Share

Bab 68. Hari pernikahan

Penulis: Nanitamam
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-07 09:25:44
Cahaya matahari yang lembut, menyebar melalui jendela-jendela tempat resepsi yang sudah dihiasi sempurna, diiringi musik piano lembut terdengar, dan tamu sudah duduk rapi, mengenakan pakaian tercantik mereka.

Di kamar persiapan, gaun putih sederhana yang Syafana kenakan terpasang sempurna, rambutnya disanggul dengan hiasan bunga melati kecil di tengahnya . Bu Salsa berdampingan, jarinya lembut membenarkan gaunnya, mata dipenuhi air mata senang.

“Syafana, akhirnya hari ini tiba juga. Ayahmu sudah sangat lama menunggu hari ini, semoga hari ini, berjalan dengan lancar tanpa masalah sedikitpun,” ucap Bu Salsa pelan.

Air mata membasahi pipinya. Ia sungguh tak percaya, menyaksikan putri semata wayangnya bersanding di pelaminan pada hari ini.

“Jangan menangis, Bu. Hari ini adalah hari kebahagian kita, aku mohon jangan ada satupun air mata kesedihan,” pinta Syafana, mencium tangan ibunya.

Bu Salsa mengangguk, meski hatinya bercampur aduk. “Ibu menangis karena terharu, Nak. Ayahmu pa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 117. Nikah dulu!

    "Astaga, luar biasa. Kekasihnya yang hamil tapi malah pria konyol itu yang pingsan," geram Ivander sambil mengendarai mobilnya. Di depannya, mobil melaju cepat melewati jalan raya, bunyi sirene ambulans yang menjerit membelah kepadatan jalanan ibu kota. Beberapa menit lalu, Ivander bergegas masuk ke dalam toilet wanita saat mendengar panggilan Syafana. Dia terkejut melihat Erlang yang hampir tidak pernah sakit itu tergeletak dilantai. Tanpa pikir panjang, Ivander menelpon ambulans. Tubuh Erlang digotong oleh karyawan setelah Syafana menelpon bagian office boy. Di dalam ambulans, Ghaisa duduk dengan tubuh yang kaku, tangannya menekan perutnya dengan erat, mata memandang langit yang mendung dengan tatapan bingung. Di sebelahnya, Syafana memegang tangannya erat.“Jangan khawatir, ada aku Ghaisa,” bisik Syafana.Ghaisa hanya mengangguk, tidak mampu berkata apa-apa.Begitu sampai IGD rumah sakit, petugas medis langsung mendekati dan membawa Erlang yang masih pingsan ke ranjang darurat.

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 116. Ghaisa hamil

    "Ghaisa, kamu dimana?" Langkah kaki Erlang memecah keheningan koridor, kaki-kakinya melesat keluar ruangan Ivander tanpa menoleh. Ivander dan Syafana saling berpandangan sejenak heran. "Apa terjadi sesuatu pada Ghaisa?" tanya Ivander. Syafana memutar bola matanya. "Mana saya tahu, Pak." "Kita susul!" Tanpa ragu, Syafana beranjak dari tempat duduk dan keluar ruangan, mengikuti jejak Erlang, napasnya tersengal-sengal karena berlari terlalu cepat. Di sebelahnya, Ivander menyusul dengan langkah yang lebih terkontrol tapi matanya penuh kecemasan. “Apa yang terjadi?” tanya Ivander, nafasnya juga terengah-engah saat mencoba menyamai langkah mereka. Erlang tidak berhenti. Bibirnya memerah, rahangnya mengeras seolah menahan serangan amarah. “Ghaisa,” katanya dengan lirih. “Dia menelepon dengan suara yang menjerit dan minta tolong.” Syafana terkejut. Jantungnya berdebar kencang, seolah mau melesat keluar dari dada. Dia meningkatkan kecepatan lagi, tapi tangannya Ivander tiba-tiba

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 115. Hidung Ivander sensitif

