SUCI TAK PERAWAN 18Mata bulat itu mengerjab beberapa kali, segera kutarik bibirku dari pipinya, namun wajah ini enggan beranjak menjauhi wajahnya. Pasrah menerima tamparan jika Cean akan melakukannya. "Kita sudah sampai?" tanya Cean seraya mendorong dadaku agar kami kembali berjarak.Aku cukup terkejut dengan reaksinya, dia tidak marah padaku dan terlihat biasa saja. Seperti tak memiliki rasa. "Sudah, ayo turun," ajakku. Kugaruk pelipis untuk menenangkan perasaan. Aku segera turun, dengan setengah berlari berjalan memutari mobil lalu membukakan pintu untuk Cean. Kami segera ke dapur yang terpisah dengan dapur untuk memasak pesanan pelanggan. "Mau masak apa?" tanya Cean saat kami sudah berada di dapur yang menjadi saksi bisu kebersamaan kami dulu."Oxtail soup," jawabku."Sop buntut?" tanya Cean.Aku mengangguk, dia tertawa. Tawa yang sangat aku rindukan selama ini."Kenapa pakai bahasa inggris?""Biar terdengar keren," jawabku sekenanya. "Lagian tema restoranku western dan Asian
Wajah itu terlihat lelah dan kesakitan, butiran keringat membasahi dahinya. Tangannya sesekali mencengkram erat tanganku. Hingga sekarang, aku belum sempat untuk memberi kabar pada orang tua Cean jika putrinya hendak melahirkan. Aku hanya peduli pada wanita ini dan ingin terus bersamanya. Pembukaan yang terjadi begitu lama kurasakan, aku tidak tega melihatnya sekaligus tidak sabaran. Cean terlihat begitu menderita dan kesakitan. "Kak ... sakit," rengek Cean. Tangannya kembali meremas tanganku, matanya terlihat berkaca-kaca.Begitu besar pengorbanannya untuk melahirkan sebuah kehidupan baru ke dunia, bagaimana bisa setelah ini aku berjanji meninggalkan mereka berdua, yang ada aku semakin jatuh cinta dan tak ingin pergi darinya."Maafkan aku, Cean," ucapku sambil mengengam erat tangannya. Kekecup berulang kali tangan itu. Kuseka keringat di dahinya.Andai bisa diganti, aku rela menggantikan sakitnya. Sungguh aku tidak tega melihatnya terlihat begitu tersiksa. Konon katanya orang melah
SUCI TAK PERAWAN 20"Kalian tidak tahu kan rasanya sakit dipisahkan dengan anak sendiri.Ada darahku yang mengalir di tubuhnya, aku yang mendengar tangisnya pertama kali, aku yang pertama mengendongnya, aku yang menemani proses kelahirannya, tapi setelah itu aku diusir tanpa diberi waktu lagi. Aku ingin marah tapi tak tahu pada siapa!" Aku berteriak pada ketiga temanku.Kulayangkan tinju pada meja yang biasa di pakai untuk makan pelanggan untuk meluapkan emosi, aku hancur sangat hancur. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan bagaimana perasaanku saat ini. Aku mengoceh sejak tadi, dan mereka bertiga hanya bisa diam mendengarkan ocehanku. Restoran sudah tutup selama satu bulan karena hal ini. Jangankan untuk menyiapkan menu, aku enggan melakukan apapun sekarang ini. "Ini semua karena kalian berdua!" Dengan berang, aku menuding Putra dan Adrian. "Kai," sela Nicholas, berusaha meredam amarahku."Istrimu saja yang sok-sokan, cuma begitu saja ngambek sampai berbulan-bulan. Banyak wan
SUCI TAK PERAWAN 21Tubuhnya mungil, tingginya hanya sebatas dadaku, pipinya chubby mengemaskan, kulitnya putih bersih, matanya selalu berbinar jika berbicara. Oceana, dia adalah adikku, bagiku dia adalah samudra kebahagiaan yang tak memiliki tepian. Meskipun bukan adik kandung, kami tumbuh besar bersama dalam canda dan tawa. Aku jatuh cinta padanya saat dia mengatakan, "Aku ingin memiliki suami seperti Kak Alan, tampan, penyayang dan perhatian." Dia berkata sambil memeluk erat tubuhku yang tengah memboncengnya.Ucapan itu dikatakan saat dia masih remaja yang baru lulus SMP, saat itu aku juga juga baru lulus SMA. Ucapan anak gadis yang beranjak dewasa harusnya tidak kumasukkan ke dalam hati. Hari yang kami lalui bersama begitu menyenangkan, seperti layaknya saudara kami saling memberi perhatian. Cintaku padanya tentu saja tidak mungkin aku ungkapkan, hanya berharap suatu saat nanti Papa menjodohkan kami entah bagaimana caranya. Kadang juga aku merasa tidak pantas jika berharap menj
