Share

Bab 6

Author: Evie Yuzuma
last update Last Updated: 2023-04-25 13:58:29

“Kamu jangan sok jual mahal gitu, Mel! Mas bisa kasih kamu uang kalau kamu tutup mulut! Lagian ‘kan kamu pasti kesepian juga! Yasa bukannya sudah diusir Bapak, ya?” seringainya.

“Istighfar, Mas! Aku gak serendah itu! Kumohon Mas, cepat pergi dari kamar ini!” ucapku sambil berjalan menggeser langkah. Aku tidak boleh terus mundur atau akan terpojok olehnya.

“Ayolah Mel, Mas sudah gak tahan! Sudah lama Mas suka sama kamu sebetulnya!” ucapnya sambil membuka kancing kemejanya.

Aku segera berlari menuju pintu yang kuncinya masih menggantung di sana. Namun tangan Mas Hasim menarik kain dasterku dari samping. Beberapa kancing depan terlepas.

“Jangan, Mas!” Aku menepis lengannya tapi tidak merubah posisi. Mas Hasim semakin mendekat ke arahku.

“Mau lari ke mana, Mela! Layanin Mas dulu, sebentar saja!” bisiknya. Menjijikan.

Kusiku perutnya tapi dia malah terkekeh. Dia mendorong tubuhku sehingga terjatuh di antara tumpukan pakaian.

“Mas, Lepas! Tol--,” satu tangannya membekap mulutku.

Air mataku sudah mengalir. Kulirik semprotan pewangi untuk menyetrika tergeletak tidak jauh dariku. Segera kuraih dengan satu tangan dan kusemprotkan pada matanya.

“Awww!” Bekapan tangannya terlepas. Aku mendorong tubuhnya sekuat tenaga. Berhasil, aku terlepas darinya.

Kuraih setrikaan yang masih panas dan kuarahkan padanya. Aku mundur mendekat ke arah pintu.

“Mela!” hardiknya ketika aku sudah memutar anak kunci. Dia tidak berani mendekat. Kalau saja berani akan kusetrika wajahnya.

Pintu berhasil kubuka. Setrikaan panas itu kutarik paksa. Bagaimanapun aku masih khawatir dia menangkapku kembali dan mengunci pintu depan. Agis benar sudah tidak ada, sudah pergi bermain rupanya.

“Mela! Jangan berani mengadu pada siapapun kalau tak ingin kamu menyesal!” ancamnya dengan napas turun naik.

Dia berjalan mendekat padaku yang sedang membuka pintu depan. Setrikaan masih kupegang di tangan.

Aku melempar setrikaan ke arahnya ketika pintu sudah berhasil terbuka. Aku berlari pulang sambil menangis. Tidak menyangka kakak iparku sendiri akan berbuat serendah itu.

“Kamu kenapa Mel? Baju kok pada lepas kancingnya gitu!” Ibu menatapku. Alika masih tertidur di ayunan.

Tidak kujawab. Aku langsung memeluk tubuh ringkihnya. Kutumpahkan semua rasa takut dan kesal atas kejadian yang kualami hari ini.

“Mas Hasim, Bu! Di—dia mau melecehkanku,” ucapku disela isak.

“Astagfirulloh!” Ibu mengucap istighfar sambil mengeratkan pelukannya padaku. Diusapnya punggungku dan ditenangkannya.

Namun belum selesai aku melepas semua rasa trauma ini. Tiba-tiba terdengar pintu dibuka dengan kencang.

“Mela! Anak gak tahu diuntung! Malu-maluin, Bapak saja kamu kerjanya!” teriaknya. Bapak datang dengan Murka.

Aku melepas pelukanku pada Ibu. Kumenoleh pada Bapak yang datang bersama Mbak Miranda ternyata.

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipiku. Mbak Miranda menatap nyalang.

