Inicio / Romansa / Saat Aku Melepasmu / Bab 1. Awal dari Sebuah Perpisahan

Compartir

Saat Aku Melepasmu
Saat Aku Melepasmu
Autor: Abigail Kusuma

Bab 1. Awal dari Sebuah Perpisahan

last update Última actualización: 2025-07-18 00:25:15

“Bisa kau jelaskan apa ini?”

Adeline Hart memberikan sebuah foto di mana suami tercintanya sedang bersama dengan seorang wanita di dokter kandungan. Matanya sudah memerah, berkaca-kaca menunjukkan kepedihan. Dia mencoba meyakinkan bahwa itu mungkin hanya kesalahpahaman, tetapi entah hatinya tetap menjerit merasakan sakit luar biasa.

Asher Lennox masih berdiri kokoh di depannya, dengan tatapan dingin dan ekspresi datar di balik wajah tampan serta arogan. Tak ada gejolak emosi yang tampak di sana, tetapi ketenangannya bagaikan ombak yang menyapu bersih pinggir pantai.

“Dari mana kau dapat foto itu?” tanya Asher dengan nada dingin, tak acuh.

Mata Adeline berkaca-kaca. “Ada paket yang berisikan foto-foto ini. Katakan padaku, siapa wanita yang bersama denganmu, Asher? Dan kenapa kalian ada di dokter kandungan?”

Asher menatap dingin foto yang ditunjukkan oleh Adeline. “Itu Talia. Dia sedang hamil,” jawabnya singkat, tanpa memikirkan perasaan Adeline.

Jantung Adeline bagaikan telah ditikam oleh belati tajam. “T–Talia hamil? M–maksudmu Talia mantan kekasihmu?” tanyanya lagi meminta penjelasan.

Asher mengangguk, menanggapi pertanyaan Adeline. “Ya, Talia, mantan kekasihku hamil. Dan ayah yang ada di kandungannya adalah aku.”

Mata Adeline membolakan kedua mata begitu kalimat dengan nada dingin itu terucap dari bibir suaminya. Jantungnya serasa berhenti berdetak, disusul rasa dingin menusuk yang mencabik setiap sudut hatinya.

“A–apa maksudmu, Asher?” tanya Adeline, dengan suara nyaris seperti bisikan. Bisikan antara keterkejutan dan rasa tidak percaya yang terlalu menohok. Kedua matanya memanas dengan cepat, mencoba memandang seraut wajah dingin di depannya.

Asher menatap dingin Adeline. “Kalimatku sudah sangat jelas. Talia hamil. Dia saat ini mengandung anakku.”

Adeline menggelengkan kepalanya, meyakinkan apa yang dia dengar ini adalah kesalahan. Kakinya sudah seperti jelly yang tak bisa lagi berdiri tegak. Dia sampai memegang pinggir sofa, guna memperkokoh pijakan kakinya di lantai marmer.

“K–kau mengkhianatiku?” tanya Adeline lirih, menahan sesak di dada yang seperti membakar dirinya.

“Sepertinya kau tahu sejak awal, aku tidak pernah mencintaimu. Pernikahan ini terjadi, karena permintaan keluarga kita,” jawab Asher dingin, dan tegas.

Lidah Adeline tiba-tiba saja mendadak kelu mendengar kalimat keji terlontar dari sang suami yang begitu dia cintai. Ya, pernikahannya dengan Asher masih terhitung sangat baru.

Satu tahun ini mereka resmi terikat sebagai pasangan suami istri. Meski pernikahan mereka datang karena perjodohan orang tua, Adeline diam-diam telah mencintai Asher dengan sepenuh hatinya. Namun, sebaliknya. Asher memang bersikap tanggung jawab penuh sebagai seorang suami, sayangnya Adeline tidak bisa menemukan sedikit pun cinta dalam setiap tindakan pria itu. Membuat mereka bak orang asing yang terpaksa hidup satu rumah.

Adeline selama ini meneguhkan prinsip di mana suatu saat Asher akan berubah lebut, mencintainya dengan luar biasa. Akan tetapi, alih-alih berubah fakta yang dia dapatkan adalah Asher dengan kejam terang-terangan mengatakan telah menghamili wanita lain.

“Katakan padaku bahwa semua yang kau katakan ini hanya bercanda,” jawab Adeline berharap sambil menggeleng tegas, meyakinkan bahwa apa yang dikatakan suaminya hanya omong kosong.

“Apa selama kita menikah aku adalah pria yang suka bercanda?” tanya Asher telak, sukses membuat Adeline tak bisa berkutik.

