POV Author
Amina datang dengan wajah pucatnya, ia tadi pingsan di sekolah Refal saat akan pulang. Kelelahan tubuh dan juga faktor pikiran sepertinya menjadi pengaruh besar. Bu Atika langsung membawanya ke rumah sakit karena khawatir. Bu Atika berpikir jika Amina bersedia ikut dengannya namun ternyata tidak. Amina memutuskan untuk pulang, padahal tadi Bu Atika sudah mengatakan pada Aryo jika Amina tidak akan pulang.Sampai di rumah, mereka dikejutkan dengan suara ribut-ribut. Refal bahkan langsung berlari mencari sang ayah yang sudah terkapar dengan luka di wajahnya dan juga lebam di tubuh."Ayah. Ayah kenapa?" Anak itu menangis melihat ayahnya terluka dan tak sadarkan diri.Amina pun terpaku apalagi melihat keluarganya semua ada di sini. Ia bahkan tidak tahu mereka akan datang. Sang ibu langsung menghampiri Amina dan memeluknya dengan erat.Ibu mana yang tidak teriris hatinya melihat putri yang dibesarkannya penuh kasih sayang malah dihancurkan oleh lelaki yang bergelar suami."Sayang. Ikut ibu pulang ya." Bu Reni tidak sanggup lagi menahan tangisnya, ia peluk dengan erat tubuh ringkih sang putri seolah tidak ingin kehilangannya.Amina memejamkan matanya bersamaan dengan air mata yang luruh. Ia paling tidak bisa menahan air mata jika dalam situasi seperti ini mungkin di depan Aryo, Amina bisa kuat tapi di depan ibunya sendiri Amina tidak bisa berpura-pura.“Ma-af, Bu. Maaf ... aku gagal.”Singkat tapi maknanya begitu dalam dan mengiris hati. Amina merasa dirinya gagal karena tidak bisa menjaga rumah tangganya hingga muncul hama yang menghancurkan taman indah rumah tangga mereka. Kesalahan terbesar jelas dari Aryo, ia membuka jalan untuk orang lain masuk dan menghancurkan hidupnya.Pak Surya menyuruh Adit untuk mengurus Aryo yang pingsan agar Refal tidak histeris melihat ayahnya itu, kebetulan memang istri Adit seorang perawat. Untung tadi Sarah sudah dikunci di gudang oleh Dewi. Suaranya tidak akan terdengar karena gudang di rumah itu ada di dekat taman belakang rumah yang jaraknya agak jauh dari rumah utama.Bu Atika merasa sangat malu, ia tidak punya muka untuk menatap besannya itu. Apa yang dilakukan oleh Aryo sukses menghancurkan hati semua orang, bukan hanya Amina tapi orang-orang yang mencintai Amina pun ikut hancur dan marah. Siapa yang tidak akan marah melihat wanita baik, penyayang dan tulus seperti Amina disakiti dengan begitu kejamnya oleh suaminya sendiri.“Kita pulang, Nak.” Pak Surya mengelus puncak kepala Amina lalu mengusap sudut matanya yang basah. Tidak kuat rasanya melihat putrinya seperti ini.Meski Amina berusaha terlihat kuat namun orang tuanya bisa menyelam ke dalam mata Amina dan tahu jika anak mereka rapuh di dalamnya.Amina melepaskan pelukan dari ibunya, ia beralih pada Bu Atika. “Biar aku bawa dulu Fany ke kamar, Tante.”Dalam situasi seperti ini saja Amina tidak mau merepotkan orang lain. Ia membawa bayi lima bulan itu ke dalam kamar dan menidurkannya di sana. Amina akan menyelesaikan dulu semua ini, ia tidak akan keluar dari rumah ini sebelum niatnya terwujud.