Share

Bab 5

"Dengar Aliyah, sekali kamu melangkah keluar dari rumah ini, aku tidak akan menganggapmu anakku lagi, dan akan kucoret namamu dari daftar ahli warisku nanti!" ancam Pak Darto pada Aliyah.

 Akan tetapi, Aliyah tidak mendengarkannya, Aliyah dan Amar saling menggenggam tangan satu sama lain. Kemudian mereka pergi tanpa menghiraukan makian Pak Darto, tak lupa juga mereka mengajak kedua anaknya pergi dari tempat terkutuk itu.

Sesampainya di rumah, Aliyah dan Amar masuk ke dalam kamar mereka, sedangkan kedua anaknya menonton televisi.

Begitu pintu kamar sudah ditutup, Aliyah langsung menghambur ke pelukan suaminya, dia menangis sesenggukan di dada bidang suaminya. Amar dengan sabar mengelus punggung istrinya itu, dia berusaha menenangkan istrinya. Sebenarnya dia pun sama, rasanya ingin marah sejadi-jadinya tapi, dia sadar yang dia hadapi adalah orang tua dari istrinya. Jadi, dia lebih memilih menahan emosinya.

"Sudahlah, Dek, kamu gak usah dengarkan ucapan Bapak, mungkin saja dia lagi banyak pikiran, makanya sampai tega menyuruh kita bercerai," ucap Amar pada Aliyah.

"Tapi, Mas, kenapa hanya keluarga kita yang selalu mereka usik, padahal kita gak pernah mengganggu hidup mereka. Apa aku salah jika aku bahagia hidup bersamamu dalam kesederhanaan ini, hu hu hu hu," ucap Aliyah di sela isak tangisnya.

"Mungkin saat ini Bapak sedang khilaf, kita doakan saja semoga beliau cepat sadar, bahwa menyuruh orang bercerai tanpa alasan itu hukumnya haram."

"Pokoknya Mas aku gak terima kita diginikan, tak akan lagi kuinjakkan kakiku di rumah itu, kalau bukan karena Bapak yang memanggil tadi. Tidak akan sudi aku datang ke rumah itu!" ucap Aliyah berapi-api.

"Sssttt, jangan ngomong begitu, gak baik, biar bagaimanapun beliau adalah orang tua kita. Kita doakan saja semoga Allah melunakkan hati Bapak yang keras."

"Sudah, sekarang jangan nangis lagi, emmmm, kamu mau bantuin mas bikin mie ayam untuk dagang besok?" tanya Amar mencoba meredam kemarahan istrinya.

"Mau dong, yuk, Mas, aku bantuin." 

"Tapi emangnya beneran kamu gak malu punya suami tukang mie ayam sepertiku?"

"Enggaklah, tukang mie ayam 'kan kerjaan halal, lagian Mas itu bos. Jadi, aku ini istrinya bos dong," Amar mengernyitkan dahi mendengar ucapan Aliyah.

Apa maksudnya istri bos? Bos dari hongkong, lha wong tukang mie ayam gini kok, hahahahah."

"Lho Mas ini lucu, 'kan mie ayam itu Mas yang punya. Mas yang buat sendiri, dari gerobaknya hingga ke mie dan juga semuanya. Hanya saos dan kecap Mas yang beli. Jadi, ya secara gak langsung Mas bosnya lah. 'Kan mas kerjanya tidak diperintah-perintah orang tapi, atas dasar perintah Mas sendiri."

" Iya juga yah, oke deh Bu bos, yuk kita produksi  mie nya."

"Hahahahaha." Mereka berdua tergelak bersama. Seakan tidak pernah terjadi masalah sebelumnya.

Melihat istrinya kembali ceria, hati Amar sangat lega.

"Aku janji bidadariku, aku akan terus berusaha membahagiakanmu. Meskipun nyawa taruhanku, asal selalu bisa membuatmu tertawa bahagia aku rela," ucap Amar dalam hatinya.

*****

Keesokan harinya seperti biasa setiap jam satu siang Amar akan keluar untuk menjajakan dagangannya tapi, ada yang lain dengan hari ini hingga dua minggu kedepan nanti. Karena sudah ada yang menanti untuk membeli dagangan Amar.

