Sinta dan Cindy begitu juga Adelia menelan ludah, hanya untuk makanan saja sampai harus mencapai puluhan juta, Adelia menatap ke arah Bagas, melihat laki - laki yang ia cintai sedang menatap bill pembayaran, pasti Bagas sedang bingung bagaimana membayar tagihan segitu banyaknya, hatinya tidak tega kalau sampai Bagas harus di permalukan di restoran ini, belum lagi pasti teman - temannya akan habis - habisan menghina Bagas, walau Adelia sedikit kesal juga mengapa Bagas mengajaknya ke restoran yang memang sudah terkenal mahal di Jakarta, Adelia mengerti Bagas ingin membuatnya senang dan merasa istimewa, makanya mengajak ke tempat yang mahal, namun Bagas sepertinya tidak tahu kalau harganya memang sangat mahal sekali, Adelia meraih Pouch wallet miliknya untuk mengambil kartu Debit, Cindy yang mengetahui Adelia akan mengambil kartu Debit langsung menegurnya.
"Del, kamu tidak usah membantu Bagas untuk membayar semua tagihan ini, biar saja dia bayar sendiri, dia kan, yang mengajak k
Di dalam rumah, Adelia dan kedua temannya di persilakan untuk duduk bersantai di ruang tamu. "Sayang aku tinggal sebentar dulu ya, kamu santai dulu saja di sini, bersama Sinta dan Cindy, nanti biar teh Euis membawakan minuman dan makanan ringan ke sini," ucap Bagas kepada Adelia dan mulai melangkah meninggalkan Adelia di ruang tamu. Euis membawakan makanan dan minuman ke ruang tamu, untuk di suguhkan kepada Adelia dan kedua temannya, Euis adalah pembantu di rumah Bagas yang merupakan asisten dari Mbok Saripah, Euis baru kembali setelah pulang kampung. "Teh, mangga di minum, upami bade aya priyogi nu sanes, panggil weh Euis?" ucap Euis ramah dengan logat sundanya. "Iya, tapi itu Teh Euis ngomong apa barusan, maaf kita nggak ngerti bahasa sunda," ucap Adelia. "Oh iya maaf Nona, kirain tiasa nyarios sunda, eh kirain bisa bahasa sunda, tadi Euis bilang, silakan di minum, kalau ada keperluan lain, silakan panggil Euis." "Oh iya Teh, terima
Pintu telah terbuka, terlihat Adelia dengan pakaian tidurnya, berdiri di ambang pintu menghadap Bagas."Boleh pinjam waktunya, Nona cantik." Goda Bagas yang tersenyum menatap Adelia."Mau kemana?" tanya Adelia, yang balik bertanya bukannya menjawab."Kesuatu tempat yang hanya ada kita berdua.""Harus sekarang, ya? tanya Adelia sambil tangannya menyeka matanya yang berair efek menguap."Kamu ngantuk? ya sudah besok saja kalau begitu, tadinya aku mau membuktikan ucapanku tentang Kaila.""Aku nggak ngantuk kok, ya sudah aku ganti pakaian dulu ya, masa keluar dengan pakaian tidur." Adelia Membalikan badannya untuk masuk ke dalam kamar, namun Bagas menahannya, dengan memegang tangan Adelia."Tidak perlu ganti pakaian, sudah cantik, aku mau bawa kamu, bukan untuk keluar tapi kita mengobrol di ruang keluarga, sekalian melepas rindu."Siapa yang rindu?""Aku...Bagas Ivander.""Hmm, rindu Kaila kali.""Tuh kan
"Sebelumnya aku minta maaf, karena baru cerita ke kamu, waktu itu, kita juga sedang tidak saling komunikasi, karena kamu salah paham kepadaku soal uang yang Tony akan berikan kepadaku, aku secara tidak sengaja bertemu dengan Moza, ia mantanku waktu SMA, aku sempat di rawat di rumah sakit, ia dan Syamsul yang menolongku.""Mengapa kamu tidak memberitahuku, kalau kamu masuk rumah sakit.""Aku, berkali - kali telepon dan chatting kamu, tp kamu tidak merespon, jadi aku fikir ya sudahlah, aku tidak ingin memaksa orang yang sudah tidak suka kepadaku.""Maaf ya sayang, saat itu kamu tahu sendiri kalau aku salah paham, seperti yang pernah aku ceritakan, sekali lagi maafkanlah pacarmu yang nyebelin ini," ucap Adelia tertunduk lesu."Nggak apa - apa sayang, dalam hubungan berantem, salah paham itu hal yang wajar, selama kita memang bisa saling intropeksi diri, selama hati kita saling terhubung, maka kita akan kembali bersatu lagi." Bagas membelai rambut Adelia deng
Bagas menghampiri mereka berdua, melakukan tos tangan yang di balas oleh Syamsul dan juga Joni."Bro, sini duduk kita berdendang ria menghibur hati, by the way, lama juga pulang kampungnya, kemarin aku sudah sampaikan kepada Pak Ali kalau kamu ijin nggak masuk, karena ada kepentingan keluarga, tumben respon Pak Ali biasa saja, biasanya suka sewot dan kasih wejangan dulu, alias ceramah ngalor ngidul," ucap Syamsul yang menggeserkan pantatnya untuk memberikan tempat duduk kepada Bagas."Iya, Syam, thanks ya, saya nggak ikut gabung dulu nih, badan rasanya lelah sekali, besok jatah piket, harus datang pagi - pagi.""Ok, Bro, istirahat saja, sebentar lagi juga kita nyusul istirahat, tadi tamu banyak sekali yang request room service, jadi lumayan pegal juga bolak baliknya," ucap Syamsul.Bagas mengeluarkan makanan ringan berupa kripik tempe dan kue brownise, meletakan di meja."Ada sedikit oleh - oleh, untuk menemani berdendang ria kalian, kalau begitu s
