Home / Horor / SUSUK TERATAI PUTIH / BAB-16 TAWARAN

Share

BAB-16 TAWARAN

Author: UMMA LAILA
last update Huling Na-update: 2023-11-16 13:00:06

Anggara menangis sambil memeluk surat dari Sumirah. Ternyata perempuan itu tak berniat membunuhnya, tapi justru menolongnya. Anggara jadi teringat saat dirinya melukai Sumirah. Apakah dia baik-baik saja, atau justru terluka parah?.

Anggara sungguh menyesali perbuatannya yang telah menyerang Sumirah.Namun saat itu dirinya juga terpaksa melakukannya. Anggara menekan kuat-kuat dadanya yang terasa sesak.

"Apa yang harus aku lakukan?"

Anggara perlahan bangkit lalu berjalan menyusuri pantai untuk kembali pulang ke Desa Kalimas. Anggara kaget saat tahu jika ternyata dirinya telah berada di Pulau Seberang, bukan lagi di pulau tempat Desa Kalimas berada. Sumirah telah mengantar dirinya kembali ke pulau seberang.

"Apa yang kau pikirkan Sumirah! Kenapa kau antar aku pulang. Bagaimanakah nasibmu di sana?"

Anggara berdiri sambil menatap deburan ombak, dirinya bingung, apa yang harus dia lakukan sekarang. Haruskah dirinya pulang ke pondok dan mence

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB 35 APA ITU?

    Isi KaryaKarya TulisanSeruni akhirnya benar-benar diikat.Tangan kanan dan kirinya diikat pada sudut ranjang, sementara kedua kakinya diikat menjadi satu. Posisi Seruni duduk bersandar pada kepala ranjang. Matanya tertutup, nafasnya teratur, namun hawa dingin aneh masih menyelimuti kamar itu. Seolah, meskipun tubuhnya terkurung, jiwa di dalamnya masih berkeliaran bebas.Pak Ahmad duduk di sisi tempat tidur, menatap wajah putrinya yang pucat dan dingin. Hatinya perih. “Maafkan Bapak, Nak...” gumamnya lirih, menggenggam ujung kain yang menutupi kaki Seruni.Bu Nyai Ambar berdiri di depan pintu, masih memegang tasbih, sementara Kyai Ibrahim berdzikir dalam hati. Wajahnya tegang, namun tatapannya tetap tenang. Ia tahu, ini belum berakhir. Bahkan mungkin, ini baru permulaan dari badai yang lebih besar.Tiba-tiba, Seruni menggeliat pelan. Matanya masih terpejam, tapi bibirnya mulai bergerak.“Dia datang...” bisiknya lirih, nyaris tak terdengar. “Dia marah...”Pak Ahmad menegang. “Siapa, N

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB 34 KENAPA BAPAK MEMBUANGKU?

    "Tenang, Pak Ahmad." Kyai Ibrahim, yang juga melihat apa yang dilihat oleh Pak Ahmad, berusaha menenangkan tamunya itu, padahal dirinya sendiri tidak dalam keadaan baik-baik saja."A'udzu billahi minasy-syaithanir rajim."Kyai Ibrahim segera melafalkan doa, suaranya tegas dan penuh keyakinan. Seketika, sosok gelap di sudut rumah itu menjerit keras, suaranya melengking menusuk telinga.Pak Ahmad dan yang lainnya refleks menutup telinga mereka, kecuali Kyai Ibrahim yang terus melanjutkan doanya tanpa gentar. Suara jeritan semakin menggema, hingga tiba-tiba...Ckkkrrsshhh...Bau gosong menyengat memenuhi ruangan, bersamaan dengan lenyapnya sosok hitam itu.Bu Nyai Ambar masih terisak di sudut ruangan, tubuhnya bergetar hebat. Tangannya mencengkeram gamis yang dipakainya, mencoba menenangkan diri setelah menyaksikan kejadian yang begitu mengerikan.Seruni terduduk di lantai dengan tatapan kosong. Napasnya memburu, tangannya yang terluka masih meneteskan darah akibat goresan keris Wulu Ire

