Share

Melamar Biru

Author: Istyanah
last update Last Updated: 2025-05-05 13:01:21

“Saya tidak mau jadi istri Pak Benua!”

“Kenapa tidak mau?”

“Saya kan asisten pribadi Pak Benua, masa saya mau dijadiin istri Pak Benua?”

“Tidak ada yang salah Biru, kamu tetap bisa menjadi asisten pribadi saya sekaligus istri saya nantinya.”

“Pokoknya saya tidak mau!”

“Kamu tidak boleh menolak. Nanti malam saya akan melamar kamu!”

Percakapan emosional saat di taman tadi pagi terus mengganggu Biru dan setelah Benua mengungkapkan permintaan tidak terduga itu, pria itu meminta Biru untuk fokus bekerja lagi.

Sekarang Biru akan cari aman takutnya Benua benar-benar nekat akan melamarnya, dia akan kabur ke apartemen Ully.

“Kakak pergi dulu ya. Kalau ada yang cari kakak bilang aja lagi di rumah temen.” Biru berpesan terburu-buru ke ketiga adiknya yang sedang berkumpul di ruang TV yang menyatu dengan ruang tamu.

“Kakak mau menginap?” Flower memegang tangan Biru sebelum kakaknya itu keluar penuh dari rumah.

“Iya soalnya Ully lagi pengin ditemenin malam ini, tapi jangan bilang kakak lagi di apartemen Ully ya. Awas lho kalian. Dadah ….” 

Biru segera mengendarai motor matic miliknya menuju apartemen Ully, tadi dia sudah lebih dulu menghubungi Ully dan menceritakan permintaan konyol Benua yang membuat Biru hampir pingsan di taman.

Bukannya iba mendengar curahan hati Biru yang tiba-tiba diminta menjadi istri Benua, Ully justru terbahak-bahak saat mendengarnya. Ully puas meledek Biru dan mengatakan, “Kita tuh emang kalau kesal sama orang jangan kelewatan takutnya jadi jodoh. Ya kayak lo sama bos lo.”

Biru mengamuk ke Ully saat mendengar ledekan Ully itu dan mengatakan, “Dasar sahabat zalim!”

***

“Kalau gue jadi lo sih ya lebih baik terima aja permintaan bos lo itu. Siapa tahu dia nanti berubah nggak menyebalkan lagi dan siapa tahu dia juga berubah jadi romantis,” kata Ully menyambut Biru yang baru sampai di apartemennya.

Dia tahu sahabatnya datang ke apartemennya malam ini untuk berjaga-jaga takutnya Benua datang sungguhan ke rumah untuk melamar Biru.

“Prett!” balas Biru kesal lalu menghempaskan tubuhnya ke atas kasur.

“Jangan salah lho Ru, dia mungkin menyebalkan kalau lagi kerja, tapi aslinya manis banget.”

“Nggak Ully! Dia tuh emang aslinya begitu. Pokoknya gue ogah menerima permintaan dia!”

Ully tertawa melihat wajah cemberut Biru, tampaknya sahabatnya itu sedang begitu tertekan hari ini setelah Benua tiba-tiba meminta Biru untuk menjadi istrinya.

“Kalau ternyata dia beneran datang ke rumah dan mau melamar lo gimana?” Ully memutar kursi yang dia duduki dan fokus menatap Biru yang sedang melamun di atas kasur.

“Ya gue suruh adik gue usir dia.”

“Kalau dia nanti mecat lo gimana?”

“Bagus deh. Lebih baik gue dipecat daripada harus jadi istrinya.”

“Kalau dia—“

“Stop bahasin itu Ul! Gue ke sini mau menenangkan pikiran gue, lo jangan bikin isi kepala gue tambah ruwet!” Biru merubah posisi miring ke kanan sambil menutup telinganya dengan bantal guling di saat Ully sedang menertawakannya.

Biru kini teringat ketiga adiknya, dia kemudian bangkit dan mengecek ponsel. 

Mata Biru membelalak sempurna setelah melihat pesan dari Auriga dan Akash yang sama-sama melaporkan kedatangan Benua bersama pasukannya.

“Mampus gue! Argh!”

Ully yang sedang fokus menatap layar laptop sedang mengedit video terkesiap mendengar jeritan Biru.

“Kenapa Ru?” Ully segera mendekat, penasaran dengan penyebab Biru sampai menjerit seperti tadi.

“Di—dia beneran datang ke rumah dan kayaknya mau melamar gue. Lihat nih!” wajah Biru meringis saat menunjukkan foto Benua yang membawa buket bunga dan empat pria yang datang bersama pria itu, mereka membawa bingkisan hadiah.