“Dasar gatel kamu, ya! Baru saja ditinggal beberapa hari sama suamimu sudah godain suami orang! Gak ada ahlak, gak tahu diri emang! Kamu sadar, Mas Hasim itu siapa? Dia suamiku! Dia kakak iparmu! Dasar lont*!” pekiknya kemudian.

Menambah sakit luar dalam. Bukan hanya pipiku yang pedih panas, tapi hatiku hancur remuk redam.

Kupejamkan mata. Membiarkan air mata merembes begitu saja. Setelah sedikit tenang aku mengatur napas lalu menatap wajah Mbak Miranda yang memerah.

“Mbak, yang gak tahu diri itu siapa? Aku atau suamimu?!” ucapku dengan suara gemetar. Meskipun mungkin percuma membela diri tapi setidaknya aku sudah menyampaikan kebenaran.

“Tuh, Pak! Sudah pandai berkilah rupanya! Bapak dengar sendiri ‘kan tadi Mas Hasim bilang apa? Dia yang menggoda suamiku dan meminta Mas Hasim melayaninya! Kini dengan ringan lidah, dia hendak memutar balikan fakta!” ucap Mbak Miranda berapi-api.

“Salah, Mbak! Dia yang menggodaku! Dia yang mendatangiku di kamar belakang ketika aku sedang menyetrika! Bukan aku yang gak ada akhlak, Mbak! Bukan aku tapi suamimu! Demi Allah … aku berkata benar!” pekikku tidak terima.

Sejahat itu rupanya Mas Hasim. Karena keinginannya tidak kulayani kini semua kesalahannya dilimpahkan padaku.

“Mela! Jangan fitnah Hasim! Dia itu orang pintar, orang berpendidikan dan pergaulannya luas! Kalau kamu tidak menggodanya, tidak mungkin dia melakukannya!” bela lelaki tua yang sudah menyebabkan Mas Yasa menghilang jauh dari hidupku.

“Bapak, Mira! Sudah … kalian jangan asal menuduh juga kalau tidak ada barang bukti. Asal kalian tahu, Mela pulang dengan menangis dan ketakutan! Berikan dia waktu untuk menenangkan diri! Masalah siapa yang salahnya bisa dibahas nanti! Toh, semua pihak gak memiliki saksi dan bukti!” ucap Ibu mencoba menjadi penengah.

“Ibu belain terus saja Mela, Bu! Memang aku ini bukan anak kandung ibu, makanya dari dulu yang ibu sayang cuma Mela! Mela lagi, Mela terus! Sekarang, giliran anak kesayangan Ibu itu berbuat salah masih saja ibu bela?” celoteh Mbak Miranda. Tidak kusangka pikirannya terhadapku ternyata seperti itu.

“Mbak! Tolong tinggalkan rumah ini! Jangan buat ibu jadi sedih! Tolong, pergi!” teriakku sudah tidak terkendali.

Bapak dan Mbak Miranda terlonjak kaget. Baru kali ini dia mendengar aku bersuara keras dan berani membentak. Aku sudah lelah, aku tidak bisa dipojokkan dan diam saja. Meskipun aku yakin, mereka berdua akan lebih percaya pada Mas Hasim daripada percaya padaku.

“Pergi!” teriakku.

Kulempar apa saja yang ada didekatku pada mereka berdua. Mbak Miranda dan Bapak tampak kalang kabut dan berjalan keluar.

Suara tangisan Alika yang terbangun oleh keributan ini membuatku menoleh pada ayunan. Segera kuhampiri dia dan kugendong. Kutarik napas perlahan untuk menenangkan hati.