Adeline menundukkan kepala, air matanya sudah tak lagi tertahankan. “K–kenapa?” tanyaanya parau.

“Aku mencintai Talia. Sejak awal, aku yakin kau tahu aku tidak pernah mencintaimu,” jawab Asher tajam.

Adeline mati-matian berusaha keras menahan air mata yang nyaris tumpah. Namun, sayangnya air matanya tak bisa diajak bekerja sama. Dia meneteskan air mata, menyadari bahwa memang dia sudah kalah.

“Aku sudah meminta pengacara kita mengurus perceraian kita. Tapi, ternyata sebelum aku memberi tahu, sudah ada yang mengirimkan fotoku dan Talia. Jadi, aku rasa tidak perlu lagi aku menunggu. Aku ingin kita berpisah. Talia membutuhkanku,” kata Asher lagi, membuat tubuh Adeline terguncang.

“K–kau lebih memilih Talia?” tanya Adeline lagi, dengan kepala yang tertunduk lesu.

Asher mengangguk singkat. “Talia hamil anakku, aku tidak mungkin tidak memilihnya. Sejak awal pernikahan kita terjadi karena perjodohan orang tua, bukan keinginan kita. Sekarang kedua orang tua kita sudah tidak ada, jadi aku membebaskanmu dari ikatan yang membelenggu ini.”

Setiap kata yang terucap dari bibir pria itu seperti mengandung racun mematikan yang diteguk Adeline dengan pasrah. Matanya sejak tadi sudah berkaca-kaca, tetapi wanita 27 tahun itu tetap mempertahankan diri dengan mengusahakan agar air matanya tidak jatuh sekarang juga.

“Dalam waktu dekat, pengacaraku akan menghubungimu. Jangan persulit proses cerai ini. Aku akan memberikan kompenasasi untukmu,” sambung Asher, masih dengan nada dinginnya yang menambah rasa sakit di hati Adeline.

Namun, Adeline masih diam membisu dengan tatapan rumit tanpa kedip. Bayangan acak terus muncul dan menyesakkan kepalanya. Muncul secara bergantian, menumpuk, memutar secara cepat seluruh perjalanan mereka yang teramat singkat.

Satu tahun usia pernikahan mereka. Masih terhitung seumur jagung. Keduanya pun tidak memiliki waktu pendekatan cukup karena pernikahan langsung diadakan tanpa aba-aba. Meski begitu, Adeline tidak bisa menahan hatinya yang langsung jatuh pada pesona Asher.

Asher memiliki wajah tampan rupawan, dengan sikap dingin dan dominasi yang kental. Namun, pria itu tahu tanggung jawab dan memperlakukan Adeline dengan baik. Selama menikah, Asher memenuhi semua tanggung jawabnya sebagai suami.

Adeline tak pernah merasa dicintai oleh Asher. Namun, dia tetap bertahan menjadi istri yang baik, karena yakin bahwa kelak mungkin saja Asher akan menjadi suami yang mencintainya dengan luar biasa.

Kenyataan yang ada impian Adeline hanyalah angan semata. Ternyata di belakangnya, suaminya itu diam-diam kembali menjalin hubungan dengan mantan kekasih suaminya itu. Dia mengenal Talia, karena dulu hubungan Asher dan Talia tak direstui oleh keluarga Asher. 

Bisa dikatakan bahwa perpisahan Asher dan Talia terjadi, karena orang tua Asher meminta pria itu untuk menikah dengan Adeline. Namun, Adeline tak pernah menyangka kalau ternyata Asher berani mengkhianatinya seperti ini.

“Harusnya jika kau mencintai Talia, pertahankan dia. Jangan menerima permintaan orang tuamu yang ingin aku menjadi istrimu,” ucap Adeline dengan nada bergetar.

Asher terus menatap dingin Adeline yang sejak tadi meneteskan air mata. Ada sesuatu di dalam hatinya, melihat wanita itu menangis, tetapi logikanya langsung berjalan bahwa ini memang yang dia inginkan.

“Ribuan kali aku menolak perjodohan denganmu. Tapi orang tuaku selalu mendesak bahkan tidak jarang memberikan ancaman menyudutkan. Sementara kau seperti orang idiot yang menurut pada orang tuamu. Kau dan aku tidak berada di posisi yang sama!” tegas Asher menekankan.

Adeline mengangguk, menyadari bahwa memang dirinya bodoh. Dia begitu mudah menerima perjodohan dengan Asher, padahal pria itu berkali-kali menolak. Kepolosannya menganggap bahwa Asher kelak akan mencintainya. Namun, ternyata bukan cinta yang dia dapatkan. Hal yang dia dapatkan hanya luka yang begitu dalam.

