Begitu keluar dari kamar Tiva langsung bersiap membuatkan kopi dan roti lapis untuk sarapan Rio yang sepertinya masih berpakaian di kamarnya.
Cangkir kopi yang sedang dia aduk tapi kepala Tiva yang justru sedang berputar, berputar lagi pada mimpinya semalam. Tiva jadi mulai khawatir bagaimana jika Rio sampai curiga karena Tiva yakin pipinya akan kembali merona jika teringat tiap detail kotor dalam mimpi sesatnya yang tidak berakhlak.
Rio hanya menyapa sambil berjalan keluar dari kamar dan langsung duduk di meja pantry mereka yang sekalian berfungsi sebagai meja makan. Tiva mengitari meja untuk mendekatkan kopi yang baru dia buat. Tiva sudah hendak meletakkannya di depan Rio ketika tiba-tiba ia malah menjatuhkan cangkir berisi kopi panas itu. Sebagian tumpah mengenai celana Rio dan tangan Tiva sendiri.
Jika yang sudah bertahun-tahun namanya tertulis di nisan saja bisa tiba-tiba hidup lagi. Rasanya memang tidak ada yang tidak mungkin di dunianya yang semakin gila ini.Bang Nathan sudah berada di ambang pintu yang terbuka lebar menatap Tiva yang sedang berdiri di bawah shower, wanitanya yang begitu polos dengan tubuh lembutnya.Tiva juga masih tak bergeming dan tidak bicara apa-apa, membiarkan bang Nathan yang berjalan mendekatinya. Sampai cukup dekat ketika tangan kanannya mengepal dan sebuah tinju dia layangkan tepat di rahang pria di hadapannya. Suaranya kepalan tangannya sampai berderak dan Tiva sendiri sepertinya juga terkejut mengetahui ia bisa memukul sekencang itu dan buku-buku jarinya tidak nyeri.Walau pukulannya cukup keras tapi bang Nathan cuma berpaling sejenak oleh tinjun
Sebenarnya Nathan tidak pernah melepaskan Tiva dari pengawasannya barang sedetikpun karena Nathan memang tetap harus selalu waspada.Nathan sudah meretas data dari badan intelejen paling rahasia mengenai kasus dua puluh tahunan lalu. Dari situ Nathan mendapatkan informasi penting mengenai ujicoba rekayasa DNA pada individu dewasa. Sebuah kejahatan besar yang sengaja ditutupi dari mata dunia dengan keji. Karena itu Nathan segera sadar jika Tiva dalam bahaya dan kali ini Nathan tidak bisa bekerja sendiri. Dia memerlukan seseorang untuk membantunya.Nathan coba melacak keberadaan Naomi karena dia pikir hanya wanita itu yang bisa membantunya. Tapi sesuatu yang mengejutkan kembali membuatnya tercengang.Jika dulu Nathan heran kenapa Naomi seperti selalu ada di mana saja, sekarang dia baru t
Nathan harus kembali repot karena Tiva memilih pindah bersama Rio, padahal Nathan sudah mempersiapkan semua perangkat sensor, kamera, dan penyadap di rumah Tiva, tapi karena Tiva pindah jadi Nathan harus kembali merubah rencananya.Nathan juga harus segera mencari tempat tinggal di gedung yang sama agar lebih dekat supaya bisa langsung bertindak cepat jika terjadi apa-apa. Naomi sudah berulang kali mengingatkan jika dirinya tidak bisa memprediksi reaksinya dan Nathan tidak boleh lengah sama sekali. Karena Nathan harus segera memberikan serumnya tepat ketika puncak demamnya meninggi. Ini sudah hampir dua bulan sejak Tiva mendapatkan transfusi darahnya. Jika DNA dalam darahnya telah bermutasi maka kemungkinan tubuh Tiva akan segera bereaksi. Mereka hanya tinggal menunggu waktu karena sama seperti yang pernah terjadi pada para tentara yang pernah menjadi target ujicoba, mereka m
Nathan yang sedang serius mengetik beberapa sandi rumit tiba-tiba terhenti oleh layar monitornya yang lain. Nathan melihat Tiva yang baru kembali ke kamarnya dan sepertinya tidak sedang baik-baik saja.Tiva memang sedang marasa sedih, bukan hanya karena dirinya sudah tidak diterima lagi seperti dulu oleh keluarga Rio, tapi Tiva juga sedih karena melihat Rio yang sampai berani menentang kedua orang tuanya hanya untuk membela dirinya yang merasa tidak layak. Tiva benar-benar sedang merasa sangat buruk dengan dirinya sendiri dan menyesal telah kembali jika justru jadi seperti ini.Nathan melihat Tiva mulai menanggalkan pakaiannya, membiarkannya meluncur turun ke lantai hingga menampakkan tubuh polosnya yang selalu terlihat rapuh dan lembut seperti dulu ketika wanita itu masih berada di dalam pelukan lengannya. Tanpa sadar Nathan ikut menge
