Share

Bab 5

Auteur: Mayang indah
last update Dernière mise à jour: 2025-01-28 17:42:03

"Wanita jalang!" Dania berdesis pelan.

"Halo, Dania. Gimana keadaanmu?" Anggi menyapa dengan tatapan penuh makna jahat.

Dania pun tidak menjawab sepatah kata pun, memalingkan wajahnya dengan tatapan sinis dan sedikit linangan air mata yang hendak menetes. Ia ingin sekali memaki dan mencabik wajah perempuan murahan itu, tetapi ia ingat bahwa kondisinya saat ini sedang lemah. Ia harus menunggu pulih terlebih dahulu untuk membalas semua perlakuan manusia-manusia bejat di hadapannya itu.

"Mohon maaf, jika tidak ada keperluan lagi, alangkah baiknya Bapak dan Ibu keluar. Bu Dania harus banyak istirahat," ujar Dokter Boby, berusaha mengusir secara halus manusia tidak tahu diri itu.

"Lho! Apa hak Anda mengusir saya?" Rizal menjawab dengan bentakan.

"Saya ini suaminya! Saya berhak tahu kondisinya!" ucapnya lagi sambil membulatkan kedua bola matanya seolah-olah ingin copot.

"Maaf, Pak, sebelumnya. Saya di sini sebagai dokter yang menangani kehamilan Bu Dania dari awal hingga detik ini. Kalau kalian ke sini hanya untuk membuat keributan, lebih baik keluar. Kalau tidak, terpaksa saya panggilkan sekuriti," tegas Dokter Boby.

Anggi terlihat mencoba menenangkan Rizal yang tersulut emosi. Kemudian mereka pun beranjak pergi dari ruangan Dania.

Dokter Boby pun hendak keluar dari ruangan tempat Dania dirawat untuk melanjutkan beberapa tugas lain di hari itu.

---

Hari sudah menjelang sore. Setelah makan siang dan minum obat tadi, Dania tidur dengan lelap. Perawat pun datang untuk mengecek keadaannya dan memberikan makan sore serta obat-obatan yang harus diminumnya.

"Sus, mau nanya, keluarga saya belum ada yang datang?" tanyanya dengan mata yang masih terlihat sayup.

"Mohon maaf, Bu, sebelumnya saya kurang tahu. Soalnya saya baru berganti shift. Apa ada yang mau Ibu hubungi? Saya bisa bantu," sahut suster itu sambil mengecek cairan infusan Dania.

"Oh, nggak usah, Sus. Terima kasih."

"Baik, Bu. Kalau begitu, ini makan sorenya dan ini obatnya. Saya tinggal ya, Bu."

"Iya, terima kasih, Suster."

Suster pun keluar meninggalkan ruangan Dania. Ia tampak kebingungan dan gelisah, entah apa yang sedang dipikirkannya.

"Males banget makan mulu," gumamnya pelan sambil memandangi makanan yang ada di meja samping tempat tidurnya.

Namun, ia teringat bahwa masih ada dua anak gantengnya yang menunggu kehadirannya di rumah. Meskipun ia sadar bahwa dirinya sudah tidak dibutuhkan lagi oleh suami brengseknya, Rizal, akhirnya Dania dengan lahap memakan makanan yang ada. Setelah makanan habis, ia meminum obat yang sudah tersedia.

Setelah semuanya selesai, tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kamarnya, namun tidak langsung masuk.

Tok... Tok...

"Iya, masuk," sahut Dania sambil melirik ke arah pintu.

Tidak ada satu orang pun yang membukanya. Dania menganggap itu hanya orang iseng saja.

Saat hendak membaringkan kepalanya kembali, terdengar suara pintu terbuka. Terlihat anak-anaknya datang bersama Salma dan Meli. Mereka membawa banyak bawaan, termasuk buket bunga dengan ucapan Get well soon, Ibu.

"Assalamu'alaikum, Ibu," sapa mereka.

"Wa'alaikumussalam. Ehh, Abang, Adik. Masya Allah." Dania terlihat bahagia dan terharu melihat kedua putranya datang tanpa memberi kabar terlebih dulu.

Keduanya langsung dipeluk erat oleh ibunya.

"Bu, udah, Bu. Aku nggak bisa napas," ucap Hafiz, anak kedua Dania dan Rizal.

Salma dan Meli pun tersenyum dan tertawa kecil.

"Kangen, ya, kamu sama Ibu?" tanya Meli sambil mengelus rambut Raihan dan Hafiz.

"Kalian kok nggak bilang-bilang mau ke sini? Ibu kaget. Ibu kira siapa," ucap Dania.

Raihan dan Hafiz hanya tersenyum. Tiba-tiba Hafiz dengan polosnya bertanya tentang perut ibunya yang terlihat kempes.

"Ibu, kok perutnya kecil?"

