"Sebelumnya aku minta maaf, karena baru cerita ke kamu, waktu itu, kita juga sedang tidak saling komunikasi, karena kamu salah paham kepadaku soal uang yang Tony akan berikan kepadaku, aku secara tidak sengaja bertemu dengan Moza, ia mantanku waktu SMA, aku sempat di rawat di rumah sakit, ia dan Syamsul yang menolongku."
"Mengapa kamu tidak memberitahuku, kalau kamu masuk rumah sakit."
"Aku, berkali - kali telepon dan chatting kamu, tp kamu tidak merespon, jadi aku fikir ya sudahlah, aku tidak ingin memaksa orang yang sudah tidak suka kepadaku."
"Maaf ya sayang, saat itu kamu tahu sendiri kalau aku salah paham, seperti yang pernah aku ceritakan, sekali lagi maafkanlah pacarmu yang nyebelin ini," ucap Adelia tertunduk lesu.
"Nggak apa - apa sayang, dalam hubungan berantem, salah paham itu hal yang wajar, selama kita memang bisa saling intropeksi diri, selama hati kita saling terhubung, maka kita akan kembali bersatu lagi." Bagas membelai rambut Adelia deng
Bagas menghampiri mereka berdua, melakukan tos tangan yang di balas oleh Syamsul dan juga Joni."Bro, sini duduk kita berdendang ria menghibur hati, by the way, lama juga pulang kampungnya, kemarin aku sudah sampaikan kepada Pak Ali kalau kamu ijin nggak masuk, karena ada kepentingan keluarga, tumben respon Pak Ali biasa saja, biasanya suka sewot dan kasih wejangan dulu, alias ceramah ngalor ngidul," ucap Syamsul yang menggeserkan pantatnya untuk memberikan tempat duduk kepada Bagas."Iya, Syam, thanks ya, saya nggak ikut gabung dulu nih, badan rasanya lelah sekali, besok jatah piket, harus datang pagi - pagi.""Ok, Bro, istirahat saja, sebentar lagi juga kita nyusul istirahat, tadi tamu banyak sekali yang request room service, jadi lumayan pegal juga bolak baliknya," ucap Syamsul.Bagas mengeluarkan makanan ringan berupa kripik tempe dan kue brownise, meletakan di meja."Ada sedikit oleh - oleh, untuk menemani berdendang ria kalian, kalau begitu s
"Hahahaha, biasa aja tuh muka, serius banget, barusan saya telepon Pak Adam kalau teman saya yang bernama Syamsul, bisa memperbaiki laptopnya." Bagas dengan terpaksa berbohong, agar Syamsul tidak curiga, sudah terlanjur Syamsul mendengar namanya di sebut, sehingga Bagas mencoba membalikan situasinya agar Syamsul percaya."Oh, iya, terus gimana respon Pak Adam?""Katanya minggu besok Pak Adam mau ke hotel, sekalian membawa laptopnya, mudah - mudahan bisa kamu perbaiki.""In Sya Allah, semoga saja bisa. Yuk ah, kita on the way sekarang, tapi sebentar aku telepon mereka dulu, biasanya suka nitip ingin di beliin sesuatu."Bagas menganggukan kepalanya, dan menunggu Syamsul yang sedang menelpon Heni, benar saja Heni dan Winda nitip di beliin nasi goreng, setelah menelpon, Bagas dan Syamsul segera meluncur ke tempat mereka, dan membeli nasi goreng seperti pesanan mereka.Bagas dan Syamsul sudah tiba di tempat Winda dan Heni, mereka duduk di teras de
"iya Hen, kamu benar, kalau cowok yang aku suka itu Bagas, tapi..." Winda menghentikan kalimatnya karena dadanya merasa sesak menahan tangis, harus menerima kenyataan, di saat hatinya sudah mulai terbuka oleh orang baru, setelah lama hatinya ia kunci rapat, terluka oleh seorang laki - laki pengkhianat, namun pada kenyataannya sekarang ia harus merasakan kembali terluka."Kalau kamu mau menangis, menangis saja, aku ngerti kok, bagaimana rasanya kalau kita mencintai orang yang ternyata tidak pernah mencintai kita, saran aku sebagai sahabatmu, lebih baik kamu membuang jauh - jauh perasaan itu, walaupun aku tahu itu sulit, tapi, bukankah kita akan lebih baik, bila melihat orang yang kita cintai bahagia bersama orang yang ia pilih, kamu berhak bahagia juga Win, dan tidak baik juga bila merusak kebahagiaan orang lain, setidaknya kamu dan Bagas masih bisa tetap berteman baik, dan biarkanlah tetap seperti itu, kalau memang Bagas jodohmu, pasti nggak akan kemana, kalau saja Bagas sing