“Ibu ... ayah sakit. Ayah berdarah.” Refal menangis dan memeluk ibunya yang baru saja keluar dari dalam kamar.Amina berjongkok di depan Refal, mengusap pipi anaknya yang basah karena air mata. “Iya, nanti ibu obati ya. Ibu minta tolong jagain adek di kamar sebentar, bisa?” Amina bicara dengan suaranya yang lembut.Refal mengangguk.“Pintar. Jangan dulu keluar, nanti ibu masuk ya?”“Iya, Bu.”Bu Atika yang mengerti langsung membawa Asti keluar dari rumah untuk sementara agar Amina bisa bicara dengan orang tuanya.“Maaf, karena membuat ibu dan ayah khawatir dan menangis seperti ini.” Kembali Amina meminta maaf untuk kesalahan yang bukan diperbuat olehnya.Bu Reni menggelengkan kepalanya, meraih tangan Amina untuk digenggam. “Berhenti meminta maaf, Nak. Ini bukan salahmu, semua ini salah laki-laki tidak tahu diri itu. Ayo, kita pulang sekarang. Apalagi yang membuat kamu masih di sini?”Orang tua mana yang akan rela membiarkan anaknya terus disakiti seperti ini. Dirawat dengan penuh kasih sayang, dijaga dengan sekuat tenaga, hidupnya dihabiskan untuk bisa memberikan kebahagiaan pada anaknya tapi sekarang anaknya malah dihancurkan sampai tak tersisa oleh lelaki yang berikrar akan menjaga dan mencintai sepenuh hati.“Bu, Yah. Aku janji, aku akan pulang. Aku akan kembali ke rumah, tapi aku mohon ... biarkan aku menyelesaikan satu hal lagi di sini.”“Apa? Kamu tidak bisa meninggalkan Asti?” Bu Reni tahu betapa Amina sangat menyayangi adik iparnya itu, bahkan bagi Amina, Asti itu bukan hanya adik iparnya tapi sudah dianggap sebagai adik kandungnya sendiri.“Soal Asti aku memang akan membawanya dari sini, tidak mungkin aku membiarkan Asti diurus oleh orang yang bahkan tidak menyayanginya, Bu. Aku tidak mau mengorbankan dia yang tidak tahu apa-apa, rasanya akan sangat berdosa jika meninggalkan Asti di sini.”“Lalu apa alasanmu sebenarnya?”Amina hanya menarik sudut bibirnya membentuk senyuman. Ia memiliki satu rencana yang tidak akan diberitahu pada siapapun, Amina memang baik tapi ia memiliki cara ninja untuk membuat penyesalan Aryo semakin dalam. Orang seperti Aryo memang harus disadarkan tapi itu bukan berarti Amina akan tetap tinggal.Bersambung ….POV AryoSekujur tubuhku rasanya remuk, kepalaku masih pusing. Untuk bergerak saja sakitnya sampai menusuk tulang, ini benar-benar sakit. Baru kali ini aku merasakan dihajar habis-habisan seperti ini.“Mas ....”Sepertinya ini mimpi. Suara Amina mengalun lembut di telingaku, yang kuingat hanya tadi ayah mertua dan juga kakak iparku menghajarku habis-habisan dan ... mendengar Refal memanggil.Mataku sontak terbuka. Menangkap wajah Amina yang duduk di dekatku yang masih berbaring.“Pelan-pelan, Mas.” Amina membantuku untuk duduk.“Ba–gaimana?” Leherku seperti tercekat, keberanianku hilang untuk menanyakan soal keluarga Amina yang tadi datang.Aku yakin semua itu bukan mimpi karena tubuh dan wajahku saja rasanya sangat sakit.“Makan dulu, setelah itu minum obat untuk meredakan rasa sakitnya.”Hatiku berdesir dengan perlakuannya, kenapa dia masih sebaik ini setelah apa yang sudah kulakukan. Rasa bersalah malah semakin menggerogoti hatiku.“Ayo, kenapa melamun?”Suara Amina mengejutkanku.