Dania melongo mendengar pertanyaan anak lima tahun itu. Anaknya begitu memperhatikan fisik ibunya, bahkan sampai pada perutnya yang tadinya besar karena sedang hamil dan kini mengecil tiba-tiba.

Belum sempat Dania menjawab, Salma dengan polosnya menyahut, "Iya, kecil dong, Sayang. Ibu kan sudah melahirkan adik bayinya."

Dania dan Meli terkejut mendengar jawaban Salma. Mereka tahu, setelah ini pasti kedua anak itu akan banyak bertanya tentang adiknya. Padahal, adik bayi mereka memang sudah lahir, namun harus pergi lebih dulu mendahului kedua kakak laki-lakinya.

Salma heran melihat ekspresi Meli dan Dania. Akhirnya, ia sadar bahwa jawaban barusan adalah sebuah kesalahan.

"Salma!" Meli memanggil dengan tegas.

"E-eh, iya. Ma-maaf, Kak," ucap Salma menyesal.

"Ibu, Ibu sudah lahiran? Lalu adik bayinya di mana, Bu?" giliran anak sulung Dania bertanya.

"Adik ada, Sayang. Lagi dirawat terpisah dari Ibu. Nanti kalau sudah boleh pulang, dia juga akan ikut bersama kita, ya," jawab Dania lirih, berusaha tegar.

"Maafin Ibu, ya, Sayang-sayangnya Ibu. Bukan maksud Ibu mau berbohong, tapi untuk sekarang Ibu nggak mau bikin kalian sedih dulu. Terutama Hafiz, yang sangat menantikan adiknya lahir," pungkas Dania dalam hati.

"Dan, kapan lo boleh pulang?" tanya Meli, yang terlihat sedang membuka parsel buah yang dibawanya.

"Belum tahu nih. Gue juga pengen balik, Mel."

"Gue pengen ngomong deh, sama lo," jawab Meli, yang sudah memotong buah kecil-kecil dan mewadahkannya di piring kecil.

"Kak, aku bawa Raihan dan Hafiz keluar dulu ya," potong Salma. Salma seperti mengetahui apa yang akan dibicarakan. Karena itu, ia berinisiatif membawa kedua anak Dania keluar dari kamar ibunya.

Dania dan Meli mengangguk, kagum pada Salma. Tanpa diberi kode, ia sudah mengerti apa yang ingin mereka obrolkan.

"Ayo, Sayang-sayang Ante. Kita keluar dulu, yuk. Beli jajan. Ante Salma haus nih," ajak Salma.

"Iya, Ante. Ibu, aku sama Adik keluar dulu ya. Ante Meli, aku nitip Ibu, ya," sahut Raihan dengan lembut.

Ketika hendak membuka pintu kamar dan keluar, mereka dikejutkan dengan....

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • SUKSES USAI DIJANDAKAN SUAMI   Bab 40

    Berselang enam bulan ke depan, Danar mendapat kabar bahwa dirinya memenangkan tender yang selama ini diincarnya sejak lama.Ia langsung menghubungi istri tercintanya, yang tidak lama kemudian mengangkat teleponnya."Assalamu'alaikum, iya, Mas?""Kamu di mana? Aku punya kabar gembira, Sayang."Suara Danar terdengar sangat riang dan antusias untuk memberi tahu istrinya."Kabar gembira? Wah, apa nih?" Dania menanggapinya dengan antusias."Hmm, gimana kalau nanti malam kita bermalam di hotel bintang lima? Nanti Mas pulang cepat biar kita packing sama-sama. Gimana?""Iya, Mas. Asalkan kamu tidak kecapekan, aku selalu ikut rencanamu." Dania menjawab dengan penuh sukacita."Oke, Sayang. See you."Danar mematikan sambungan teleponnya.Semenjak menikah dengan Dania, Danar merasa rezekinya selalu mengalir deras. Ada saja keberhasilan yang datang dari berbagai sisi.Ia menganggap semua ini sebaga

  • SUKSES USAI DIJANDAKAN SUAMI   Bab 39

    "Rizal?" ucap Dania dengan heran dan penuh kekhawatiran, khawatir akan anak-anaknya.Sementara Danar maju untuk mengambil pesanan yang sudah dipesannya, mereka segera menutup pintu. Namun, Rizal menahannya."Pantas saja kamu tidak berada di rumahmu. Dan aku susah mencarimu, tahunya kamu berada di sini? Bersama selingkuhan berkedok sahabat kecil!" ucap Rizal dengan tatapan sinis.Mereka mengabaikan ucapan Rizal barusan dan langsung menutup pintu rapat-rapat. Dania teringat anak-anaknya. Ia khawatir Rizal akan melakukan hal yang tidak diinginkan lagi.Saat sampai di kamar anak-anaknya, mereka sedang bermain. Dania merasa lega."Ibu, apakah Ibu mau memanggil kami untuk makan malam?" tanya Raihan lirih."Iya, sayang. Ibu baru saja membeli makanan secara online. Yuk, kita makan sama-sama," ajaknya.Raihan lari terlebih dahulu, sedangkan Hafiz digendong oleh Dania untuk bergegas menuju meja makan.Di sana, terlihat Da