    Di kantor, udara terasa tenang sampai aroma parfum menyebar dengan cepat. Ivander duduk di depan tumpukan berkas, Erlang dan Rafli berdiri di depannya menunggunya menandatangani giro dan cek. Namun, tiba-tiba aroma parfum melewati hidung Ivander, seolah ada sesuatu yang tidak pas di antara wangi ruangan ini. Ia menoleh, menatap Pak Rafli dengan tatapan tajam. “Parfum apa yang Bapak pakai?” “Limited edition dari merk terkenal, Pak,” jawab Rafli dengan nada yang bangga.“Tapi, kenapa baunya seperti bangkai ayam?”Ivander segera menutup mulutnya. Bau itu bukan cuma tidak sedap yang benar-benar menyengat tenggorokan sampai dia merasa tercekik. Perutnya bergejolak kencang, rasa mual membanjiri badannya. Dia menatap Erlang dengan pandangan yang geram, lalu berdiri cepat dan lari ke arah kamar mandi.Kepergian Ivander yang tergesa-gesa membuat Rafli terbengong. Dengan cepat ia mengendus aroma di sekitar tubuhnya untuk memastikan. Tidak ada yang aneh. Ia mendekat ke Erlang dengan langkah

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 114. Menemui kakak Ernest

    “Apa maksud anda, Tuan? Kenapa bertanya apa bisa aku lakukan jika anda mau membantuku? Apa anda tidak marah pada mereka yang membuat Ernest mati?” cercah Celina dengan wajah heran dan kaget mendapat pertanyaan di luar dugaan. Sejak mendengar kabar kedatangan Ganesha ke Indonesia, Celina telah menguras semua jalur untuk bertemu dia. Pria itu hanya meraih sebatang rokok dan mulai menyalakannya. Tatapan matanya menggelap seraya berdiri. Dengan langkah tegap, ia mendekatinya ke sampai bayangannya menutupi cahaya di belakang Celina. Jemarinya menyentuh dagu Celina, menarik dengan kekuatan yang cukup untuk membuat kepalanya mendongak. “Aku bukan orang bodoh yang tidak tahu apa-apa! Ernest memang adikku. Tapi ayah kami sudah lama mencoretnya dari semua daftar, ahli waris, keluarga, bahkan dari ingatannya.”Bola mata Celina meledak melebar mendengarnya. Ganesha tidak bergerak, hanya menghisap rokoknya dengan santai, lalu menghembuskan asapnya langsung ke wajah Celina. “Huuk! Huuk!”Celin

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 113. Apa yang akan kamu berikan?

    "Akhirnya aku sampai." Celina melangkah keluar dari taksi, tangannya dengan cepat menekan topi agar tidak terlepas oleh angin. Masker di wajahnya membuat napasnya terasa sempit, tapi ia tidak peduli yang paling penting, dia tidak boleh dikenali. Lantas ia mengangkat kepala, dan mata dia langsung terjebak pada mansion mewah di depannya, membuat Celina menghela nafas panjang, dada dia naik turun pelan. “Kamu pasti bisa Celina,” bisiknya pada diri sendiri, berusaha keras untuk menenangkan debaran jantung yang semakin tak karuan. Celina menghela napas panjang sekali lagi, napasnya terasa dingin menyentuh tenggorokan. Ia meremas bagian ujung bajunya dengan kuat, lalu melangkah perlahan menuju petugas keamanan yang berdiri tegak tidak jauh dari gerbang. Sesampainya di depan pria itu, dia menahan napas sebentar sebelum membuka mulut. Lalu, dengan suara pelan, dia gegas mengatakan, “Permisi, Pak. Saya ingin bertemu dengan Tuan Ganesha.” Pria dengan wajah sangar dan mata tajam di de

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 112. Mari bercinta

    Setelah acara resepsi berakhir dan tamu mulai pulang satu per satu, Nyonya Anindita menyampaikan pesan pada Ivander; “Mama sudah menyiapkan kamar hotel untuk kalian berdua. Nikmati malam ini dengan baik. Ingat, Ivander. Kamu jangan kasar melakukannya.” Ivander hanya bisa tersenyum malu, sambil memegang erat tangan Syafana. Mereka tiba di lobi hotel yang sunyi, cahaya lampu hias membikin suasana terasa hangat dan romantis. Ivander membuka pintu lift untuk Syafana, tangan selalu menopang pinggangnya agar dia tidak terjatuh. Saat pintu lift tertutup, Syafana mendekat, kepalanya bersandar di dada Ivander. “Aku senang banget hari ini,” bisik Syafana, napasnya lembut menyentuh kain baju suaminya. “Semua orang juga bahagia. Ditambah, sesuatu yang sudah lama aku tunggu akhirnya tiba juga.” Ivander mencium puncak kepalanya dengan penuh kelembutan. “Aku juga senang, sayang. Kamu adalah wanita tercantik di dunia hari ini. Mari kita nikmati malam ini dengan bercinta.” "Dasar mesum."

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status