Share

SUAMI YANG DIHINA KELUARGAKU
SUAMI YANG DIHINA KELUARGAKU
Author: Anik Safitri

1

Author: Anik Safitri
last update Last Updated: 2025-05-14 17:46:49

Gelak tawa memenuhi ruangan. Riuhnya menambah ramai suasana. Tetapi tidak dengan ku dan ayah. Ayah hanya mengelus lembut pucuk kepalaku.

Baru saja, ada seorang laki-laki melamarku. Dia adalah anak teman ayah. Tidak seperti kakak-kakak ku yang dilamar dengan membawa pernak pernik mewah, tetapi laki-laki tadi membawa seikat pete, setengah karung cabai serta sayur mayur lainya. Tentu berbanding terbalik dengan kehidupan kota yang aku jalani. Namanya Yitno. Reflek dengan penampilan, nama dan apa yang ia bawa sontak membuat keluarga besarku tak dapat menahan tawanya.

Tetapi ayah justru setuju. Entah mengapa aku percaya pada keyakinan ayah bahwa dia adalah laki-laki yang tepat. Keputusan itu juga membuat diriku menjadi bahan olokan kakak-kakak ku. Suami mereka semua orang berada. Suami Kak Dinda adalah seorang anggota DPR. Suami Kak Oliv seorang pengusaha besar. Dan suami Kak Mayang adalah seorang dosen.

"Ayah, yakin dengan keputusan ayah akan menikahkan Sela dengan lelaki desa begitu?"

"Kamu yakin akan hidup di desa Sel ? Ih orang desa jorok lho. Mandinya di sungai,"

"Nggak takut miakin kamu hidup dengan orang desa Sel?"

Dan beragam olokam lainya terlontar dari mulut-mulut kakak ku.

"Jangan melihat seseorang hanya dari satu sisi. Kalian belum tau sisi yang lainya.". Itu wejangan ayah.

"Kamu sudah berumur Nduk. Sudah saatnya kami memikirkan masa depanmu. Jangan terus menerus memikirkan ayah. Ayah tidak apa-apa. Ayah merestuimu,".

Ku peluk pria sepuh itu. Bagaimana aku tega meninggalkanya, sementara ibu sudah terlebih dahulu meninggalkan ayah dalam keabadian. Ayah tidak pernah menuntut salah satu anaknya akan tinggal bersama. Karena semua anaknya perempuan. Mereka harus menurut apa kata suami.

*

Selang beberapa hari Yitno datang lagi. Penampilanya selalu begitu. Kemeja masuk dan rapi. Rambutnya klimis.

"Om saya kesini ingin membantu sedikit dana untuk acara pernikahan nanti. Terimakasih telah memberi restu saya menikahi Sela. Saya berjanji akan membahagiakan Sela sekuat yang saya bisa,"

"Eh Yitno bahagiain darimana? Kamu cuma petani? Apa bisa membahagiakan Sela?" hina Kak Oliv.

"Paling-paling nanti setiap hari disuruh buat sambal pete," tambah Kak Dinda

"Tidak bahagia justru mengancam jiwa nanti, Sel," Kak Mayang tidak mau kalah menimpali

Yitno hanya tersenyum. Tidak terlihat sama sekali gurat emosi di wajahnya.

"Kamu itu punya mulut atau tidak ? Senyam-senyum. Jangan-jangan kamu malah gak waras?" tanya Kak Dinda.

"Akan saya bahagiakan Sela dengan cara saya sendiri," jawab Yitno. Entah mengapa laki-laki itu bisa yakin seperti itu.

Namun mendengar jawaban dari Yitno, yang ada kedua kakak Sela menertawakanya. Dengan kata lain menghinanya.

Dan Yitno masih sama. Masih duduk dengan santainya. Tidak memperlihatkan dirinya sedang emosi maupun sakit hati.

"Tidak usah mengada Ngada kamu. Kamu itu dari desa. Palingan juga miskin. Sok paling bisa. Apalagi membahagiakan anak orang. Memangnya hanya dengan kata cinta, Sela akan pasti bahagia begitu?" tanya Kak Mayang yang meremehkanya.