"Hahahaha, biasa aja tuh muka, serius banget, barusan saya telepon Pak Adam kalau teman saya yang bernama Syamsul, bisa memperbaiki laptopnya." Bagas dengan terpaksa berbohong, agar Syamsul tidak curiga, sudah terlanjur Syamsul mendengar namanya di sebut, sehingga Bagas mencoba membalikan situasinya agar Syamsul percaya."Oh, iya, terus gimana respon Pak Adam?""Katanya minggu besok Pak Adam mau ke hotel, sekalian membawa laptopnya, mudah - mudahan bisa kamu perbaiki.""In Sya Allah, semoga saja bisa. Yuk ah, kita on the way sekarang, tapi sebentar aku telepon mereka dulu, biasanya suka nitip ingin di beliin sesuatu."Bagas menganggukan kepalanya, dan menunggu Syamsul yang sedang menelpon Heni, benar saja Heni dan Winda nitip di beliin nasi goreng, setelah menelpon, Bagas dan Syamsul segera meluncur ke tempat mereka, dan membeli nasi goreng seperti pesanan mereka.Bagas dan Syamsul sudah tiba di tempat Winda dan Heni, mereka duduk di teras de
"iya Hen, kamu benar, kalau cowok yang aku suka itu Bagas, tapi..." Winda menghentikan kalimatnya karena dadanya merasa sesak menahan tangis, harus menerima kenyataan, di saat hatinya sudah mulai terbuka oleh orang baru, setelah lama hatinya ia kunci rapat, terluka oleh seorang laki - laki pengkhianat, namun pada kenyataannya sekarang ia harus merasakan kembali terluka."Kalau kamu mau menangis, menangis saja, aku ngerti kok, bagaimana rasanya kalau kita mencintai orang yang ternyata tidak pernah mencintai kita, saran aku sebagai sahabatmu, lebih baik kamu membuang jauh - jauh perasaan itu, walaupun aku tahu itu sulit, tapi, bukankah kita akan lebih baik, bila melihat orang yang kita cintai bahagia bersama orang yang ia pilih, kamu berhak bahagia juga Win, dan tidak baik juga bila merusak kebahagiaan orang lain, setidaknya kamu dan Bagas masih bisa tetap berteman baik, dan biarkanlah tetap seperti itu, kalau memang Bagas jodohmu, pasti nggak akan kemana, kalau saja Bagas sing
Bagas mengerutkan keningnya, matanya fokus tetap tertuju pada buku diary Laras.'Gue orang bodoh, jatuh cinta kepada orang yang salah, Raymond..suami dari wanita lain, karena rasa cemburuku, aku begitu nekad menyingkirkan siapapun yang berani merusak hubunganku dengan Raymond, andai gue bisa, gue ingin melupakan lo Raymond, karena hati ini begitu sakit.'Bagas menutup buku diary Laras, ia telah menemukan jawaban atas semua pertanyaannya selama ini, apa yang di lakukan Laras karena cemburu kepada Adelia, bukankah Adelia selama ini hanya dekat dengan Raymond karena rasa terima kasihnya dan bersikap hormat serta menghargai Raymond karena seorang GM di hotel, selayaknya tamu menghormati tuan rumah, Adelia juga menceritakan prihal kejadian malam itu, yang mana Raymond seakan mencari kesempatan kepada Adelia dengan bersikap baik yang terlihat berlebihan, dan malam itu ada wanita yang tiba - tiba memarahi Adelia, Bagas mengira wanita itu mungkin isteri Raymond, ternyata wanit
"Bagaimana infonya Om?" tanya Bagas dengan wajah yang serius menunggu penjelasan dari Adam."Keluarga Adelia dan Harsen, mereka saling dekat semenjak Tony membeli saham hampir tujuh puluh persen dari perusahaan ayahnya Adelia, setahun yang lalu perusahaan ayah Adelia mengalami kemunduran dan terancam bangkrut, kesempatan itu Tony memanfaatkan ayah Adelia untuk menjodohkannya dengan Adelia, atau ayah Adelia hengkang dari perusahaan, mengingat hanya memegang tiga puluh persen saham, yang dengan mudah bisa Tony singkirkan, maka dari itu ayah Adelia menerima tawaran dari Tony dan memaksa Adelia untuk menerima perjodohan.""Hmmm...bisa di pahami sekarang mengapa ayah Adelia begitu keras menjodohkan Adelia, yang jelas - jelas tidak mau dengan Tony.""Iya Tuan, berarti keluarga Adelia bukan ancaman besar untuk Tuan, Tuan tinggal beli semua saham Tony dan kembalikan situasi seperti semula kepada ayah Adelia, saya akan cari celah untuk menjatuhkan Tony. Oh iya Tuan