Bagas mengerutkan keningnya, matanya fokus tetap tertuju pada buku diary Laras.'Gue orang bodoh, jatuh cinta kepada orang yang salah, Raymond..suami dari wanita lain, karena rasa cemburuku, aku begitu nekad menyingkirkan siapapun yang berani merusak hubunganku dengan Raymond, andai gue bisa, gue ingin melupakan lo Raymond, karena hati ini begitu sakit.'Bagas menutup buku diary Laras, ia telah menemukan jawaban atas semua pertanyaannya selama ini, apa yang di lakukan Laras karena cemburu kepada Adelia, bukankah Adelia selama ini hanya dekat dengan Raymond karena rasa terima kasihnya dan bersikap hormat serta menghargai Raymond karena seorang GM di hotel, selayaknya tamu menghormati tuan rumah, Adelia juga menceritakan prihal kejadian malam itu, yang mana Raymond seakan mencari kesempatan kepada Adelia dengan bersikap baik yang terlihat berlebihan, dan malam itu ada wanita yang tiba - tiba memarahi Adelia, Bagas mengira wanita itu mungkin isteri Raymond, ternyata wanit
"Bagaimana infonya Om?" tanya Bagas dengan wajah yang serius menunggu penjelasan dari Adam."Keluarga Adelia dan Harsen, mereka saling dekat semenjak Tony membeli saham hampir tujuh puluh persen dari perusahaan ayahnya Adelia, setahun yang lalu perusahaan ayah Adelia mengalami kemunduran dan terancam bangkrut, kesempatan itu Tony memanfaatkan ayah Adelia untuk menjodohkannya dengan Adelia, atau ayah Adelia hengkang dari perusahaan, mengingat hanya memegang tiga puluh persen saham, yang dengan mudah bisa Tony singkirkan, maka dari itu ayah Adelia menerima tawaran dari Tony dan memaksa Adelia untuk menerima perjodohan.""Hmmm...bisa di pahami sekarang mengapa ayah Adelia begitu keras menjodohkan Adelia, yang jelas - jelas tidak mau dengan Tony.""Iya Tuan, berarti keluarga Adelia bukan ancaman besar untuk Tuan, Tuan tinggal beli semua saham Tony dan kembalikan situasi seperti semula kepada ayah Adelia, saya akan cari celah untuk menjatuhkan Tony. Oh iya Tuan
Bagas mendekati Syamsul yang berdiri terpaku."Kamu kenapa, Syam?""Ibuku kecelakaan, lukanya cukup serius, sekarang ada di rumah sakit, sialnya, penabrak melarikan diri, sekarang ibu harus segera di operasi, tulang kaki sebelah kanan patah, aku bingung. Adikku sudah membayar biaya awal, itupun hanya setengahnya dari jumlah yang harus di bayarkan, dapat pinjam juga dari tetangga dan adikku sudah menandatangani surat operasi, sebagai penanggung jawab, karena kalau menunggu aku pasti kelamaan." ucap Syamsul yang tertunduk lesu, wajahnya di liputi kesedihan."Ya Allah, mending kamu pulang temui ibumu segera, nanti ijin saja tidak masuk beberapa hari.""Maunya begitu, Gas, tapi apa bisa aku ijin beberapa hari, pulang ke Jogyakarta itu jauh, andai bisa, paling sebentar aku ijin dua hari apa tiga hari, tapi uangku nggak bakalan cukup untuk biaya rumah sakit, aku ada tabungan tapi tidak banyak, kamu mau nggak bantu aku, beli motor aku atau nggak gadai juga boleh
Syamsul beranjak dari duduknya, menghampiri adiknya."Dek, kalau ada apa - apa sama ibu, cepat hubungi Mas, sekarang Mas dan teman Mas mau pulang dulu, nanti siang Mas ke sini, kamu mau Mas bawain apa? oh iya, Mas pinjem motornya.""Apa aja Mas." Sambil meyerahkan kunci motor kepada Syamsul.Syamsul dan Bagas berpamitan, dan segera menuju parkiran rumah sakit, keduanya segera menuju rumah Syamsul, untuk istirahat terlebih dahulu. Dalam perjalanan ke rumah Syamsul, mereka saling mengobrol."Coba ya kamu ke sininya pas aku lagi nggak ada musibah, sudah aku ajak keliling kota Jogyakarta," ucap Syamsul sambil masih fokus mengendarai motor melihat jalan."Next time aja, kita bisa ke sini lagi.""Okay, nanti aku pasti ajak kamu ke sini lagi, kita jalan - jalan ya? di sini tempat wisatanya bagus - bagus, banyak bule cantik - cantik, dan makanannya enak, murah lagi.""Siap Mas Bro!"Keduanya sudah tiba di rumah Syamsul, setelah members
Telepon sudah terputus, Bagas mencoba menelpon balik, tapi nada tidak tersambung, Bagas menoleh ke arah Adelia."Sayang, aku harus ke rumah Bu Laras, sepertinya terjadi sesuatu, tadi ia menelpon langsung teriak meminta tolong, dan tiba - tiba telepon terputus, dan aku telpon balik juga tidak nyambung - nyambung, aku hanya takut terjadi sesuatu hal yang buruk, bagaimanapun ia karyawanku, aku tinggal sebentar ya, nggak apa - apa kan, sayang?""Aku ikut.""Tapi sayang, bagaimana kalau hal buruk terjadi, dan kamu juga bisa celaka.""Terus aku harus diam saja kalau melihat kamu celaka, andai memang ada hal buruk.""Ya sudah, ayo sayang, kita harus bergegas ke rumahnya."Keduanya beranjak dari duduknya dan segera ke arah pintu keluar."Mau pada kemana? Ikut, pengen jalan - jalan, janji nggak akan ganggu kalian berdua." Sinta langsung berbicara tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi."Kita bukan mau jalan - jalan, tapi ke rumah Bu Lar