Bab 7POV AryoDi hari pertama ini, bahkan dari kemarin malam aku sudah bisa melihat perubahan Amina. Dia sama persis seperti dulu saat kami awal menikah. Dia bahkan menyiapkan sarapan seperti biasanya dan merawatku dengan baik tapi tetap saja ada yang mengganjal di dalam hati mengenai mertua dan juga iparku.“Mas, jangan sering melamun begitu. Pamali!” tegurnya.“Aku tidak melamun, aku hanya senang melihatmu seperti dulu,” jawabku.“Aku pun senang bisa berduaan lagi seperti ini denganmu.” Senyumnya tidak berubah meski bisa terlihat kerutan halus di bawah matanya saat bibirnya tertarik membentuk senyum.Perkataan Amina berhasil menyentilku, memang semenjak ada Sarah, aku hampir tidak pernah meluangkan waktu untuk Amina hanya ada waktu untuk bermain dengan anak-anak itu pun tidak lama.Padahal aku sendiri yang mengatakan akan adil tapi ternyata aku belum bisa adil. Bagaimanapun harus belajar adil agar bisa hidup rukun dengan kedua istriku. Tidak bisa jika harus melepas salah satunya, A
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 8POV AminaIstrimu ini buka tidak bisa cantik, Mas. Hanya peranmu yang kurang, aku bahkan tidak menuntut karena tahu bagaimana beban pekerjaanmu yang menumpuk apalagi dengan kondisi usaha yang sedang tidak stabil bahkan bisa dibilang berada di ujung tanduk.Bukan aku bicara buruk, tapi memang benar adanya jika beda istri beda rezeki. Setelah kamu memutuskan menikah lagi malah usahamu menjadi merosot, mungkin memang rezeki Sarah menemanimu lagi dari bawah seperti apa yang pernah kulakukan dulu. Sarah tidak akan bisa menikmati harta Mas Aryo karena memang jika diperkirakan saat usahanya benar-benar ditutup, Mas Aryo akan menutupi kerugian dengan uang pribadinya. Aku bahkan sudah memperhitungkan itu semua. Di sini aku bicara logika bukan mendoakan usahanya bangkrut. Mungkin jika fokusnya pekerjaan dari awal, bisa saja ini tidak terjadi. Tapi apa gunanya berandai-andai, semua tidak akan bisa berubah seperti sebelumnya. Cermin retak bisa direkat galah pat
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 9POV AryoRasanya tidak tega pergi meninggalkan Amina sendirian di rumah. Entah apa yang terjadi padaku saat ini, untuk berjauhan dengan Amina saja enggan tidak seperti sebelumnya selalu menghindar bahkan lebih memilih lama berada di tempat kerja daripada di rumah karena tidak ingin melihat Amina.Memang kini Amina terlihat berbeda, apa iya karena memang dia tidak ada waktu untuk mengurus diri sendiri?Sepertinya untuk merias wajah dan berpenampilan seperti tadi tidak akan menguras waktunya. Dia bisa melakukan saat aku belum bangun dan juga sepulang kerja agar berangkat pun aku senang dan pulang rasa lelahku langsung hiang.Bukannya disuguhi dengan penampilan dekil dan bau ompol. Rasanya lelahku semakin bertambah dan aku tidak berselera untuk menyentuhnya. Berharap Amina tidak akan lagi berpenampilan seperti itu, ingin rasanya dia terus tampil cantik dan wangi agar aku bisa betah berada di rumah."Pak, saat istirahat jam makan siang anda bisa bicara p
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 10POV Author“Tadi pagi kita masih baik-baik saja, sayang. Kenapa … kenapa kamu malah bicara cerai? A–pa aku membuat kesalahan?”Senyum Amina tersungging, ia menggelengkan kepalanya membuat Aryo semakin heran.“Keputusanku memang tepat. Kamu bahkan masih belum menyadari kesalahanmu sendiri, Mas.”“Kesalahan yang mana? Bicara yang jelas, apa yang sudah aku lakukan?” Amina terdiam sejenak. “Apa mengkhianatiku itu bukan sebuah kesalahan?”Aryo menghela nafas berat. “Bukankah kita sudah tidak lagi mempermasalahkan itu? Kamu sudah menerima Sarah bukan? Siapa yang sudah mempengaruhi kamu hingga berpikir untuk berpisah dariku? Dengarkan aku baik-baik, sampai kapanpun aku tidak akan melepaskanmu! Seminggu ini juga kamu sudah berubah, hubungan kita baik-baik saja, tidak akan ada kata pisah diantara kita."“Jangan egois, Mas! Kamu hanya memikirkan dirimu sendiri, kebahagiaanmu sendiri. Dengan apa yang kamu lakukan ini, tidak hanya aku yang menjadi korban. Deng