“Sayang, nanti kita telepon ayah, ya, Nak!” ujarku sambil menciumi pipinya dan kubawa dia ke kamar belakang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SUAMIKU YANG BAPAK HINA   Bab 37

    Bapak dari Mela sudah kembali dibawa pulang, keadaannya masih belum ada perubahan. Penyakit stroke bukan hal yang bisa cepat diobati. Butuh waktu, butuh biaya dan butuh kesabaran. Utang Miranda pada Mela dan Yasa sudah dilunasi, kini dia membeli satu buah rumah kecil dari bambu untuknya tinggal. Tidak jauh dari rumah orang tuanya hingga bisa bolak balik juga menjenguk kondisi Bapaknya bergantian dengan Mela.Kini, Miranda mau tidak mau harus berpikir untuk menapkahi kehidupannya karena Hasim masih mendekam dalam penjara. Jika dulu dia selalu mencibir Mela dan merendahkannya karena suaminya tidak memiliki pekerjaan tetap dan status Mela harus kerja keras menjual sayuran, kini berbalik. Miranda kini berjualan sayur keliling dengan mengambil sayur-mayur dari kebun Mela, nanti setiap mengambil yang baru dia akan setor uang penjualan tadi pagi.Seminggu dua kali, Yasa mengantar mertuanya ke rumah sakit untuk berobat, bagaimanapun ini sudah jadi tanggung jawab dia untuk berbakti, seburuk

  • SUAMIKU YANG BAPAK HINA   Bab 36

    Lelaki sepuh itu segera dibopong oleh Yasa---menantu yang selama ini dinistakannya. Menantu yang selalu dihina karena tidak memiliki pekerjaan tetap, menantu yang bahkan diusir dan tidak dianggap.Ada tetesan bening mengalir di sudut netra lelaki tua itu. Dia mencoba bicara tetapi tidak jelas.Di dalam mobil, Mela memangku kepala sang Bapak sambil tak henti berdoa. Dipijatnya lembut tangan keriput yang tiba-tiba menjadi kaku itu. “Bapak, sabar, ya … sebentar lagi kita akan tiba di rumah sakit,” lirih Mela sambil menghapus air mata. Anak mana yang tega melihat orang tuanya terkapar seperti itu. Bu Tati---sang istri duduk dan memijat bagian kaki. Beruntung Alika mau duduk sendiri di kursi depan. Dia sesekali nemplok pada sandaran kursi dan melihat semua yang terjadi di belakang.“Kakek kok bobok, Mah?” tanyanya sambil menatap Mela. “Iya, Sayang … Kakek lagi sakit,” jawab Mela singkat. “Nenek sama Mama kenapa nangis?” tanya Alika lagi.“Mama lagi berdoa biar Allah sembuhkan kakek,” j

  • SUAMIKU YANG BAPAK HINA   Bab 35

    “Mbak, bolehkah aku berada di dekat suamimu sebentar, saja!” batin Yesa merangkai kata. Namun gegas dia menepisnya. Tidak mungkin berkata demikian karena pasti akan menyakiti Mela.“Aku tidak akan merebut Mas Abi, Mbak! Aku hanya ingin tinggal satu atap dengan dia.” Lagi-lagi batinnya menepisnya. Meskipun perasaannya sudah terlanjur tumbuh tetapi logikanya masih berjalan. Yesa masih menggunakan rasa empatinya. Jika dia berada di posisi Mela, pasti akan sakit mendengarnya. Namun apakah jika Mela berada di posisinya akankah berpikir sama juga? “Kami pulang dulu, Bro!” Suara Ilham membuyarkan pikiran Yesa yang sedang kacau tak karuan. “Ya sudah hati-hati, salam buat keluarga di Surabaya,” ucap Yasa. “Oke, maen lah sono! Nyokap Lu pasti seneng jika bisa melihat cucu cantiknya,” ucap Ilham sambil mencubit gemas pipi Alika. “Iya, nanti pasti mereka akan gue ajak ke Surabaya, kok!” ucap Yasa datar. Bahkan dia pun belum tahu kapan. “Pulang dulu, ya, Mbak! Makasih sudah menampung adikku y

