Adam berdiri di depan Bagas dan Syamsul, Bagas memberi isyarat untuk Adam jangan sampai bertindak gegabah sehingga identitas Bagas bisa terbongkar, Adam yang merasa khawatir dengan kondisi Bagas, sampai tidak memperhitungkan terlebih dahulu situasinya, di tambah ponsel Bagas tidak bisa Adam hubungi, ternyata ada Syamsul di ruangan Bagas.
Adam menghela napas pendek dan memejamkan mata sesaat berfikir alasan apa yang akan ia katakan, untung saja Syamsul sedang menunduk memberi hormat, tidak berani menengadahkan kepalanya, sehingga tidak melihat betapa kacaunya wajah Adam saat ini, yang merasa bersalah kepada Bagas dan takut Bagas marah, karena masuk tanpa ijin dan tanpa perintah Bagas.
"Kamu boleh angkat kepala kamu," ucap Adam kepada Syamsul. Dan mulai meneruskan kata - katanya yang di tujukan kepada Bagas. "Saya kesini karena permintaan ibu angkat kamu Bagas, dia datang ke rumah saya sambil menangis mengabarkan kamu masuk rumah sakit, sementara ibu angkat kamu sekarang
Membaca pesan dari Adelia membuat Bagas langsung berubah posisi menjadi duduk, bibirnya tersenyum, hatinya begitu bahagia, Bagas sudah salah menilah Adelia, ia fikir Adelia hanya sekedar main - main kepadanya, menjadikannya tempat berlabuh sementara di kala hatinya sedang tidak baik - baik saja karena Tony. Seakan semangat baru menjalar di diri Bagas, sehingga merasakan tubuhnya semakin membaik, tanpa menunggu lama Bagas membalas pesan Adelia.Dalam pesan yang Bagas kirim, mengatakan bahwa Bagas sudah memafkan Adelia sekaligus meminta maaf karena tidak menerima panggilan telepon Adelia dan segera membalas pesan Adelia, Bagas menjelaskan kondisi kesehatannya sekarang sedang tidak vit, dan besok belum bisa masuk kerja.Awalnya Bagas tidak ingin memberitahu Adelia soal kondisinya, tapi besok pasti Adelia mencarinya, daripada Adelia harus tahu dari orang lain, Bagas memilih jujur. Pesan sudah terkirim kepada Adelia tapi pending, entah batrai ponsel Adelia habis atau tidak
Bagas sudah berganti pakaian dan terlihat lebih segar wajahnya, menghampiri Adelia dan duduk di sebelah Adelia. Adelia menyuapi Bagas dengan bubur yang ia beli di jalan saat akan menuju kos-an Bagas, mereka saling mengobrol satu sama lain tentang kehidupannya masing - masing selama tidak bertemu."Bagas, terima kasih karena bersedia memaafkan kebodohanku," ucap Adelia."Iya, Sayang, aku juga minta maaf karena tidak memberitahukanmu lebih dulu soal Tony yang akan memberiku uang, karena saat itu posisimu sedang tidak baik - baik saja, oh iya kabar ayahmu bagaimana sekarang?" ucap Bagas yang sudah selesai memakan bubur dan meneguk air di gelas yang telah di sediakan Adelia."Alhamdulillah sudah sembuh, makanya aku langsung ke Subang, karena aku ingin bertemu denganmu, di tambah aku malas di rumah, ayah selalu memaksaku untuk jalan dengan Tony.""Tony tahu kamu ke sini?""Ayah pasti memberitahunya, tapi aku sedang menjauhi Tony, aku tidak suka de
Bagas tersenyum mendengar kata - kata Ahmad, bukan senyum meremehkan Ahmad yang menasihati Bagas, tapi Bagas bersyukur masih ada atasan yang berbicara dengan bahasa yang enak dan tidak seperti mengintrogasi. Sehari ini Bagas sibuk dengan banyaknya tamu yang menggunakan pelayanan room service, Bagas merasakan badannya sangat lelah, untung saja hatinya sedang berbahagia, apalagi setelah pulang kerja Bagas di minta Adelia untuk bertemu Adelia, karena Adelia ingin memperkenalkan Bagas secara langsung kepada Cindy.Seperti yang sudah di sepakati bersama bahwa mereka akan bertemu di cafe Sumbi yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Hotel.Bagas menggunakan ojek menuju cafe, sementara Adelia dan kedua temannya sudah lebih dulu datang."Maaf, menunggu lama," ucap Bagas yang langsung mengulurkan tangan kepada Sinta dan Cindy."Oh, ini Bagas, ganteng juga...pantesan Adelia terpikat," ucap Cindy menggoda Bagas.Mereka memesan makanan dengan selera menu masing
