공유

Bab 2

작가: Aulia Amanda
Tubuhku masih terasa lemas, aku tertidur dengan kepala berat hingga tengah malam.

Sampai akhirnya, Richard pulang dan menyalakan lampu kamar.

Wajahnya tampak kesal, “Ella, kok kamu memblokirku?”

Melihat aku tak menjawab, dia malah mendekat dan dengan kasar menyelipkan tangan dinginnya ke dalam baju tidurku, menempel di perutku.

Tubuhku yang sudah tidak enak malah jadi semakin tersiksa.

Richard menarik tangannya kembali, lalu melanjutkan, “Ini akibatnya kamu suka ngambek. Sudah kubilang, aku dan dia hanya hubungan pengacara dan klien. Aku membantunya hanya karena kasihan saja.”

Perutku makin nyeri, benar-benar tak punya tenaga untuk berdebat dengannya.

Richard menghela napas, “Sudahlah, jangan marah lagi. Aku salah soal kemarin, aku bakal berubah ke depannya, ya?”

Ucapan basa-basinya itu sudah terlalu sering kudengar. Tapi nyatanya, hanya aku yang selalu menganggap semuanya serius.

Memikirkan semua itu membuat hatiku terasa getir.

Melihat wajahku yang pucat, Richard langsung menawarkan diri untuk membuatkan air gula merah.

“Kamu lagi datang bulan? Kamu itu nggak pernah jaga kesehatan. Kubuatkan air gula merah, ya. Aku begitu baik padamu, tapi kamu malah selalu membuatku kesal saja.”

Perhatian Richard itu membuatku tertegun sejenak. Perempuan yang sedang hamil tak akan datang bulan. Ternyata Richard memang tak pernah benar-benar peduli padaku.

Saat sibuk di dapur, dia lupa membawa ponselnya.

Layar ponselnya menyala, ada pesan dari seseorang bernama ‘Tira Si Menyebalkan’.

Aku mengalihkan pandangan, lalu meraih tangan untuk mengambil air hangat di atas nakas.

Entah sejak kapan Richard kembali, tapi dia bergerak cepat dan langsung mengambil ponselnya.

Dia tak sengaja menyenggol gelasku, air panas tumpah ke punggung tanganku. Seketika, tanganku langsung memerah karena panas.

“Kamu ini maunya apa sih?! Sudah kubilang, aku nggak ada hubungan apa-apa dengan Tira, kok kamu malah diam-diam mengintip ponselku pas aku nggak ada. Bisa nggak sih kamu jangan begitu sensitif?!”

Aku menatap sorot mata paniknya, lalu menjawab datar,

“Aku hanya mau minum air.”

Sikapku membuat Richard sedikit tercengang, sepertinya dia sadar kalau reaksinya tadi terlalu berlebihan. Dia pun berkata, “Masih nggak mengaku. Tanganmu kena air panas, ‘kan? Sini, biar kulihat.”

Dia menarik tanganku dan meniupnya pelan-pelan

“Aku ini suamimu, kalau kamu saja nggak percaya padaku, siapa lagi yang percaya padaku? Yang paling penting dalam pernikahan itu kepercayaan….”

“Oh begitu?”

Aku memotong ucapannya dan menatap matanya lekat-lekat.

Seolah dengan begitu aku bisa melihat isi hatinya yang terdalam.

“Tentu saja.”

“Bayi kita sudah besar sekarang, pasti sudah nggak apa-apa, ‘kan?”

Dia sama sekali tidak merasa bersalah, bahkan sambil bicara, dia mendekat seolah ingin menunjukkan keintiman. Aku sedikit memiringkan kepala, menghindari gerakannya.

Wajahnya terlihat agak kesal, seperti ingin mengatakan sesuatu.

Namun, tiba-tiba ada orang yang datang.

Itu adalah Tira. Dia berdiri di ruang tamu dengan lingerie renda yang sexy, rambutnya berantakan dan matanya memerah.

Richard reflek ingin menghampirinya, tapi sempat melirik ke arahku dulu, lalu berpura-pura tenang dan berkata,

“Kenapa kamu datang ke sini tengah malam begini?”