  • SUAMIKU YANG BAPAK HINA   Bab 34

    “Aku harus sudah pulang, semuanya sudah selesai di sini … padahal aku enggan, ingin tinggal di sini lebih lama lagi!” gumam Yesa sambil membereskan pakaiannya. “Jika di Surabaya nanti, aku hanya bisa menatapnya lewat layar kaca, tetapi jika di sini setidaknya aku bisa sesekali bercengkrama dengannya meski aku hanya memposisikan diri sebagai adiknya agar mereka tidak curiga.Ah, andai waktu bisa berputar, dulu aku ikut saja dengannya merantau! Semenjak hari itu, bahkan aku belum pernah lagi merasakan jatuh cinta pada lelaki lain! Trauma itu menyisakkan sesuatu yang janggal dan ketika bertemu dengannya kembali hati ini terasa aman dan damai!” ucap Yesa sambil menatap pantulan wajahnya pada cermin. “Ye, kita makan siang dulu!” Suara Mela membuatnya menoleh. Perempuan itu tengah berdiri di depan kamarnya. “Iya, Mbak!” jawab Yesa datar. Sementara itu, Mela sudah kembali menghilang. Gadis itu masih meneruskan mengemasi pakaian. “Mas, Abi … maaf jika di hati ini terselip sesuatu yang sa

  • SUAMIKU YANG BAPAK HINA   Bab 33

    Yasa sudah pulang dari acara manggungnya. Kini dia dan Ilham tengah mengusut tentang beberapa foto yang tersebar pada Instagram Yesa. Ternyata benar, jejaring sosial media Yesa dihacker orang yang tidak bertanggung jawab.Sementara itu, Yesa dan Mela tengah bersiap karena sebentar lagi mereka akan melaksanakan konferensi pers. Meskipun hanya lewat media youtube akan tetapi mereka tetap harus tampil maksimal. “Mbak Mela, aku ajarin cara make up saja, ya! Produk perawatan kulitnya dipakai tiap hari ‘kan?” selidik Yesa yang sudah rapi dengan gaya casualnya.“Dipake, Ye!” jawab Mela singkat. “Mbak Mela ke salon, gak? Kayaknya ini kulit wajahnya pada kering lagi? Emang gak maskeran?” Yesa memegang pipi Mela yang hendak dia polesi make up. “Mana sempat Mbak ke salon, Ye! Kan kalian pergi, gak ada yang jagain Alika!” ucap Mela sejujurnya. “Hadeuh dasar ibu-ibu ngeyelan, suruh rawat diri saja males kayak gitu! Nih, Mbak … Mas Abi itu setiap hari banyak bertemu dengan wanita-wanita cantik,

  • SUAMIKU YANG BAPAK HINA   Bab 32

    “Kita lihat siapa yang akan menyesal, Mbak?” gumamku dalam dada. Aku bergegas ke luar meninggalkannya yang berada di dapur. Toh niatku ke sini untuk berkunjung pada Ibu, bukan untuk bertengkar dengan Mbak Miranda. Sementara itu, dari dalam rumah tampak Mbak Miranda membawa sayuran yang kubawa untuk ibu dan dua ekor ikan mentah dalam plastiknya. Rupanya tidak ada yang matang, maka yang mentah pun jadi. Setidaknya, kini dia mau membawa bahan masakan mentah meskipun sama-sama mengeruk dari sini juga. Tanpa basa-basi, apalagi ucapan terima kasih atas bahan makanan yang kubawa tadi. Dia tergesa berlalu meninggalkan kami. Bu Sari dan Bu Wati saling melempar pandang lalu melirik ke arahku.“Sabar, ya, Mbak Mela … sudah suaminya seperti itu, saudara satu-satunya seperti ini,” ujar Bu Sari. “Iya, ditambah Bapak Mbak Mela juga sejak dulu sudah seperti itu,” tambah Bu Wati.“Mungkin kalau Bapaknya Mbak Mela, sih karena udah tua makanya jadi pemarah. Mbak Mela sabarin saja, ya!” titah Bu Sari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status