Sekitar pukul tujuh malam, Adelia bersama kedua temannya, bertemu Raymond di lobi, mereka menyetujui ajakan Raymond, setidaknya perginya bersama - sama jadi tidak merasa khawatir ada ucapan orang lain yang tidak enak. Raymond mengajak mereka ke tempat makan lesehan yang terbuat dari kayu dan bilik berupa rumah panggung yang berderet di sepanjang jalan Subang, dengan sajian menu makanan nasi liwet dan ikan bakar serta sambal lalab dan tumis lainnya.Mereka duduk bersila mekingkari meja persegi, pemilik warung menyuguhkan minuman jahe hangat sesuai pesanan Raymond, mereka berempat menikmati setiap sajian masakan khas sunda itu, belum lagi jagung bakar yang di pesan Cindy dan uli bakar beserta sambal oncomnya."Pak Raymond terima kasih sudah mengajak kami ke sini, sumpah makanannya enak - enak, di jakarta mana ada yang seperti ini," ucap Cindy yang berbicara sambil mengunyah jagung bakar yang memenuhi mulutnya."Kalau kalian senang, kita bisa ke sini lagi, tinggal
"Mengapa harus malu..." ucap Adelia yang menatap kekasih yang di cintainya."Kalau begitu, ayo." Bagas bangkit dari duduknya.Adelia ikut bangkit dan bergelayut manja di lengan Bagas yang kekar, mereka segera menuju jalanan besar menuju kotanya Subang, Adelia melingkarkan kedua tangannya di pinggang Bagas, menikmati setiap perjalanan bersandar di punggung laki - laki yang sudah mencuri hatinya, merasakan kehangatan dan aroma tubuh Bagas yang harum, dengan hembusan angin yang sepoi - sepoi.Bagas menghentikan motornya dan memarkirkannya di sebelah tukang nasi goreng, keduanya segera turun langsung memesan nasi goreng untuk dua porsi, mereka duduk saling berdampingan."Del, terima kasih," ucap Bagas yang menoleh ke Adelia."Untuk?" tanya Adelia yang merasa tidak melakukan sesuatu untuk Bagas.Bagas tersenyum dan menggenggam jemari Adelia. "Untuk kamu yang sudah mau singgah di hatiku, menetap ya, jangan berpindah.""Emang aku mau pindah
"Lepaskan!!" teriak Adelia mencoba meronta untuk melepaskan tangan Tony, yang terasa sakit akibat cengkraman tangan Tony yang sangat kuat."Diam!!!" hardik Tony dengan mata memelototi Adelia."Tony! kalau kamu memang mencintai Adelia, jangan bersikap kasar, lepaskan tangannya, kalau kamu memang laki - laki lawan saya," ucap Bagas yang kini mulai menantang Tony, karena tidak terima melihat Adelia meringis kesakitan."Hahahahaha, lo nantang gue, rupanya ada pahlawan baru di sini." Tony melepaskan tangan Adelia sangat kasar.Tanpa menunggu lama Tony langsung menyerang Bagas, dengan cepat Bagas menghindari pukulan Tony dan mengepalkan tangannya memukul wajah Tony, lalu menendang perut Tony hingga terlempar ke belakang, Tony meringis menahan sakit di perutnya, dari sudut bibirnya keluar darah segar, Adelia sendiri sudah berlari menuju kamar hotel menemui teman - temannya untuk meminta pertolongan agar mengusir Tony dari hotel, setidaknya di serang tiga cewek s
Bagas mengepalkan tangannya dengan perasaan yang tidak menentu, melangkah menuju ruangan kerjanya, setibanya di ruangan kerja, Bagas segera mengganti pakaiannya dengan seragam kerja dan menyimpan semua barangnya di loker, Bagas menjalankan aktivitas kerja seperti biasanya walau hatinya masih menyimpan banyak pertanyaan tentang Kaila, Kaila yang sudah menipunya mengatas namakan cinta, mengapa Kaila terlihat akrab dengan Tony dan setelah kejadian itu Kaila menghilang begitu saja, Bagas ingat perkataan ayahnya dulu, bahwa Kaila bukan wanita baik untuknya, namun ayahnya tidak menjelaskan apa maksud perkataannya tersebut, Bagas tahu semua dari neneknya.Setelah seharian bekerja, Bagas bersiap diri akan pulang, sebelum pulang Adelia memintanya untuk ke room Adelia, karena Adelia ingin bertemu, Adelia sengaja menelpon melalui telepon kerja di ruangannya, karena Adelia tahu Bagas tidak memegang ponsel saat bekerja, setelah berbicara kepada Syamsul untuk pulang duluan, Bagas melangkah
Bagas sudah berada di dalam kamarnya, mengunci pintu karena tidak ingin di ganggu siapapun, Bagas ingin benar - benar sendiri, Bagas sudah mengirim pesan kepada Syamsul kalau dirinya ingin tidur, di takutkan Syamsul mengajaknya keluar untuk membeli makan atau mengajaknya main ke tempat Heni dan Winda. Bagas mengambil sebatang rokok yang ia beli saat perjalanan pulang dari hotel, menghisapnya dalam - dalam dan meniupkan kepulan asapnya berulang kali ke atas, mencoba menenangkan dirinya, setidaknya rokok mungkin bisa membuatnya sedikit lebih tenang, walau sebenarnya Bagas bukanlah seorang perokok, Bagas meraih ponselnya dan menelpon Adam untuk menjemputnya jam tujuh malam di pertigaan jalan sebelum ke kos-annya, setelah itu Bagas menyimpan kembali ponselnya dan duduk terdiam dengan tatapan kosong ke depan, ponselnya berulang kali berdering panggilan telepon dari Adelia, namun Bagas hanya melirik ke arah ponselnya tanpa mengangkatnya, membiarkan terus berdering, Bagas benar - b