SUCI TAK PERAWAN 22Pov AlanBocah manis itu tertidur pulas di pangkuanku, kami tidak memberitahu pada Papa ataupun Mama hendak pulang, jadi kami menggunakan taksi dari bandara ke rumah. Kairav, dia putra Cean dengan Kairo. Sepintas kulihat wajahnya sangat mirip dengan pria itu. Mereka bagaikan pinang dibelah dua, meskipun Kinan pergi jauh darinya, tapi wajah anak itu kupikir tetap saja mengingatkannya pada pria tersebut. "Apa Kairav bisa disembuhkan, Kak?" Cean bertanya dengan suara bergetar. "Tidak ada penyakit yang tidak bisa diobati, Kinan. Tiap penyakit ada obatnya," jawabku berusaha sebijak mungkin.Mata Kinan selalu berembun jika membahas tentang penyakit anak itu. Bocah sekecil itu harus menderita penyakit yang tidak ringan. Dokter mendiagnosa Kairav terkena acute lymphocytic leukemia. Leukemia limfoblastik akut adalah kanker anak yang paling umum terjadi. Suatu jenis kanker darah dan sumsum tulang yang memengaruhi sel-sel darah putih. Ini terjadi ketika sel sumsum tulang
POV Cean SUCI TAK PERAWAN 23Apa semua ini terjadi karena Tuhan marah padaku, aku telah memisahkan seorang ayah dan anaknya. Hingga menghukumku dengan memberi sakit pada putra kecilku saat usianya masih begitu belia. Kairav, putra kecilku, harus menderita penyakit yang entah darimana datangnya.Hatiku juga sangat terluka saat merasakan bulir hangat menetes di pipiku. Air mata Kak Kai yang jatuh saat aku memintanya pergi dari kami setelah dia menemaniku setiap detik saat proses melahirkan. Pria itu akhirnya benar-benar menangis di depanku. Seperti halnya dia sudah membuatku menangis, seperti itu juga kubuat dia meneteskan air mata. Cinta macam apa ini, ya Tuhan.Aku dengan tega mengusirnya sesaat setelah anaknya lahir ke dunia. Harga diriku terlalu tinggi hingga aku tidak mau menerimanya kembali meskipun Kak Kai sudah berusaha melakukan segalanya untuk mendapatkan maaf dariku dan kembali bersamaku.Aku memberikan kesempatan padanya untuk dekat denganku saat masih hamil, bukan sengaja
SUCI TAK PERAWAN 24Sejak kali terakhir melihat putraku di taman bersama dengan Kalan, aku belum melihatnya lagi. Mereka kembali ke Indonesia, mungkin kangen dengan suasananya dan juga keluarganya yaitu Mama dan Papa. Senyaman-nyamannnya hidup di luar negeri, masih tetap nyaman hidup di tanah air sendiri.Aku tidak ingin Cean kembali pergi dari kota ini karena melihatku begitu ingin bertemu dengan putraku lagi seperti dulu. Aku harus cukup bisa menahan diri agar dia tidak was-was tinggal di kota yang sama denganku. Jika dia memintaku pergi dari kota ini, maka aku akan pergi seperti yang saat dia memintaku pergi dari rumah sakit dulu. Tak peduli usahaku di kota ini semakin lama semakin maju. Hari-hari kulalui seperti biasanya, sibuk dengan restoran. Memasak adalah satu-satunya hiburan yang aku miliki selama ini."Chef, ada yang pesan Red Velvet," ucap seorang pelayan. "Bukannya udah gak ada di menu, bagaimana bisa ada yang pesan," sahutku keheranan. Sejak Cean tak lagi di kota ini,
SUCI TAK PERAWAN 25Suara berisik bergema memenuhi indera pendengaran. Setelah Cean mengijinkanku membawa Kairav, bocah itu mengajak untuk bermain di sebuah mall besar di sini, banyak permainan di mall ini, salah satunya Timezone. Tempat bermain yang dilengkapi dengan berbagi jenis permainan seru. Tidak ada anak kecil yang tidak suka bermain di tempat ini. Tempat permainan ini berada di sebuah bangunan mall besar, jadi selain bermain kami bisa lanjut makan, atau nonton jika ada film yang mungkin bisa ditonton anak-anak.Permainan pertama yang kami mainkan adalah Bumper Car atau lebih dikenal dengan Boom boom car, permainan dengan mengendari mobil tenaga listrik kecil yang diberi tenaga dari lantai atau langit-langit. Jenis permainan ini tentu saja disukai anak-anak. Bisa dinaiki sendiri atau berdua. Aku naik berdua dengan Kairav, sedangkan Cean naik sendirian. Kairav terus menempel padaku saat kami bersama, tawa bocah itu bergema saat mobil kami berhantaman dengan mobil yang dikenda