Fine, jika itu maumu, akan aku penuhi. Kapan pengacaramu akan menghubungiku?” tanya Adeline seraya terus berusaha menguatkan diri.

“Secepatnya pengacaraku akan menghubungiku. Setelah kita berpisah, kau bisa tetap tinggal di mansion ini. Mansion ini untukmu,” ucap Asher dingin, dan menegaskan. Detik selanjutnya, dia berbalik, melangkah pergi meninggalkan Adeline yang masih bergeming di tempatnya.

Tubuh Adeline langsung ambruk tepat di kala Asher pergi. Wanita cantik itu duduk di lantai marmer dingin, memeluk lututnya, menangis sekencang-kencangnya. Air mata berlinang membasahi pipi. Dia menumpahkan gejolak emosi yang mengekang jiwa.

Asher, pria yang menjadi cinta pertamanya, dan telah menjadi suaminya ternyata adalah orang yang menghancurkan Adeline. Cinta tak terbalas seperti mawar berduri. Akan ada bagian yang terlihat indah, tetapi akan ada yang terluka.

“Bagaimana kalau kau tahu bukan hanya Talia yang hamil, Asher?” bisik Adeline pilu, seraya memegang perutnya yang masih rata.

Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App
Comentarios (1)
goodnovel comment avatar
Niken Rima Winahyu
lahhhh...Adeline juga hamil???
VER TODOS LOS COMENTARIOS

Último capítulo

  • Saat Aku Melepasmu   Bab 24. Menikmati Kehidupan

    Aroma anggur mahal tercium memenuhi ruang kerja mewah yang tertata sempurna. Suara jarum jam terdengar misterius, memecahkan keheningan. Asher berdiri di jendela besar, menatap hamparan gedung-gedung bertingkat tinggi.Aura wajah pria tampan itu memancarkan emosi yang tak bisa tertahankan. Namun, dia tak bisa meledakan amarah. Hanya geraman emosi di dalam dada yang menyesakkannya.“Tuan, apa Anda ingin saya jadwalkan kembali ke New York dalam waktu dekat?” tanya Paul, hati-hati. Sudah sejak tadi, dia berada di ruang kerja Asher. Tidak ada percakapan apa pun. Hanya keningan yang membuatnya jelas bingung. Ini kalimat pertama yang Paul ucapkan, setelah dirnya dan Asher tiba di pentouse.“Aku akan tetap di sini,” jawab Asher dingin, dan menusuk.Paul menggaruk tengkuk lehernya. “Tuan, tapi—”“Siapa pria bernama Raphael Duret? Kenapa dia berani sekali tadi menyela ucapanku?!” Asher melontarkan pertanyaan tajam, tak mengindahkan ucapan Paul.Paul terdiam sejenak, sedikit agak bingung. “Raph

  • Saat Aku Melepasmu   Bba 23. Ajakan Raphael Duret

    “Adeline, kau benar-benar sangat beruntung. Jujur, aku tidak menyangka pemeran utama pria yang menjadi lawan mainmu difilm ini adalah Raphael Duret. Dia itu aktor terkenal yang banyak dipuja wanita. Kau tahu? Namamu bisa akan makin terkenal. Aku suka cara berpikir Cole. Apalagi tadi Cole sampai menyarankan kau dan Raphael untuk membangun chemistry. Itu luar biasa. Ide Cole cemerlang. Film ini, aku jamin akan laris dipasaran. Dan akan banyak orang yang mengidolakanmu dan Raphael sebagai pasangan sempurna.”Nora berceloteh dengan raut wajah ceria sambil mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang. Pertemuan membahas film telah berakhir. Setelah Asher Lennox pergi, tak lama pertemuan diakhiri oleh Cole Blake. Pun pembahasan inti film telah usai. Jadi, memang tak ada alasan untuk tetap berada lama di restoran.Saat Nora berceloteh tanpa henti, Adeline memilih diam dengan tatapan lurus ke depan. Wanita cantik itu seakan menunjukkan bahwa ada hal yang mengusik ketenangan jiwanya. Namun, lida

