Share

Bab 9

Sepanjang perjalanan aku menerka-nerka. Kira-kira dia kirim pesan lagi atau tidak? Beberapa hari ini, hati yang kosong seolah memiliki sedikiit warna. Bahkan tak jarang aku membaca chat dari Mas Laksa berulang-ulang. Ya, Tuhaaan? Apakah aku menaruh harapan pada perhatiannya? Serapuh inikah perasaan gadis yang sudah tak perawan dan usianya sudah tak lagi muda?

Malu sendiri rasanya. Lantas kucoba mengubur dalam-dalam selintas senyum Mas Laksa yang mulai mengganggu ingatan. Namun, tetap saja, setiap hari kubaca chatnya sebelum tidur, berulang.

Aku mengendurkan laju sepeda motor ketika sudah hampir tiba ke rumah. Tampak di depan rumahku ada dua mobil avanza terparkir. Siapakah mereka yang bertamu. Kalau dari mobilnya, itu bukan punya Mas Laksa. Lalu punya siapa?

Sepeda motorku melaju lambat, tetapi tetap jua tiba. Aku parkir di depan karena tampak di teras ada lima orang yang tengah duduk melingkari meja kayu buatan Bapak.

Aku menelan saliva ketika melihat lelaki jangkung yang menole
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status