“Wah … inimah beneran dia mau melamar lo Ru. Gila, dia kayaknya serius mau jadiin lo istrinya. Anj1r sahabat gue mau jadi istrinya bos. Hahaha.”

“Sialan lo! Gue lagi panik begini malah lo ketawa sampai ngikik begitu.” Biru menoyor Ully saking kesalnya ke Ully yang justru bahagia di atas penderitaannya.

“Udah lo sekarang tenang dulu dan bilang baik-baik ke adik lo buat suruh bos lo pulang.”

Biru menarik napasnya dalam-dalam lalu membuangnya perlahan, dia kemudian menghubungi Auriga—adiknya yang paling besar, tapi Benua lebih dulu menghubunginya.

Biru menolak panggilan masuk itu dan tanpa pikir panjang, dia memblokir nomor pria itu. Setelah ini, dia memutuskan ingin menjauh dari Benua daripada diteror harus jadi istri pria itu.

Dua jam kemudian Biru baru bisa tenang setelah Auriga memberikan informasi, Benua sudah pulang setelah semula pria itu bersikeras akan menunggu Biru sampai pulang ke rumah.

“Gue mau bobo cantik dulu sebelum pusing nyari kerjaan lagi.” Biru menghempaskan tubuhnya yang lelah itu ke atas kasur, setelah ini dia harap akan bebas dari teror si “Bos gila”.

***

“Oh jadi begitu cara kamu membalas kebaikan saya, Biru? Dulu saja kamu sampai memohon pengin diterima kerja, eh sekarang kamu lancang mengabaikan saya!”

Biru meneguk ludahnya dalam saat pagi ini membaca pesan masuk dari nomor tanpa nama itu, dia yakin itu nomor milik Benua meski pria itu tidak memberitahunya secara langsung.

“Ul, gue pulang ya. Udah jam enam nih. Makasih banyak udah mau nampung gue.” Biru mengguncang kaki Ully, sahabatnya itu masih tertidur nyenyak.

Ully hanya menggumam pelan merespons Biru. 

Langkah lesu Biru kini tertuju ke parkiran, dia tak langsung melajukan motor maticnya, Biru melamun teringat semalam sudah memblokir nomor Benua. 

“Udahlah lupain dia! Gue sekarang harus fokus mencari pekerjaan baru!” Biru menyemangati dirinya, dia sudah bertekad akan berhenti bekerja dengan Benua.

***

Niat awal Biru kembali ke rumah pagi ini untuk segera menyiapkan dokumen yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan baru, tapi yang terjadi tidak demikian.

Sampai rumah, Biru melongo menyaksikan ketiga adiknya yang sedang kesenangan melahap nasi kuning yang kelihatannya spesial itu lengkap dengan berbagai macam lauk pauk. 

Lalu di ruang tamu tadi Biru sempat melihat tiga tumpukan kardus, entah isinya apa.

“Akhirnya Kak Biru pulang juga. Ayo Kak ikut sarapan. Ini dari Pak Benua. Duh dia baik banget Kak. Setuju banget deh aku kalau dia mau nikahin Kak Biru!” ucap Auriga baru menyadari kakaknya sedang berdiri di dekat ruang makan. 

Biru tercengang, tidak habis pikir adiknya akan memberikan restu ke Benua. “Jadi nasi kuning itu dari Pak Benua?” tanya Biru memastikan.

“Iya Kak!” balas Akash dan Flower semangat.

Biru terduduk lesu di ruang makan saat mendengar jawaban dari adiknya. 

“Oh iya Kak semalam waktu Pak Benua nungguin Kak Biru pulang, dia sambil ajarin Akash ngerjain tugas matematika. Soalnya aku kurang paham Kak,” lapor Auriga tentang semalam.

Biru melongo penuh, tak percaya Benua sebaik itu ke adiknya.

“Aku juga digambarin bunga yang cantik banget sama Pak Benua. Sebentar ya Kak, Flower mau kasih tahu gambarnya.” Flower yang sudah mengenakan seragam sekolah batik itu beranjak cepat dari tempat duduknya, dia segera memberitahu gambar yang Benua buat semalam ke Biru.

“Ini Kak lihat. Bagus kan?” kata Flower pamer ke Biru.

Biru meraih buku gambar itu, dia melihat baik-baik gambar bunga matahari itu, yah memang bagus, dia saja tak bisa menggambar sebagus itu.

“Iya bagus,” balas Biru tersenyum.