Aku menatap mereka dengan datar dan bertanya, “Kok dia bisa tahu kata sandi pintu rumah kita?”

Richard tampak agak canggung, menjawab, “Waktu mengurus perkara kemarin, dia sempat ketinggalan barang di sini. Karena kita nggak ada di rumah, jadi aku menyuruhnya ambil sendiri.”

Tira meringkuk ketakutan dan menjawab, “Kak Ella, yang dibilang Pak Richard itu benar. Maaf sudah merepotkan kalian, rumahku tiba-tiba mati lampu, aku takut sendirian, jadi….”

Richard melangkah maju dan menyelimuti tubuhnya dengan jaket, menatapnya dengan sorot mata penuh iba.
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Saat Hati Menyesal   Bab 11

    Sejak kejadian waktu itu, hubungan antara Richard dan Tira memburuk drastis.Sikap Richard terhadapnya semakin dingin dan tak acuh.Suatu kali, Tira berselingkuh di belakang Richard. Karena terlalu bersemangat, bahkan bayi dalam kandungannya sampai keguguran.Begitu tahu, Richard langsung naik pitam. Tengah malam, dia menghajar Tira sampai masuk rumah sakit.Tira justru tertawa histeris. “Bunuh saja aku! Silakan! Aku tetap nyonya besar Prima. Kamu bahkan nggak takut masalah ini tersebar, untuk apa aku takut?!”Mata Richard memerah, “Dasar wanita jalang! Sudah punya keluarga masih menggoda pria lain! Nggak takut kena penyakit?”Tira malah tertawa mengejek, “Kamu lupa? Bukankah kamu juga tergoda dengan cara yang sama?”Mendengar itu, Richard langsung kehilangan tenaga.Dia terjatuh ke kursi, menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Air mata menetes keluar dari sela-sela jarinya.Richard ingin menceraikan Tira, tapi Tira bersikeras menolak.“Kalau kamu berani ceraikan aku, aku akan bongkar

  • Saat Hati Menyesal   Bab 10

    Dia memelukku erat, lalu tiba-tiba terasa dingin di leherku.Richard menangis.Suaranya bergetar, “Ella, beri aku satu kesempatan lagi. Jangan tinggalkan aku. Aku nggak mau kehilangan kamu. Ella, kumohon jangan pergi.”Mencintai itu mudah, tidak mencintai juga sangat mudah.Yang sulit itu saling mencintai.Aku melepaskan pelukannya dengan kuat, menoleh dan menatap mata Richard yang penuh air mata, “Kalau kamu benar-benar mau aku bahagia, tanda tangan surat itu.”Richard menatap ke arah kepergianku, hatinya terasa seperti diremas dengan kuat, sampai-sampai sulit bernapas.Ella, Ellaku….Akhirnya, dia tetap menandatangani surat itu. Aku sangat mengenalnya, si pengacara ternama, mana mungkin mau dipermalukan seperti ini.Dalam menangani urusan perusahaan, aku pun semakin lama semakin terbiasa dan percaya diri.Suatu hari, tiba-tiba ada segelas susu hangat di mejaku. Itu dari Tio.“Bu Ella, kamu harus jaga kesehatan. Istirahatlah sesekali.”Saat itu, aku sudah bekerja non stop selama tiga

  • Saat Hati Menyesal   Bab 9

    “Cepat tanda tangan saja. Buat aku, kamu dan Tira, itu yang terbaik.”Saat hendak pergi, Tio masih sempat menyindir mereka, “Kak Tira, kapan-kapan kita saling berbagi pengalaman jadi selingkuhan, ya.”Melihat kami pergi, Richard pun panik dan cepat-cepat menyusul.“Ella, kita bicarakan lagi baik-baik.”Aku menatapnya dengan tenang, “Richard, menurutmu, apalagi yang perlu kita bicarakan?”Richard yang berdiri menghadang di depanku tampak terdiam beberapa saat, lalu berkata pelan, “Soal yang kemarin itu, aku memang kurang bijak. Aku yang membuatku tersakiti. Soal anak itu, aku….”Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, “Aku bersalah padamu dan pada anak itu. Tapi, kita bisa punya anak lagi dan kita pasti bisa kembali seperti dulu. Kita jangan cerai, ya.”Selama dua tahun belakangan, hubungan kami semakin lama semakin retak. Apapun penyebabnya, Richard tidak pernah berusaha menyelesaikan masalah. Dia selalu memilih melarikan diri dari masalah.Sudah lama sekali aku tidak melihat dia seser

