Share

Bab 17. Kegilaan

“Pak, ajak saya masuk, dong!” bujuk Arumi pada sang security.

“Aduh, Mbak. Mirza, kan, nggak ada di rumah. Kalau saya bawa Mbak masuk, mau bilang apa ke Nyonya?”

Arumi masih bersikeras. Tak sabar rasanya ingin menginjakkan kaki di rumah kaya berlantaikan marmer itu.

“Saya adiknya, Pak. Seenggaknya izinin saya masuk, saya haus. Jauh-jauh dari kampung, masa harus pulang lagi? Nanti saya telepon Mas Mirza-nya, deh.”

Satpam itu pun membawa Arumi masuk ke rumah besar milik Keluarga Hermawan. Langkahnya hati-hati, Arumi membuntuti dari belakang. Niat petugas keamanan itu hanya membawakan Arumi minuman dari dapur, tapi berpapasan dengan Mayang, sang pemilik rumah.

“Itu siapa, Rus?” tanya Mayang.

“Dia ngakunya adiknya Mirza.”

Sejak tadi Arumi memandang tajam pada Mayang. Wanita itu terlihat kurang sehat. Sungguh penampilannya jauh berbeda dari Hermawan yang tampak gagah dan rupawan di usianya yang matang.

‘Aduh, si tua ini nggak pantas rasanya bersanding sama Pak Hermawan. Kapan matinya, sih
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status