Malam berikutnya Tiva kembali mengalami serangan demam yang lebih ekstrim tapi Nathan sudah jauh lebih siap. Demam Tiva sudah tidak turun lagi dan hanya terus naik sampai di atas ambang wajar. Buku-buku jari Tiva mulai menggenggam erat dan bibirnya berdesis kaku. Nathan coba menahannya agar tidak kejang karena dia masih harus menyuntikkan serum antibodinya. Tiva harus rileks agar pembuluh darahnya tidak pecah.Pelan-pelan Nathan meluruskan lengan Tiva. Mengikat pangkal lengannya agar pembuluh darahnya dapat timbul karena pengaruh demam dan dehidrasi membuatnya mengecil. Walau Naomi sudah mengajarinya berulang kali tapi Nathan tetap harus hati-hati karena yang dia hadapi adalah Tiva, dan ia harus berhasil. Setelah berhasil menyuntikkan anti bodinya Nathan masih harus menahan tangan Tiva yang kaku karena mulai kram dan tidak ada hentinya Nathan berdoa dan memohon agar Tiva kuat.
Begitu kembali ke apartemennya sendiri dan ingat telah meninggalkan Tiva yang seperti tadi, tiba-tiba Nathan merasa sangat buruk. Tiva akan segera bangun dan mungkin juga akan segera sadar jika dirinya telah disetubuhi selama tidak sadar. Karena mustahil bila Tiva tidak merasakan jejak yang Nathan tinggalkan di tubuhnya, apa lagi Nathan juga melakukanya tanpa pengaman. Yang membuat Nathan merasa buruk adalah karena dirinya tidak juga menyesal setelah perbuatanya seperti tadi. Nathan segera kembali duduk di depan layar monitor untuk memperhatikan Tiva yang masih tertidur lelap kemudian memutar ulang rekaman mereka beberapa saat lalu untuk segera menghapusnya tapi Nathan justru terhenti dan malah menyimak kembali semua perbuatanya terhadap Tiva. Bahkan kegelisahan dan lenguhan Tiva terdengar nyaring di telinganya dan seketika ikut mengulang kembali tiap detail perbuatanya. Ketika Nathan m
"Istirahatlah dulu, kita bisa berangkat agak siang." Bang nathan menarik selimut untuk membungkus tubuh Tivan menciumnya sebentar kemudian turun dari ranjang untuk mencari pakaian. Bukan hanya untuk dirinya sendiri yang juga masih telanjang tapi juga untuk Tiva.Tiva belum berpakaian sejak Nathan kembali menelanjanginya di kamar mandi dan mengajaknya bercinta lagi sampai hampir tengah hari. Setelah membongkar pakaian Nathan hanya menemukan hoodie miliknya yang mungkin layak untuk Tiva meski agak terlalu besar. Nathan memang sama sekali tidak siap dengan pakaian wanita dan kurang perhitungan ketika asal mengangkat Tiva ke kamar mandi. Semoga Tiva tidak akan marah karena Nathan sudah membuat baju Tiva dan semua pakaian dalamnya basah sementara sekarang dia tidak punya gantinya.Selama Tiva masih tidur Nathan segera mengirim pesan kepada Naomi dan Erik. Tidak lupa dia juga memesan makanan untuk Tiva karena tahu dia juga belum makan sejak pagi. Nathan membuat janji temu de
"Apa kau mau jalan-jalan dulu?" tanya bang Nathan begitu mereka keluar dari gedung apartemen Naomi.Tiva langsung mengangguk dan sama sekali tidak perduli bang Nathan akan membawanya ke mana tapi sepertinya ke arah luar kota.Bang Nathan hanya menghentikan mobilnya di tepi jalanan sepi dan hari sudah mulai petang. Hanya ada hutan lereng dan perbukitan di depan mereka yang sebentar lagi mulai ikut gelap. Normalnya mereka seharusnya takut berada di tempat seperti ini karena jalan poros yang sepi justru rawan kejahatan. Tapi Tiva sepertinya mulai ikut tidak memiliki rasa takut lagi seperti bang Nathan.Mereka duduk di atas kap mobil sama -sama melihat ke atas langit yang sedang penuh bintang, sesuatu yang sudah jarang bisa mereka lihat di tengah kota karena polusi cahaya membuat bin