“Kasihan tahu Pak Benua Kak. Dia tadi malam ke sini mau melamar Kak Biru, eh Kak Biru malah pergi ke apartemen Kak Ully, tapi kita nggak bilang tentang itu kok. Kita cuman bilang, ‘kakak pergi ke rumah teman kakak’.”

Biru mulai galau, dia mendadak merasa bersalah. Semalam sudah kabur lalu memblokir nomor Benua.

“Udah setengah tujuh lebih, Flower sama Akash cepetan ke sekolah. Auriga kamu antar mereka seperti biasanya,” ujar Biru ke adik-adiknya setelah melirik jam di tembok ruang makan.

“Siap Kak!” balas Auriga.

Kedua adik Biru yang akan pergi ke sekolah itu sudah siap dengan tas di punggung masing-masing.

Sebelum keluar dari rumah, keduanya mencium foto ibu mereka dahulu, Syamila yang kini sedang bekerja di Taiwan lalu berganti mencium foto mendiang ayah mereka—Bhadra yang terpajang di ruang tamu. 

Tidak lupa keduanya menyalami Biru yang memantau kepergian mereka dari depan rumah.

“Oh iya Kak, itu kardus isinya susu sama cemilan buat kita dari Pak Benua. Tadi pagi Pak Benua yang datang bawa sendiri sarapan sama kardus-kardus itu.” Auriga menjelaskan sebelum melajukan motornya.

Kaki Biru lemas mendadak mendengar informasi mengejutkan itu. Dia yang tadinya yakin akan berhenti bekerja kini ingin membatalkan keinginannya itu.

***

Setelah berpikir cukup lama, Biru memutuskan tetap menjadi asisten pribadi Benua. Masalah Benua yang memintanya menjadi istri pria itu, Biru akan mendiskusikannya lagi dengan Benua.

Pukul setengah sembilan Biru baru sampai di halaman kantor Sejagat Gemilang. Biru tahu dia sudah sangat terlambat, mobil milik Benua pun sudah terparkir di parkiran khusus untuk pria itu.

Bruk!

Biru mengaduh kesakitan setelah dirinya yang baru turun dari motor tersungkur di parkiran.

Biru tidak memedulikan rasa sakit itu, dia harus segera menemui Benua sebelum semuanya benar-benar terlambat.

Biru mengakuinya, dia menyesal sudah memblokir nomor Benua dan sempat memutuskan akan berhenti bekerja menjadi asisten pribadi pria itu.

Bagaimanapun Benua salah satu orang yang berjasa di hidup Biru, pria itu sudah menerimanya bekerja di saat Biru mulai putus karena berbulan-bulan setelah lulus kuliah Biru tidak juga mendapatkan pekerjaan.

Kini banyak pegawai menatap heran Biru yang baru datang, tidak biasanya Biru datang terlambat, biasanya jika tidak datang lebih dulu dari Benua, Biru datang mendampingi Benua.

“Ya ampun Mbak Biru kenapa baru datang? Gawat banget Mbak!” ujar salah satu wanita, pegawai dari divisi humas, wanita itu berjalan terburu-buru mendekati Biru yang sedang menuju lift.

“Gawat kenapa?” tanya Biru tiba-tiba panik.

“Pak Benua pas datang marah-marah nggak jelas. Lihat ada lalat nempel di salah satu wajah pegawainya aja dia ngomel dan suruh pegawai itu mandi pakai bunga tujuh rupa. Nggak jelas banget kan?”

“Ya ampun ada-ada aja. Gue ke atas ya udah telat banget nih,” respons Biru sambil tepuk jidat pelan.

Biru melanjutkan langkah, dia segera masuk ke dalam lift dan menekan tombol 5, letak ruangan kerja Benua.

“Semoga aja gue nggak kena sembur api kemarahan Pak Benua.” Biru berdoa dahulu setelah sampai di lantai lima. 

Di depan ruangan kerja Benua, Biru merapikan rambut dan pakaiannya dahulu. “Selamat pagi Pak Benua, boleh saya masuk?” ujar Biru dari luar ruangan Benua.

“Iya silakan,” balas Benua dari dalam ruangan.

Satu alis Biru terangkat, dia agak kaget mendengar respons Benua, tidak seseram dugaannya.

“Maaf saya datang terlambat Pak.” Biru muncul dari balik pintu, dia langsung menunduk merasa bersalah ke Benua.

Benua memperhatikan penuh Biru, tapi bukan ke wajah Biru, tatapan pria itu tertuju ke lutut Biru yang berdarah.

“Saya menyesal sudah memblokir nomor Pak Benua begitu saja. Maafkan saya.” Biru masih menunduk penuh di depan Benua yang masih duduk di kursi kebesarannya.