"Asal dari desa, ekonomi yang miskin belum tentu tidak bisa membahagiakan Mbak. Kita lihat bagaimana nanti waktu saja. Hidup di kota, dengan suami berpangkat tinggi juga tidak ada jaminan dibahagiakan bukan?" serang Yitno tiba tiba. 

Dan entah mengapa, kedua kakakku langsung terdiam. Apakah ucapan Yitno memang sesuai dengan kenyataan yang mereka alami? 

"Kenapa diam Mbak? Tidak bahagia ya?" tanya Yitno dengan berani.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SUAMI YANG DIHINA KELUARGAKU   50

    Malam itu langit gelap gulita. Bulan tertutup mendung, menyisakan suasana mencekam di kampung kecil itu. Lampu di teras rumah Yitno menyala redup. Di sudut halaman, Rijal duduk bersandar di kursi kayu pendek, pentungan di tangan kanannya, senter menggantung di pinggangnya. Matanya awas menatap ke segala arah, sesekali menghela napas panjang mencoba menepis kantuk.Di dalam rumah, Sella terlelap dengan gelisah. Berkali-kali tubuhnya menggeliat dalam tidur, keringat dingin membasahi pelipis meski angin malam menembus celah genting. Yitno yang duduk di kursi dekat tempat tidurnya terjaga, matanya sembab, tetapi tetap awas. Pikirannya penuh dengan was-was.Tiba-tiba...Tok… tok… tok…Suara ketukan pelan terdengar dari arah pagar depan. Rijal segera berdiri, menggenggam erat pentungannya.“Siapa itu?!” teriak Rijal lantang.Sunyi. Tak ada jawaban.Rijal melangkah cepat mendekat ke pintu pagar. Ia menyorotkan senter, tapi tak ada siapa pun. Hanya jalan setapak kosong, dan semak-semak di sis

  • SUAMI YANG DIHINA KELUARGAKU   49

    Hari-hari berikutnya, suara pagar besi yang diketok dan mesin molen semen yang berdengung terus terdengar dari rumah Yitno. Di balik tembok tinggi itu, Sella beristirahat dalam diam. Yitno sibuk mengawasi pekerjaan tukang, memastikan setiap sudut aman, setiap celah tertutup rapat. Rijal mulai rutin berjaga malam, duduk di bawah lampu temaram depan rumah dengan pentungan di samping termos kopinya.Namun di luar pagar itu, gelombang omongan miring makin menggulung besar. Dan Pak Kardi menjadi pemandunya.“Sekarang giliran siapa yang mau dibatasi aksesnya? RT? RW? Keluarganya sendiri?” ujar Pak Kardi suatu sore saat berkumpul di pos ronda bersama beberapa bapak-bapak lain.Pak Darto masih berusaha netral. “Dia cuma pengin istri dan rumahnya aman, Pak.”Pak Kardi langsung menyambar, suaranya meninggi. “Lha, semua orang juga pengin aman, Dar! Tapi kita ini hidup di kampung, bukan kompleks pejabat! Apa setiap orang mau pasang pagar kayak begitu juga?”Beberapa warga mulai mengangguk. Ada ya

  • SUAMI YANG DIHINA KELUARGAKU   48

    Sella memegang perutnya erat-erat, rasa nyeri makin menajam. Nafasnya pendek-pendek, keringat dingin mulai merembes di pelipisnya. Dengan tangan yang gemetar, ia meraih ponsel yang tergeletak di atas meja ruang tamu.Jari-jarinya bergetar saat menekan nama Yitno di layar. Sekali dering. Dua kali.“Ya Allah, angkat dong Mas…” gumamnya lemah.Akhirnya terdengar suara berat yang familier. “Halo, Dik? Ada apa?”Suara itu jadi pemicu tangis kecil yang akhirnya pecah juga. “Mas… pulang sekarang… aku nggak kuat…”“Astaghfirullah. Kamu kenapa?”“Sakit, Mas… perutku kenceng banget. Aku takut…”“Ya Allah…” terdengar suara Yitno berbalik arah dari sawah. “Tahan sebentar, aku pulang sekarang! Jangan panik ya, aku segera sampai!”Yitno datang sekitar sepuluh menit kemudian. Nafasnya masih tersengal saat membuka pintu dan langsung memeluk istrinya yang terduduk lemah di lantai dekat kamar.“Kita ke dokter sekarang,” ucapnya tegas.Tak butuh waktu lama, mereka meluncur ke klinik ibu dan anak di kota