  • SUKSES USAI DIJANDAKAN SUAMI   Bab 38

    Plakkkkk!!!!Terdengar tamparan keras dari tangan Dania yang mendarat di pipi Radist. Kali ini, kesabarannya tidak dapat dibendung lagi.Danar tidak menghiraukan Dania yang menampar Radist barusan. Ia tetap memperlihatkan rekaman itu dengan terburu-buru.Dan... benar saja dugaan Danar. Radist sudah menjebaknya dengan memasukkan serbuk ke dalam makanan yang sedang dimasak tadi saat makan malam bersama. Namun, hanya makanan yang akan dimakan oleh Danar."Ketahuan, kan, belangnya? Perempuan ini bagaimana?!" ucap Danar."Kamu itu tidak tahu malu, Radist!"Danar memaki perempuan yang kini terdiam, namun tidak menunjukkan rasa penyesalan atas perbuatannya."Apa motifmu? Dan kenapa kamu bisa tahu vila ini? Padahal Mas Danar berkata kalau vila ini belum banyak yang tahu, termasuk kamu!"Dengan wajah yang terlihat menantang, Radist maju perlahan sambil melipat tangan ke dada."Lalu... kamu percaya begitu saja? B

  • SUKSES USAI DIJANDAKAN SUAMI   Bab 37

    "Hmm, apakah kamu tidak suka melihat Dania bahagia?"Terdengar suara perempuan menyahuti gumaman Anggi.Anggi menoleh dengan kasar. Ia terkejut dengan pertanyaan seseorang yang menanggapi gumamannya itu."Bukan urusanmu!" Anggi terlihat panik. Ia berpikir perempuan tersebut adalah seseorang dari keluarga mereka."Tentu jadi urusanku! Siapa pun yang tidak suka dengan kebahagiaan mereka akan menjadi partnerku untuk bersama menjatuhkan mereka, iya bukan?""Oh iya, perkenalkan, aku Radisty," katanya sambil mengulurkan tangan ke hadapan Anggi. Anggi hanya menanggapi sebisanya.Saat mendengarkan rencana demi rencana Radisty, Anggi pun enggan mengikutinya. Ia akan menggunakan caranya sendiri.---Dua hari setelahnya, Dania menikah dengan Danar. Mereka sepakat untuk mengambil cuti kerja selama sebulan. Mereka memutuskan untuk berlibur sekaligus berbulan madu.Sore itu, sepulang mereka berbelanja keperluan untuk libu

  • SUKSES USAI DIJANDAKAN SUAMI   Bab 36

    Lima bulan ke depan, Rizal dan yang lainnya sudah dipenjara. Mereka berpasrah diri, tidak ada yang dapat dilakukan selain menjalani hukuman tersebut.Saat bulan keenam mereka menjalani masa hukuman, siang itu Anggi dipanggil karena ada yang membesuk.Saat ditemui di ruang khusus kunjungan, ia terperangah melihat Anton yang berada di jajaran meja pengunjung tahanan."An-Anton?" sapa Anggi ragu-ragu.Anton, yang semula sedang memainkan ponsel sambil menunduk, menengadahkan pandangannya ke depan."Hai, gimana kabarnya?""Ya, gini-gini aja. Tumben kamu punya waktu untuk membesukku.""Hmm, sebenarnya ini kejutan. Tapi..."Belum selesai Anton meneruskan pembicaraannya, petugas datang untuk memberitahu kalau Anggi telah terbebas dari hukuman dan tuntutan."Permisi, benar dengan Saudari Anggi Noviyanthi?""Iya, Pak. Kenapa ya? Apa jam besuknya sudah habis?""Silakan ikut kami ke ruang Kepala P

  • SUKSES USAI DIJANDAKAN SUAMI   Bab 35

    "Si Danar, Mel. Bener kata lo, dia barusan ngirim pesan ke gue kalau katering nanti bakalan datang," ujar Dania sambil menunjukan ponselnya ke Meli."Kan gue bilang juga apa," sahut Meli."Iya, tapi kan boros banget. Udah ah, nanti gue mau bilang stop aja. Gak usah katering-katering lagi."Meli terdiam sambil memperhatikan Dania.Tanpa sadar, mereka sudah lama berbincang di dapur hingga karyawan katering yang mengantar makanan pun sampai.Dania mulai menyiapkan semua menu yang dipesan dan menatanya di meja makan."Ya ampun, sampai nasi aja dibeli," keluh Dania.Meli hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya itu.Semua makanan sudah tersaji dan tertata. Dania mengabadikannya dengan memfoto makanan sebelum disantap, lalu mengirimkan foto itu ke Danar."Sudah sampai, terima kasih.""Makan yang banyak, ya. Itu untuk sekali makan jadi langsung habiskan."Tak lama, Raihan dan Haf

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status