita merasa bersalah dengan sikap Zora yang semakin dewasa mulai sulit diberi pengertian.

"Bukan salahmu sayang, ini proses juga untuk Zora, gak selamanya kita akan bisa mendampingi dia. Sudah saatnya dia diperlakukan seperti orang dewasa."

Nyonya Anita setuju dengan mengangukan kepalanya, dan menatap jauh kearah Zora menghilang, dengan perasaan takut.

Segera setelah meninggalkan orang tuanya, Zora mengambil ponsel untuk menghubungi pacarnya. Dengan terisak ia minta untuk dijemput sekarang juga.

Dari sebrang sana terdengar suara musik dan nada khawatir Julian, yang langsung bergegas menemuinya di lobi hotel bintang lima yang juga adalah hotel milik keluarga Arnold.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SUAMI UNTUK TUAN PUTRI   bab 106 - Tamat

    Affandra sangat bangga dan mengelus punggung tangannya lembut sambil mereka sering bertatapan penuh arti."Om Tante, aku pinjem Zora sebentar boleh?" Izin Affandra yang disambut baik kedua orang tua Zora.Affandra menggandeng tangan Zora untuk ikut bersamanya, ini hal yang baru ia lakukan lagi setelah sekian lama. Zora terus menatap tangannya yang di genggam orang yang selalu ia pikirkan setahun ini. Yang ia ingat terakhir kali memeluk tangannya saat ia demam malam itu. Dan kini genggaman itu kembali memberikan rasa aman.Affandra membawanya ke halaman tengah Villa mewah itu, dengan lampu-lampu redup, wajahnya bersinar."Aku sudah bilang untuk membuka blok di ponselmu." Kini Affandra cemberut."Aku sudah lama membukanya. Itu kamuu!""Mana ponselmu?" Affandra tak percaya karna ia masih tidak bisa menghubunginya.Ia membuka semua file block WhatsApp dan panggilan biasa. Ternyata ia masih menjadi daftar hitam dalam setingan ponsel. "Lihat?"Zora hanya tertawa, "Maaf, aku lupa soal yang i

  • SUAMI UNTUK TUAN PUTRI   Bab 105

    Ia pulang dengan perasaan lega. Sepanjang jalan ia terus tersenyum. Sampai Tuan Arnold merasa heran. "Sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada putri kita."Nyonya Anita langsung menoleh untuk melihat Zora yang tersipu malu. "Apa kau bertemu Affandra?"Zora mengangguk pelan dan tak ingin membahasnya, ia sangat malu. Sesampai di villa ia langsung masuk ke kamar dan menjadi gila. Sangat senang hingga tertawa sendiri. Tapi ponselnya belum juga berdering ia menunggu sampai malam dan tidak juga berdering. Menunggu membuatnya kecewa.Malam ini mereka makan malam di rumah, menunggu Affandra menghubunginya benar-benar membuatnya kesal. Jadi ia berhenti untuk menunggu dan pergi makan malam.Tepat saat makanan di hidangkan, bel berbunyi, ada seseorang yang datang, jadi Nyonya Anita membukanya."Halo Affandra." Sambut Nyonya Anita senang. Zora sudah duduk di meja makan mendengar nama itu disebut ia memejamkan mata dan seketika malu sekali.Tuan Arnold melihat expresi Zora yang berubah menjadi kep

  • SUAMI UNTUK TUAN PUTRI   Bab 104

    Kenapa? Kenapa dia selalu melakukan ini? Bukankah pria itu kali ini datang, seperti keinginannya sebelumnya?Affandra masih mematung disana menatap punggung Zora yang menjauh.'ini adalah kesempatanmu bicara, setidaknya minta maaf atas perbuatannya yang sudah menyia-nyiakannya. Kau tidak boleh marah Zora, bila ia akhirnya bahagia dengan orang lain, harusnya kau ikut bahagian untuknya.' batin dirinya pada hatinya sendiri. Menghentikan langkah kakinya dan membuatnya menoleh ke belakang. Pria itu masih disana, menatap pantulan langit di lautan dan terpaku diam.Zora kembali berjalan menuju padanya, hingga pria itu sadar, Zora sudah ada di sisinya dan menoleh tanpa expresi."Aku sudah membuat banyak kesalahan kan?"Tanya Zora padanya.Affandra hanya meliriknya sekali, tidak ingin menjelaskan apapun. "Harusnya, aku ikut bahagia bila kau sudah menemukan hatimu untuk orang lain, karna ini kesalahanku sendiri," Zora menatapnya yang masih mendengarkan dengan tatapan lurus menatap horison."Ak