Tuhan memang maha baik, selalu menolong hambanya di setiap ada masalah. Banyak dan sedikit rezeki tetaplah harus disyukuri, karena Amar dan Aliyah yakin suatu hari nanti mereka akan meraih kebahagiaan yang abadi.

Setelah mengantar kepergian Amar untuk mencari nafkah, Aliyah kembali masuk ke rumahnya untuk membersihkan bekas peralatan memasak mie ayam, sedangkan kedua anaknya sedang tidur siang semenjak habis melakukan sholat dzuhur tadi.

*****

Jika Aliyah sedang beberes rumah, lain lagi dengan Rita,Mika, Pak Darto dan Bu Sri, mereka baru saja selesai melakukan serangkaian acara aqiqahan anak kedua Rita.

Acara itu cukup mewah, dengan berbagai masakan prasmanan disediakan, hingga mampu membuat siapa yang melihat meneteskan air liurnya.

Akan tetapi, pada acara aqiqahan itu, Aliyah, Amar dan kedua anaknya tidak terlihat batang hidungnya lantaran kejadian semalam.

Ketika acara telah usai, ternyata masih banyak makanan yang tersisa, Bu Sri berniat untuk memberikan sebagian lauk pauk itu untuk diberikan pada Aliyah dan kedua cucunya. Bu Sri memasukkan lima potongan daging rendang yang besar-besar ke dalam rantang, sedangkan di bagian atasnya diisi dengan soto ayam sedang di atasnya lagi diisi dengan ayam kecap.

Setelah selesai Bu Sri berniat ingin mengantarkan makanan itu ke rumah Aliyah tapi, baru sampai pintu dapur Bu Sri bertemu dengan Rita.

"Mau kemana, Bu? Terus itu rantang mau dibawa kemana?" 

"Oh, ini mau Ibu berikan pada Aliyah, mau Ibu berikan untuk Rani dan Yuli, mereka pasti senang," ucap Bu Sri dengan mata berbinar kala mengingat cucunya tersebut.

"Yaudah sini biar Rita aja yang anterin, Ibu istirahat aja. 'Kan dari tadi Ibu belum istirahat," ucap Rita pada Ibunya tersebut.

Bu Sri keheranan dengan jawaban Rita, entah angin apa yang membuat Rita mau mengantarkan makanan untuk Aliyah. Karena biasanya dia enggan jika berhubungan dengan Aliyah.

"Tumben kamu menawarkan diri, biasanya juga kalau diperintah gak pernah mau." 

"Ya sekali-kali 'kan gak apa, Bu, udah sini mana rantangnya, sekarang ibu istirahat aja," ucap Rita sembari mengambil rantang dari tangan Ibunya, dan mau tidak mau Bu Sri menyerahkan rantang itu.

"Yaudah tapi beneran lho ya dikasih ke Aliyah."

"Iya, Bu, gak percayaan amat sih, udah sana Ibu istirahat di kamar aja, Ibu pasti capek."

Setelahnya Bu Sri pun kembali ke kamarnya, karena memang dia sangat lelah.

Rupanya Rita tidak amanah, setelah kepergian Bu Sri dia bukannya langsung mengantarkan makanan itu, melainkan memasukkan kembali makanan itu pada tempatnya semula. Lebih parahnya lagi, dia hanya memberikan bumbu rendang saja dengan beberapa lengkuas, kuah soto ayam saja dengan hanya berisikan taburan daun seledri dan kuah ayam kecap yang hanya berisikan sereh.

"Rasakan ini! Enak saja mau makan enak. Ini semua aku beli pakai uangku, dipikir gratis! kalau mau makan enak ya beli, dan ini memang pantas untuk orang miskin seperti kalian,"  umpat Rita pada rantang itu. 

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Yanie Abdullah
Rita manusia terkutuk .
goodnovel comment avatar
Nia Kurniawati
gak bisa kebuka
goodnovel comment avatar
Upi Anis Anis
koin mulu yg di minta
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status