  • Saat Aku Melepasmu   Bab 22. Kebohongan Demi Proyek Film

    Restoran yang dipilih Cole Blake sangat privat. Bisa dibilang restoran ini sudah dibooking untuk acara pembahasan film. Tamu tak undang tak bisa masuk ke restoran. Ada alasan khusus, tentunya agar proyek film ini bisa dibahas secara pribadi. Hanya orang-orang yang terlibat di dalam proyek film ini saja yang bisa mendengar.Adeline duduk dengan tenang dan anggun tepat di samping Nora. Raphael yang merupakan pemeran utama pria duduk tepat di ujung di dekat Cole. Sementara Asher duduk di seberang Adeline—dengan aura wajah dingin, memancarkan rasa kesal dan penuh arogan.“Syuting film ini akan dilakukan dibeberapa negara. Pertama kali akan diadakan di New York. Perkiraan di New York selama satu minggu. Adegan-adegan penting akan diinfokan di skrip ke para pemeran. Tapi, saya minta setelah proses film ini selesai para pemeran harus sangat gencar dalam membantu memasarkan film ini,” kata Cole Blake sambil menatap semua orang yang hadir.“Aku sudah membaca inti cerita di novel yang diangkat

  • Saat Aku Melepasmu   Bab 21. Bertemu Pemeran Utama Pria di Proyek Film

    Mobil Nora meluncur membelah kota dengan kecepatan sedang. Terik sinar matahari menyinari, tampak begitu memukau. Menara Eiffel terlihat berdiri megah—dan banyak turis di sekitar yang menikmati pemandangan.Adeline duduk dengan tenang di kursi penumpang, dan di sampingnya adalah Nora yang mengemudikan mobil. Hari ini, setelah mendapatkan kabar Asher tidak lagi mempersulit, Cole Blake langsung mengadakan pertemuan penting. Entah dipertemuan ini ada Asher atau tidak, yang pasti Adeline hadir dipertemuan khusus untuk proyek film.Bohong jika Adeeline bisa menganggap Asher seperti orang lain. Tentu tatapannya tak bisa demikian. Hal yang bisa dia lakukan adalah berpura-pura di hadapan semua orang bahwa Asher hanyalah orang yang baru dia kenal. Tidak lebih.“Adeline, nanti Cole akan membahas cukup banyak adegan penting difilm termasuk dengan pemasaran,” kata Nora mengingatkan.Adeline mengangguk, dan tak bersuara apa pun. Menurutnya anggukkan sudah menjadi jawaban atas apa yang Nora katakan

  • Saat Aku Melepasmu   Bab 20. Berubah Pikiran Dalam Waktu Singkat

    Meja makan tak pernah hening. Sarapan pagi selalu ditemani dengan kembar yang bernyanyi-nyanyi sambil menikmati sarapan mereka. Anak kembar itu tampak selalu ceria—dan menunjukkan mereka tak pernah tahu bahwa ada kekacauan di sekitar mereka. Tentu semua itu karena Adeline selalu menutup rapat, agar kembar tidak tahu apa pun.Adeline duduk di kursi meja makan sambil menatap hangat kembar yang bersenandung riang di pagi hari. Anak kembarnya itu sudah tampan dan cantik memakai pakaian sekolah yang lengkap. Rambut Aurelia dikuncir kuda—menunjukkan pipi bakpau yang menggemaskan.Sementara Leo tampak rapi dengan potongan rambut yang menunjukkan seolah bocah laki-laki itu anak bangsawan. Ya, Adeline sangat pintar mengurus si kembar. Bahkan penampilan kembar sangat diperhatikan. Wanita itu tak mau sembarang memberikan hal-hal yang menurutnya penting.Saat melamun, Adeline tetap mencoba tenang. Pikirannya mulai agak kacau sejak bertemu lagi dengan Asher. Wanita cantik itu sadar bahwa malapetak

  • Saat Aku Melepasmu   Bab 19. Fakta yang Harus Mampu Diterima

    Aroma alkohol begitu kuat melebur bersamaan dengan tembakau. Kepulan asap yang sempat memenuhi ruangan, tetapi kepulan asap itu hanya sebentar, dan lenyap bagaikan tak pernah ada. Hanya tinggal aroma yang melebur bersamaan dengan aroma alkohol yang kuat.Asher duduk di kursi kebesarannya yang ada di ruang kerjanya, dengan aura wajah penuh amarah dan sorot mata tajam layaknya seperti ingin membunuh. Pria tampan itu terlihat ingin meledakan amarah, tetapi sejak tadi dia mati-matian menahan diri.Tangan kokohnya mencengkeram kuat gelas sloki. Kukunya sudah memutih akibat dia menekan sloki kuat. Jika tekanan makin kuat, bisa dipastikan sloki itu akan hancur lebur. Sekali lagi, pria tampan itu benar-benar berusaha keras meredam amarah yang membakar dirinya. Beberapa menit lalu, Adeline baru saja pergi dari hadapannya, tetapi dia seakan merasa bahwa bayang-bayang wanita itu masih di depannya. Gejolak api amarah sudah tak tertahankan. Semua bermula dari ucapan Adeline—yang seakan sukses me

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status