  • SUAMI UNTUK TUAN PUTRI   Bab 103

    Ia segera membuang pandangan dari pria itu, bodoh sekali, apa dia melihatnya menangis? Itu sangat memalukan. Walau sudah mengakui perasaannya, di hadapan Affandra ia tidak ingin membuatnya besar kepala, ia tidak mau terlihat sedang merindukannya.Tapi sampai acara selesai, Affandra tidak sama sekali mengunjunginya. Ini adalah hal yang harus ia bayar, Zora melihat Affandra sedang mengobrol dan hendak menyapanya lebih dulu. Baru saja ia melangkah beberapa langkah, seorang anak umur 3 tahun berlari padanya, "Daddy, Daddy.." dengan sigap ia menggendong pria kecil tampan di pelukannya, mengecup pipi dan memberikannya sesuatu di tangannya. Seorang wanita cantik segera muncul juga menghampirinya, dan tertawa bersama, Zora mengenalnya, dia Amanda, salah satu putri dari teman ayahnya yang juga kaya raya, kabarnya ia Janda, dan akan segera menikah.Amanda mengobrol dengannya dengan lembut membersihkan sisa kue yang di makan putranya di jas milik Affandra dengan perhatian.Zora hanya merasa ten

  • SUAMI UNTUK TUAN PUTRI   Bab 102

    Sering kali, ia mulai ingat, bagaimana Affandra adalah salah satu orang yang membuatnya menjalani hari-hari ini dengan baik. Bagaimana ia telah membimbing Zora menjadi lebih baik dalam memandang kehidupan yang sepenuhnya ia tidak mengerti. Entah dimana ia kali ini.Akhirnya Zora kembali ke Forte Grup, dengan sambutan semua orang. Rahasia Zora di Gavin Tect lalu terbongkar dan membuat gempar karyawan mereka, ternyata selama ini, orang yang sudah mereka tindas adalah putri seorang konglomerat."Gak mungkin. Gak mungkin." Nadya dari divisi keuangan Gavin Tect tidak percaya saat mendengar kabar itu. Wajahnya pucat apa dia sudah membuat kesalahan? Tapi Zora sama sekali tidak pernah mengungkit mereka , Zora yang semula selalu digosipkan hal-hal miring, untuk kali ini ia menerima banyak pujian. Ia sesekali berkunjung ke Gavin Tect yang menjadi salah satu perusahaan sahabat dalam berinovasi, semua orang dengan sopan memuji dan menyanjung.Kesuksesannya kali ini lebih dari kesuksesannya sebelu

  • SUAMI UNTUK TUAN PUTRI   Bab 101

    Zora pulang dengan lesu, ini baru pukul 2 siang, tapi dia sangat butuh tidur, jadi begitu sampai dirumah ia langsung melempar diri ke tempat tidur dan memejamkan mata hingga magrib menjelang."Non, udah magrib, non" Bi Ima dengan lembut membangunkannya. Zora berbalik menggaruk wajahnya dan matanya masih rapat seolah lengket. "Non ayo solat dulu, terus makan malem sama tuan dan nyonya di bawah."Zora hanya mengangguk angguk tapi ia terlelap lagi. Kamar ini seolah punya daya magis yang selalu membuatnya nyaman.15 menit kemudian, Bi Ima kembali naik untuk membangunkannya lagi. Jadi dengan susah payah ia bangun dengan mata lengket. Bergegas mandi, solat magrib dan turun untuk makan malam.Hidangan rumahan yang lama tidak ia nikmati, jadi setiap pulang kerumah selalu merindukan masakan ibunya. Zora terlihat sangat menikmati hidangan yang membuat ibunya terus lebih sehat, Nyonya Anita juga jadi lebih mensyukuri kehadiran putrinya yang hilang hampir 2 tahun ini."Kau sudah kembali ke rumah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status