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 11“Sudah tidak di sini saja masih jadi sumber keributan. Aku tidak sudi tinggal di sini, nanti akan kuminta Mas Aryo untuk menjual rumah ini dan pindah ke rumah yang lain.” Sarah menjatuhkan tubuhnya di sofa dan berkali-kali menghela nafas kasar.Ia bukan Amina yang akan menunggu suaminya pulang. Sarah lebih memilih untuk tidur di kamar sambil menonton film, ia sama sekali tidak memiliki simpati pada suaminya sendiri.Seharusnya ia mencoba menghubungi Aryo dan membujuk suaminya untuk pulang bukannya membiarkan lelaki itu pergi begitu saja. Sarah selalu berpikir jika Aryo tidak perlu itu semua karena pada akhirnya akan kembali juga padanya.Sepertinya Sarah tidak tahu jika hati dan pikiran seseorang bisa saja berubah sewaktu-waktu, termasuk Aryo.“Besok juga paling Mas Aryo pulang, dia itu tidak akan bisa jauh dariku,” ucap Sarah dengan percaya dirinya. Ia mengambil posisi di ranjang dengan memangku cemilan sambil menyalakan televisi.Ting!Ponselnya b
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 12Aryo tidak menjawab dan memilih masuk ke dalam kamar, ia ingin menghindari perdebatan apapun. Pikiran dan tubuhnya sudah lelah seharian ini. Jika kembali terjadi pertengkaran bisa-bisa Aryo bermalam lagi di mobil.Ia membaringkan tubuhnya tanpa berniat untuk mengganti pakaian, saking lelahnya hanya beberapa menit setelah berbaring matanya langsung terpejam.Aryo meninggalkan Sarah yang kesal karena ucapan lelaki itu, Sarah masih berdiri di depan kamar sambil bersungut-sungut.“Awas saja, akan kubuat kamu menyesal setelah mengatakan itu, Mas!” Sarah mengepalkan tangannya. Menghentakkan kakinya lalu berjalan ke dapur untuk membawa minuman, ia malas untuk ke dapur jika tengah malam terbangun dan ingin minum.“Sepertinya aku harus memakai dulu uang pribadiku.”Sarah memiliki tabungan sendiri, sebelum menikah dengan Aryo tentunya Sarah memiliki pekerjaan. Ia hanya akan menghamburkan uang orang lain bukan uangnya sendiri.“Aku tidak akan mau bicara padan
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 13Baru saja bangun tidur Sarah sudah dibuat kaget dengan pesan yang dikirimkan Aryo, rasa kantuk yang tadi masih melekat kini seolah menguap."A–pa maksudnya ini?" Mas Aryo benar-benar mengusirku?" Sarah menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan isi pikirannya sendiri.Dengan cepat Sarah menelpon Aryo, tersambung tapi tidak diangkat. Beberapa kali dicoba, hasilnya pun sama.Pagi yang sangat buruk untuk Sarah, berharap liburan akan mendapatkan kebahagiaan malah dapat kesulitan seperti ini.“Si*l, bagaimana nasibku jika Mas Aryo serius dengan perkataannya.” Sarah binging sendiri, gelisah dengan nasibnya. Pulang tidak bisa dan bertahan pun tidak akan mampu.Tok! Tok! Tok!Sarah terlonjak kaget saat pintu kamarnya diketuk dari luar, ia bergegas untuk membukakannya.“Kau belum siap-sipa?”Sarah gelagapan. “Hm … sepertinya hari ini aku tidak bisa ikut keluar. Badanku rasanya tidak enak, kau tahu sendiri 'kan kalau aku sedang hamil.”Wanita itu mengedikkan