  • Saat Hati Menyesal   Bab 8

    Begitu pintu lift terbuka, aku langsung melihat Richard dan Tira.Saat melihatku, mata Richard sempat berbinar sesaat. Tapi, ketika melihat Tio berdiri di belakangku, sorot matanya langsung berubah tajam.“Ella, siapa dia?”Aku melirik Tira yang berdiri di sampingnya, lalu tersenyum dan menjawab, “Menurutmu?”Saat melihat tatapanku, seketika tubuh Tira tampak menegang. Ingatan buruk langsung membanjiri pikirannya.Richard mengernyit, sepertinya mulai menangkap maksud tersirat dari ucapanku.“Soal anak, aku akui itu salahku. Aku sudah tahu salah, tapi ini nggak ada hubungannya dengan Tira. Kalau kamu mau marah, lampiaskan saja padaku.”Aku menatapnya dengan dingin dan berkata, “Pak Richard, jangan lupa apa yang sudah kubilang. Besok sudah hari terakhir.”Tanpa bicara lebih banyak, aku dan Tio pun berjalan menuju ruang pertemuan.Richard tampak menyadari kalau aku benar-benar serius. Matanya memancarkan kepanikan sesaat, lalu dia melangkah cepat mencoba menarik tanganku. Tapi, belum semp

  • Saat Hati Menyesal   Bab 7

    Masalah itu dengan cepat berhasil ditutupi. Tak perlu ditebak, aku pun bisa menebak siapa orang dibalik layar.Richard tak juga memberi kabar. Saat aku sudah bersiap untuk menempuh jalur hukum, akhirnya dia muncul.Dia berdiri di depan pintu vila rumahku. Aura tubuhnya begitu muram dan tatapan matanya dipenuhi amarah yang begitu jelas membuatku ingin tertawa.Begitu melihatku, dia langsung berjalan cepat mendekat, “Ella, apa maksudmu?! Kamu pikir lucu bercanda soal anak?!”Aku menatap wajah Richard yang begitu kukenal, tapi entah sejak kapan terasa begitu asing, seolah aku tak pernah benar-benar mengenalnya.Mungkin di matanya, semua yang kulakukan dan kukatakan semua ini hanya dianggap sebagai emosi kekanak-kanakan.“Ganti tempat bicara saja,” ujarku.Kami pun pergi ke restoran terdekat.Di dalam, Richard menatapku tajam, “Ella, lebih baik kasih penjelasan. Apa yang sebenarnya terjadi?”Aku pun menatapnya dengan cara yang sama. Mendengar ucapannya, aku hanya tersenyum datar.“Aku suda

  • Saat Hati Menyesal   Bab 6

    Setelah telepon di hari itu, aku tak lagi mendapat kabar apapun tentang Richard.Setelah menyuruh orang untuk menyelidikinya, barulah aku tahu kalau dia ditahan karena menyetir dalam keadaan mabuk.Aku sendiri baru saja keguguran. Tubuhku belum pulih sepenuhnya, jadi aku lebih banyak beristirahat di rumah.Suatu hari, aku mendapat undangan dari sahabatku untuk main ke bar barunya agar aku juga bisa menyegarkan pikiran.“Sudah kubilang, dari tampangnya memang terlihat Richard itu licik dan menyebalkan, sama sekali nggak cocok denganmu. Tapi, ya sudahlah. Kebetulan aku baru kenal satu pria muda yang imut, sini biar kukenalin padamu….”Di tengah ocehan sahabatku yang tiada henti, suasana hatiku mulai membaik.Tiba-tiba, aku melihat sosok yang sangat familiar.Tira juga melihatku. Di matanya ada tatapan sinis penuh kemenangan. Dia berjalan mendekat dengan angkuh.“Eh, Kak Ella! Kok kamu di sini? Kamu nggak tahu seberapa susahnya Richard mencarimu?”Dia memasang wajah menyesal, “Haish, tera

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status