Benua belum memberikan respons, dia bangkit dari kursi kebesarannya lalu menghampiri Biru dan membawa wanita itu untuk duduk di sofa.

“Diam di sini!” tegas Benua lalu keluar dari ruangan itu.

Biru melongo bingung melihat tingkah aneh Benua, dia pikir pria itu akan memakinya habis-habisan, tapi yang terjadi nada bicara Benua tadi terdengar lebih lembut dari biasanya bahkan dengan baik-baik pria itu meminta Biru untuk duduk.

“Dia mau apain gue ya?” Biru bertanya-tanya, dia jadi waswas sendiri.

Saat kembali Benua membawa kotak P3K, dia kemudian berjongkok di depan Biru membuat Biru refleks menjerit sambil menarik roknya agar menutup penuh lututnya.

“Jangan macam-macam Pak!”

“Kamu mikir apa sih Biru? Siapa yang mau macam-macamin kamu, hah? Kotor benar isi kepala kamu!”

Biru menunduk, malu sendiri setelah tahu Benua ternyata akan mengobati luka di lututnya. Biru pun baru sadar lututnya terluka sampai berdarah.

“Aduh Pak!” kaget Biru karena tiupan lembut Benua di lututnya yang terluka.

“Nanti malam saya akan melamar kamu, jadi jangan kabur seperti semalam. Awas saja kamu!” Benua memperingatkan tegas setelah selesai mengobati luka Biru membuat Biru terdiam gugup.

Kebaikan Benua ternyata ada maunya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SUAMIKU BOS GILA   Kabar Duka

    “Bingung kenapa?” Biru mengernyit, bingung memperhatikan Renando yang terlihat akan mengatakan sesuatu yang sangat penting.“Nggak, jangan Renando. Tidak seharusnya aku menuruti perasaan ini. Ingat, Kak Benua begitu mencintai Biru dan kamu juga tahu, Kak Benua terpaksa menceraikan Biru karena masa lalu orang tuanya.” Renando duduk gelisah, sedikit menunduk lalu menatap Biru lagi.Gerakan samar Renando yang tampak tak nyaman dalam duduknya membuat Biru terus meneliti serius pria itu. Dia rasa, memang ada sesuatu yang sangat penting yang ingin Renando sampaikan.“Perutku mulas Biru. Boleh numpang ke toilet?” ucap Renando menunjukkan cengiran canggung sambil berpura-pura mengusap perutnya.Biru yang tadi sedang serius-seriusnya memperhatikan Renando langsung tertawa mendengar ucapan pria itu.“Ya ampun Mas, perut mulas aja sampai bingung bilangnya. Ada-ada aja Mas Renando ini. Ya tentu boleh, silakan. Ayo aku antar.” Biru berdiri lebih dulu lalu menemani Renando sampai ke depan toilet.

  • SUAMIKU BOS GILA   Bhaskara Putra Nabiru

    5 tahun berlalu.Hari Minggu ini, Renando kembali berkunjung ke rumah itu. Suara tawa anak kecil dari dalam rumah itu menarik Renando untuk melangkah lebih cepat, dia tak sabar menemui pemilik tawa itu. Dia terdiam di depan pintu rumah yang sedikit terbuka, di tangan kanan dan kirinya menenteng bingkisan besar berisi mainan untuk anak itu yang di ujung sana masih tertawa bersama seorang wanita, mama anak itu.“Om Renando!” teriak anak kecil berusia 4 tahun lebih itu setelah menoleh dan melihat kehadiran Renando.Setelah melihat kehadiran Renando, anak kecil itu segera melepaskan dirinya dari pelukan mamanya kemudian berlari mendekati Renando, memeluk hangat Renando.Renando kemudian mengangkat tubuh anak kecil itu, bernama Bhaskara Putra Nabiru, anak Biru bersama Benua.Tiga bulan setelah resmi bercerai dengan Benua saat itu, Biru baru tahu dia sedang hamil. Saat itu, dia abai saja dengan tanda-tanda kehamilan yang dia rasakan, mulai dari telat datang bulan, sering pusing, dan mual-m