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB 33 SERUNI DAN SOSOK LAIN

    "Aku masih tidak setuju sebenarnya, Pak," Bu Nyai Ambar berkata pelan setelah memastikan bahwa Pak Ahmad sudah pergi."Yang ikhlas ya, Bu. Ini juga demi Nur. Pokoknya, Bapak punya rencana, Ibu bantu doakan," Kyai Ibrahim tersenyum sambil mengusap pelan lengan istrinya."Baik, Pak. Saya percaya sama Bapak." Bu Nyai Ambar lagi-lagi hanya bisa pasrah dan berdoa agar keputusan suaminya membawa kebaikan bagi semuanya.Sementara itu, Pak Ahmad berlari tergesa-gesa menuju rumahnya. Napasnya memburu, pikirannya penuh dengan berbagai kemungkinan. Ia harus segera membawa Seruni ke rumah Kyai Ibrahim sebelum berangkat menemui Mbah Bejo.Setibanya di rumah, tanpa ragu, ia langsung menuju kamar Seruni. Dengan sekali dorongan kuat, pintu kamar terbuka lebar, menimbulkan suara dentuman yang cukup keras."Seruni! Bangun, Nak!" suara lantang Pak Ahmad memenuhi ruangan.Gadis itu terkejut. Matanya yang masih berat karena kantuk terbuka perlahan. Tubuhnya yang kurus tampak menggeliat, berusaha menyesuai

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB 32 KEPUTUSAN UNTUK SERUNI

    Begitu sampai di dalam kamar Seruni, Pak Ahmad mendapati anak gadisnya hanya sedang tidur lelap. Sinar matahari sore menembus jendela kamar, membiaskan cahaya ke wajah Seruni yang tampak damai. Namun, bagi Pak Ahmad, pemandangan itu justru membuatnya semakin waspada. Ia berdiri di ambang pintu, menahan napas, memastikan apakah ada hal yang tidak biasa. Ketakutan masih mencengkeram pikirannya, membayangkan kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi pada Seruni. Lututnya mendadak lemas, membuatnya terduduk di lantai. Ia bersandar pada pintu kamar sambil mengusap wajahnya yang dipenuhi keringat dingin. "Apa benar dia baik-baik saja? Apa Sumirah sudah menyentuhnya?" gumamnya dalam hati. Di luar, suara burung yang kembali ke sarangnya bersahut-sahutan, mengingatkan bahwa sebentar lagi Magrib tiba. Namun, Pak Ahmad tidak bisa tenang. Ia masih merasakan hawa yang tidak biasa, seolah-olah Sumirah masih mengintainya. "Ini nggak bisa begini. Aku harus segera bertemu dengan Kyai Ibrahim s

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB-31 SUMIRAH DAN PAK AHMAD

    Pak Ahmad masih berdiri terpaku di tempatnya, nafasnya memburu. Cairan hitam yang mengepulkan asap di lantai mengeluarkan bau anyir yang semakin menusuk hidung.Seruni, yang masih tak bergeming di posisinya, mengambil gelas kopi yang lain. Dengan tenang, ia mengangkatnya ke bibir dan menyeruput isinya."Sayang sekali, Bapak tidak meminumnya," ucapnya pelan. Suara lembutnya terdengar janggal di tengah keheningan malam.Pak Ahmad menelan ludah. Ada sesuatu yang mengerikan dalam caranya berbicara—terdengar seperti Seruni, tapi ada yang berbeda.Seruni menatap Pak Ahmad dengan sorot mata yang kini berubah aneh. Pupilnya tak lagi bulat seperti manusia, melainkan menyerupai mata seekor ular—tajam, sempit, dan bersinar redup dalam kegelapan.Pak Ahmad mundur selangkah. Dadanya berdebar kencang."Kamu... kamu bukan Seruni..." suaranya nyaris tak terdengar.Seruni hanya tersenyum. Senyum yang dingin, tak berperasaan."Kenapa, Pak? Takut?"Pak Ahmad semakin panik. Keringat dingin mengalir di pe

  • SUSUK TERATAI PUTIH    BAB 30 SIAPA KAMU!

    Pak Ahmad masih duduk termenung di ruang tamu rumahnya. Lelaki itu ingin segera bertemu dengan Kyai Ibrahim agar bisa lebih jelas menanyakan perihal apa yang terjadi dengan Seruni.Namun, entah mengapa, ada keraguan yang menahannya untuk melangkah. Pada akhirnya, ia masih saja tetap duduk di sofa, terpaku dalam lamunannya.“Hah~” Pak Ahmad menghela napas panjang.Tubuhnya terasa begitu lelah. Ia baru saja pulang setelah bertemu dengan Mbah Bejo, dan kini pikirannya kembali dipenuhi kebingungan akibat tingkah aneh Seruni. Lebih parahnya lagi, Kyai Ibrahimlah yang saat itu ada di rumahnya saat kejadian aneh itu terjadi."Apa yang sebenarnya terjadi..." gumam Pak Ahmad sambil memijat pelipisnya yang terasa nyeri karena terlalu banyak beban yang menghimpit pikirannya.Dalam hati, ia ingin sekali menyeruput secangkir kopi hitam kental dan pahit, dengan sedikit gula, serta menikmati sebatang rokok tembakau kesukaannya. Namun, tubuhnya yang letih membuatnya enggan beranjak ke dapur untuk sek

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status