  • SUAMI YANG DIHINA KELUARGAKU   47

    Sella berdiri diam di ambang lorong, memandangi punggung Budhe Inem yang semakin menjauh lalu menghilang di balik pintu. Suara pintu ditutup pelan oleh Darto menjadi satu-satunya bunyi yang terdengar di tengah rumah yang hening itu. Lalu hening. Tak ada yang berbicara. Bahkan istri Darto hanya menunduk, seperti ingin segera lenyap dari ruangan itu. Sella menarik napas pelan, lalu berbalik menghadap Yitno yang masih duduk memijat pelipis. Matanya tampak lelah, namun keteguhan wajahnya tak berubah sedikit pun.“Mas…” Sella akhirnya membuka suara. Yitno menoleh, mengangguk kecil.“Iya?” Sella ragu sejenak sebelum akhirnya melangkah mendekat dan duduk di sisi suaminya.“Kamu… pernah nyesel nggak?” suaranya nyaris tak terdengar. “Mengadopsi mereka berdua… Yumna, Yusna. Apa kamu pernah ngerasa ini semua terlalu berat? Terlalu… bukan bagian dari hidup kita?”Yitno menatap wajah istrinya lama. Mata Sella tampak berkabut, seperti menyimpan luka yang sulit dikatakan dengan kata-kata. Ia tahu

  • SUAMI YANG DIHINA KELUARGAKU   46

    Yusna langsung berbalik badan, berjalan ke arah lemari kecilnya dengan langkah riang. Ia membuka pintu lemari sambil bersenandung pelan, benar-benar yakin bahwa kedatangan orang tuanya malam-malam seperti ini hanya berarti satu hal bahwa dia akan dibawa pulang. Entah karena kangen, atau karena merasa bersalah telah meninggalkannya jauh dari rumah.Sella dan Yitno hanya saling pandang. Yitno menahan napas panjang, sementara Sella menggenggam ujung bajunya erat.“Yusna…” panggil Sella pelan.“Iya, Bu?” jawab gadis itu riang, sambil melipat handuk kecil ke dalam tas.“Kami ke sini karena kami dapat telepon dari orang yang mengaku pihak asrama,” lanjut Sella, suaranya mulai mantap. “Katanya kamu hilang. Kami panik. Kami takut terjadi apa-apa dengan kamu.”Yusna langsung menoleh, wajahnya bingung. “Hah? Hilang? Aku? Siapa yang bilang? Aku dari tadi cuma di kamar. Terus makan, terus mandi, ya udah gitu aja.”Yitno melangkah maju, suaranya lebih tegas. “Ada orang yang pura-pura jadi petugas

  • SUAMI YANG DIHINA KELUARGAKU   45

    Sella langsung berdiri dari kursi goyang. Segelas susu hangat tumpah ke lantai, tapi ia tak peduli. “Halo? Apa maksud Anda? Yusna kenapa?!”Suara di seberang terdengar tergesa. “Kami tidak bisa menjelaskan lewat telepon. Tapi Yusna… dia tidak ada di kamarnya sejak sore. Kami sudah mencarinya di sekitar asrama, tapi tidak ditemukan. Kami butuh Bapak dan Ibu datang secepatnya. Ini serius, Bu.”Jantung Sella berdetak tak karuan. Wajahnya pucat. Ia menatap Yitno yang baru saja bangkit dari kasur.“Ada apa?” tanya Yitno cepat, melihat kegelisahan istrinya.“Yusna hilang… dari tadi sore,” jawab Sella nyaris tak terdengar.Yitno langsung mengambil ponsel dari tangan istrinya. “Halo? Ini ayahnya. Siapa Anda?”“Pak, saya pengurus shift malam. Kami sudah hubungi kepala asrama tapi belum ada kabar. Kami butuh bantuan Anda untuk melakukan pencarian lanjutan. Tapi kami butuh dana operasional, Pak. Untuk mobil, konsumsi, dan tenaga kerja.”Yitno mengerutkan dahi. “Dana operasional? Itu tanggung jaw

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status