  • SUAMIKU BOS GILA   Rahasia Perasaan Benua

    3 tahun yang lalu.“Semoga aja Pak Benua mau berbaik hati sama gue dan menerima gue jadi asisten pribadinya.”Benua mencari sumber suara yang barusan menyebut namanya, hingga dia menemukan wanita itu, Biru sedang terduduk di bangku taman.Sementara Benua berada di taman itu hanya sedang ingin mampir, dulu saat masih kecil, dia pernah ke taman itu bersama mamanya. Tapi sejak kondisi mamanya kacau, dia sudah jarang menghabiskan waktu di luar rumah bersama mamanya.Benua penasaran dengan wanita itu, Biru yang tadi siang baru dia wawancara sebagai salah satu kandidat asisten pribadinya.“Semoga aja, usaha gue sampai memohon sama Pak Benua nggak berakhir sia-sia. Kalau gue gagal mendapatkan pekerjaan lagi, gue harus gimana? Bukan cuman gue aja yang gue pikirin, tapi gue mikirin ketiga adik gue yang masih sekolah.”Biru menangis lagi, takut jika sungguhan gagal mendapat pekerjaan lagi, mengingat setelah lulus kuliah, dia sudah gagal berkali-kali untuk mendapatkan pekerjaan. Biru trauma deng

  • SUAMIKU BOS GILA   Aku Mencintai Biru

    “Aku udah mencoba bertahan Mas, tapi aku udah nggak kuat lagi sama kelakuan kamu yang seenaknya. Aku mau berpisah dari kamu Mas Benua!” Biru dengan tegas dan lantang mengutarakan keinginannya ingin berpisah dari Benua.Sudah sebulan lebih Biru menahan diri untuk tetap bersabar menghadapi Benua yang berubah tiba-tiba, pria itu menjadi sangat dingin, kasar, parahnya suka mabuk-mabukkan, dan sudah berciuman dengan wanita lain.Biru masih berdiri tegak di dalam ruangan kerja Benua menunggu respons Benua. Hingga pukul 7 malam, Benua tidak juga pulang dari kantor, sedangkan di luar suasana sudah sangat sepi, di lantai lima hanya tersisa Biru dan Benua.Biru sendiri tidak bisa menunggu untuk mengutarakan keinginannya itu nanti saat pulang ke rumah, dia ingin Benua tahu sekarang juga, bahwa dia sungguh ingin berpisah dari pria itu.Sekarang Biru masih menatap Benua yang masih duduk membelakanginya.“Kamu yakin mau berpisah dari aku, Biru?” Benua baru memutar kursi kebesaran yang dia duduki da

  • SUAMIKU BOS GILA   Ungkapan Cinta Biru

    “Terima kasih banyak ya Mas Renando udah antar Mas Benua ke rumah,” ucap Biru ke Renando yang mengantar Benua pulang malam ini.Biru tadi pulang terburu-buru dari apartemen Ully ke rumah Benua setelah Renando menghubunginya dan memberitahu keadaan Benua yang mabuk berat.“Sama-sama Mbak Biru,” balas Renando masih lelah setelah memapah Benua menuju kamarnya dan merebahkan pria itu ke atas tempat tidurnya.“Maaf ya Mbak, Kak Benua malah mabuk-mabukkan begitu.” Renando melirik kecewa kakak angkatnya dan menunduk malu di hadapan Biru, malu ke Biru karena kelakuan Benua.Renando sendiri pun kaget saat Benua menghubungi tiba-tiba dan berteriak memintanya untuk segera datang ke kelab malam.Saat Renando datang ke kelab malam itu, dia menemukan Benua sendiri di dalam ruangan VIP, hanya ditemani berbotol-botol minuman di atas meja dan yang berjatuhan di lantai.“Kalau ada apa-apa jangan sungkan bilang sama aku ya Mbak.” Renando menepuk pelan pundak kanan Biru.Biru mengangguk dan tersenyum han

  • SUAMIKU BOS GILA   Ingin Berpisah

    1 bulan berlalu.Sudah sebulan terakhir ini, Biru tidak melayani Benua, bukan karena Biru tidak ingin, tapi Benua yang sering menolak.Paling menyakitkan, saat mereka berada di Singapura hari itu, Biru sudah bersemangat ingin melayani Benua bahkan sengaja membawa “baju dinas malam” pemberian Benua, tapi yang terjadi Benua menolak, bahkan pria itu memilih pergi ke bar menemui Darla.Malam ini, Biru ingin mencoba lagi, dia harap dengan menggoda Benua dan melayani pria itu, hubungannya dengan Benua akan membaik.Yah walaupun Biru tak paham, di mana letak kesalahannya hingga Benua berubah dingin dan kasar. Namun, meski Benua berkali-kali melukai perasaan Biru, tak sedikit pun Biru membenci Benua.“Mas Benua ....” Biru baru keluar dari kamar mandi, dia memanggil Benua dengan suara manja dan lembutnya.Biru kemudian berjalan dengan lenggokan indah, sengaja untuk menggoda Benua.Benua menatap Biru membuat Biru semakin semangat menggoda Benua, dia berjalan sambil memainkan rambutnya, memutar-

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status